All I ever think about is you
You've got me hypnotized, so mesmerized
(David Archuleta - Crush )
***
Sepanjang pagi ini pekerjaan Alaska hanya melamun. Ralat, selama dua hari terakhir atau lebih tepatnya sejak mendengar detak jantung janin dalam kandungan Btari. Selama beberapa detik waktu itu, rasanya seperti sebuah magis yang membuatnya terpaku hingga air matanya menetes.
"Tidak, tidak, ini konyol!" omel Alaska pada dirinya sendiri. "Kerja, kerja, kerja!"
Segera dibuang jauh-jauh ingatan tentang momen itu, kemudian mengangkat pantatnya dari sofa. Perlahan dia bergerak menuju lemari sepatu di dekat pintu.
Sedikit kesal Alaska meraih sepatunya. Kemudian, membanting benda itu ke lantai hingga bunyi plok keras terdengar.
Begitu dia berhasil mengenakan sepatu kerjanya dan memasang masker di wajah, Alaska kembali menatap pantulannya di kaca. Sengaja pria itu menaruh sebuah cermin di dekat pintu masuk untuk memastikan penampilannya rapi sebelum berangkat bekerja.
Ditatapnya dirinya sendiri, lalu berkata, "Pikirkan Nisaka, pikirkan Nisaka. Lo suka Nisaka. Lo suka—"" Alaska terdiam sesaat, sebelum mengerang putus asa. "Nggak! Nggak! Nisaka istri orang. Kita cari wanita lain yang harus gue pikirkan."
Namun, baru beberapa detik, sosok Btari lagi-lagi mengisi isi kepalanya. Momen magis itu juga kembali membentuk kilasan balik yang indah. Kejadian itu selayaknya keajaiban Tuhan yang langsung menyentuh hatinya. Alaska frustrasi.
"Nggak nggak!"
Sekali lagi Alaska menolak tegas isi pikirannya. Buru-buru dipaksa kepalanya memikirkan pekerjaan. Sudah pukul delapan, waktunya dia berangkat kerja.
Baru saja membuka pintu, pintu seberang unit juga ikut terbuka. Sosok yang sejak tadi mengacaukan Alaska tahu-tahu saja berdiri di depannya. Selayaknya dalam film dan drama roman picisan, rambut Btari yang diurai bergerak karena tiupan angin yang entah dari mana.
Wanita itu memang tak terlihat memamerkan senyum, tapi matanya menyipit dan binar dari sorot matanya menunjukkan Btari tengah memberikan Alaskan sebuah senyuman. Gaun warna biru selutut tua membuat perut buncitnya tertutupi. Dan satu-satunya respons Alaska hanya diam terpaku sambil menatap Btari.
"Pak Alaska."
Sebuah panggilan dengan nada lembut sukses menyentak Alaska. Agak gugup pria itu membalas lirih, "Ya?"
Tiba-tiba saja Btari mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang tengah dia tenteng. Wanita itu mengulurkan sebuah kotak makan pada Alaska. "Buat Pak Alaska."
Mulut Alaska terbuka. Untungya masker yang dia kenakan berhasil menutupi ekspresi bodoh yang terpasang di wajahnya.
Tangan Alaska bergetar saat menerimanya. Dia bertanya dengan gugup, "Ini ... apa?"
"Itu sarapan, Pak," ucap Btari. Ada kekehan geli terdengar dari balik maskernya. "Kebetulan hari ini saya nggak sengaja bikin sarapan kebanyakan, jadi kenapa nggak berbagai sama tetangga, kan?"
Masih sedikit terperangah, Alaska membalas, "Makasih."
"Sama-sama, Pak. Saya berangkat dulu."
Setelahnya Btari berjalan lebih dulu menuju lift, meninggalkan Alaska yang masih terpaku di tempat.
Untungnya kesadaran Alaska cepat kembali. Dengan langkah lebar-lebar dia menyamai langkah Btari. Tangannya refleks mencekal lengan tetangga slash seniornya di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Apartment Door
Romance"Btari memang sedang hamil beberapa bulan, tapi sayangnya suaminya lebih dulu meninggal karena covid bahkan sebelum Btari tahu dirinya hamil." Alaska terkejut. Tetangga judesnya yang mendadak jadi rekan kerjanya itu ternyata memiliki kisah memilukan...