#31 : Unblessed

2.2K 326 11
                                    

Sebagai pria yang peka, Alaska sadar perubahan Btari. Mimik wajah wanitanya itu berubah. Tidak ada senyum lebar seperti selepas turun dari mobil. Bibirnya malah terkatup rapat dengan datar. Obrolan mengenai pizza yang mereka bahas sepanjang jalan pun seolah terhenti begitu saja dan mungkin tidak akan pernah berlanjut.

Alaska tahu, semua perubahan ini disebabkan oleh satu hal, jawaban pria itu atas pertanyaan yang diberikan ayahnya. Dia sendiri juga tidak berbicara sebelum mereka sampai apartemen Btari. Otaknya tengah memikirkan jawaban atau mungkin alasan terbaik kenapa dia memberikan respons seperti itu kepada orang tuanya. Karena keputusan apa pun yang diambil nantinya adalah keputusan yang tidak boleh menyakiti Btari.

"Mbak." Alaska akhirnya bersuara begitu dia menutup unit apartemen Btari. Pria itu bergerak lebih dulu ke dapur untuk menaruh seluruh belanjaan di meja makan, kemudian menyusul wanitanya itu yang tengah berdiri di dekat sofa ruang tamu. "Aku ... minta maaf."

Btari memutar badannya. Keningnya berkerut. Ekspresinya datar dengan tatapan tajam pada Alaska. "Memangnya kamu membuat kesalahan apa, Alaska?"

"Sebagai pria aku cukup peka untuk sadar aku buat salah, Mbak." Alaska mendesah napas panjang. "Dan perubahan ekspresi kamu jelas terjadi setelah kita ketemu orang tuaku tadi. Lebih tepatnya terjadi setelah aku menjawab tentang status hubungan kita."

Respons Btari adalah diam. Wajahnya seolah mengeras. Kedua tangannya terlipat di dada. Dan itu semua merupakan jawaban iya bagi Alaska.

Putar otakmu, Alaska! teriak Alaska dalam hati. Dia mencoba untuk memilah-milah deretan jawaban yang akan diberikan pada Btari.

"Jadi, alasan aku bilang kalau kamu tetanggaku itu karena ya ... mereka belum tahu aja saat ini aku sedang berhubungan spesial sama kamu, Mbak." Alaska akhirnya menjawab. Dia mencoba menjelaskan pelan-pelan. "Dan jawaban tadi murni meluncur aja dari mulut saat lihat orang tuaku. Mungkin juga aku menunggu momen yang tepat buat kasih tahu mereka aku ... punya seseorang spesial mengingat kondisi Mom-ku belum pulih sepenuhnya."

Btari menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan-pelan. "Atau sebenarnya kamu sendiri memang nggak mau orang lain apalagi orang tuamu tahu tentang kita."

Pernyataan Btari seperti menampar Alaska dengan telak. Apalagi ekspresi wanita itu sekarang berubah sedih dengan kedua sudut bibir yang menurun.

"Mbak, nggak gitu, aku–"

"Jujur, Ka, aku sendiri sebenarnya bingung sama otak dan perasaanku."

Ucapan Btari berhasil membuat Alaska penasaran. Segera saja pria itu meraih lengan wanitanya, lalu menggiringnya menduduki sofa. Mereka duduk bersisian sambil menatap.

"Kita bicara sambil duduk, Mbak, karena aku merasa obrolan ini akan cukup ... melelahkan dan aku tahu kamu pasti capek banget setelah keliling di supermarket tadi," terang Alaska. Senyum lembutnya tersungging. "Kamu tahu kan, Mbak, kamu bisa selalu cerita apa pun ke aku. Jadi, apa yang bikin kamu bingung?"

Btari diam cukup lama. Mata mereka beradu di udara, sebelum kemudian wanita itu mulai menumpahkan isi kepala. "Kalau aku boleh jujur, aku kecewa karena kamu nggak mengakui aku sebagai pasangan kamu di depan orang tuamu, Ka. Tapi sebenarnya, di lain pihak aku juga belum siap ada orang lain di luar kita yang tahu kita punya hubungan spesial.

"Ka, aku itu sadar dengan keadaanku sekarang. Aku hamil tua tanpa suami. Sedangkan kamu, pria lajang yang belum pernah menikah. Belum lagi perbedaan status keluarga yang cukup besar. Dan kalau boleh jujur, Ka, rasanya hubungan kita itu kayak langit dan bumi. Belum lagi tadi aku merasa bahwa Dad-mu, menolakku. Dan aku ga bisa bohong aku ... patah hati."

Untuk sesaat Alaska tertegun mendengarnya. Apalagi Btari yang biasanya terlihat begitu percaya diri mendadak merasa kecil. Meski begitu firasat wanita itu benar mengenai ayah Alaska yang sejak awal tidak merestui kedekatan hubungan Alaska dengan Btari atau wanita mana pun yang memiliki status pernah menikah.

Namun, kebenaran itu Alaska tutup rapat. Dia akan berusaha semaksimal mungkin agar orang tuanya mengubah pikiran mereka mengenai hubungannya dengan Btari.

Pelan-pelan direngkuhnya Btari. Diusapnya punggung wanita itu sambil berbisik, "Jangan pernah rendah diri, Mbak. Aku janji sama kamu, apa pun yang terjadi, mau kita direstui apa enggak, aku pasti akan terus memperjuangkan kita. Tolong, percaya sama aku."

Satu-satunya balasan Btari hanyalah memeluk Alaska lebih erat. Pria itu yakin walaupun butuh proses, dia pasti akan membuat orang tuanya berubah pikiran. Karena pada dasarnya, ini hubungannya. Jadi, orang lain tidak berhak ikut campur dengan siapa yang pas dan sempurna dengan Alaska.

***

Surabaya, 16 November 2022

Kayaknya makin ruwet aja padahal mau ending. Gimana sih aku bikin cerita ini wkwkwk

Terima kasih ya untuk kamu yang setia baca cerita ini baik di wattpad maupun KK. Link KK aku share di beranda wattpad yaa.

Love,

Desy Miladiana

Behind the Apartment DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang