Bukan siapa-siapa, tapi berpisah terasa berat. Padahal Btari hanya meminta Alaska untuk kembali ke unit apartemen pria itu yang berada di seberang unitnya. Mungkin setelah dua minggu selalu bersama termasuk tidur satu ranjang, jadi kali pertama harus kembali ke realitas terasa salah.
"Ka," panggil Btari di ambang pintu unitnya. Walau tidak rela, tetapi wajahnya terus memasangkan senyum. "Sampai ketemu besok pagi buat sarapat bareng ya."
Alaska yang juga berdiri di ambang pintu unitnya balas mengangguk kaku.
"Untuk dua minggu ini ... makasih. Saya nggak tahu gimana nasib saya tanpa kamu, Ka. It means a lot for me."
Bukannya langsung membalas, Alaska hanya menatap Btari lekat-lekat. Ekspresinya tidak terbaca. Hanya adegan ini berlangsung cukup lama hingga Btari sadar bahwa dia harus kembali memanggil agar kecanggungan yang menyelimuti segera hilang.
"Alaska, lo baik-baik aja?" panggil Btari. Tangannya sengaja dia lambaikan untuk menarik perhatian Alaska.
Respons pertama Alaska hanyalah helaan napas panjang, lalu bertanya, "Haruskah saya menganggap bahwa respons kamu pagi tadi dan kembalinya saya tinggal di unit ini karena kamu menolak saya, Mbak?"
Pertanyaan tidak terduga Alaska membuat mata Btari melebar. Bukan karena tidak bisa menjawab, tapi wanita itu bingung menjawab apa. Pikirannya terlalu kompleks, sekalipun hatinya telah tahu apa jawabannya.
"Selamat malam, Ka. Kalau butuh apa-apa ketuk pintu atau telepon saya aja."
Pada akhirnya, hanya itu balasan Btari. Setelahnya, dia pun bergegas masuk, meninggalkan Alaska yang masih mematung di tempatnya semula. Wanita itu kabur dan dia mengakui itu.
Lambat-lambat Btari bergerak memasuki kamar tidurnya. Sebelum duduk, dia memperhatikan sekitar. Walaupun sekarang sudah benar-benar sendirian, tapi aroma Alaska masih tertinggal di sekitar. Momen kebersamaan mereka yang benar-benar tidur seranjang saja masih terus berputar di kepala Btari. Dan hal-hal ini terasa meremas hati.
Ketika Damar pergi, Btari mengira hidupnya akan terasa sangat kesepian dan menyedihkan. Terkadang dia berdoa meminta kesabaran agar dia kuat bertahan sambil menunggu bayinya lahir. Agar tidak lagi merasa hidup seorang diri.
Namun, pemikiran itu seolah lenyap ketika Alaska hadir dan mengisi unit seberang. Pria itu selayaknya badai yang menerjang tanpa peringatan. Dia merusak segala hal yang telah Btari rancang untuk hidupnya. Hanya saja, akhir dari badai yang Alaska ciptakan adalah suatu rasa bahagia, aman, nyaman, dan juga cinta baru yang tidak pernah Btari duga akan bisa dia miliki secepat ini.
Permasalahannya, mengauki perasaan suka dengan mengiakan sebuah hubungan baru dengan Alaska adalah dua hal yang berbeda. Btari baru saja ditinggal Damar beberapa bulan silam, jadi tidak mungkin dia setuju dengan permintaan Alaska.
Segera saja Btari meraih ponselnya. Dibukanya galeri foto untuk mencari foto paling tampan Damar dan favoritnya, pernikahan mereka.
"Hai, Mas," panggil Btari seraya mengusap foto Damar. Pria itu tersenyum tanpa tahu setahun lebih setelah foto ini diambil dia pergi meninggalkan dunia untuk selamanya. "Aku harus gimana sekarang?"
Mata mulai Btari berkaca-kaca. Tangannya lambat-lambat mengusap wajah Damar di layar ponsel. "Sejak pandemi bahkan saat kamu pergi, aku nggak pernah kena covid. Tapi pada akhirnya, virus itu mampir juga ke badanku, Mas."
Air mata Btari menetes. "Aku mengira sekeras apa pun aku berusaha jaga makan dan juga menjaga protokol kesehatan, aku bakal survive dari covid. Apalagi saat itu aku punya pengalaman di mana aku bisa tetap negatif covid di saat kamu positif. Tapi ternyata, ketika aku hamil besar dan merasa kondisiku cukup prima, aku malah K.O."
Btari menyeka air matanya. Suaranya semakin bergetar. "Aku selalu berdoa sama Tuhan, Mas, ketika aku diberi sakit ini, aku bisa melewatinya seorang diri. Nyatanya, Tuhan tahu aku nggak bisa dan dia malah memberiku seorang teman. Dan sekarang ... aku harus mengakui bahwa dia ... seseorang telah menyusup dalam hatiku."
"Aku tahu ini terdengar jahat, Mas, apalagi kamu belum lama pergi—beberapa bulan lalu. Hanya saja, kedatangan dia memang sebuah kejutan yang tidak pernah aku duga. Kedatangan dia membuat hidupku ramai dan aku nggak lagi kesepian sejak kamu pergi. Maaf, Mas, aku ... aku nggak bermaksud menduakanmu, tapi aku ... nggak bisa lari lagi. Aku menyukainya. Benar-benar suka."
Setelah mengatakan itu, isakan Btari pun lolos dari bibirnya. Wanita itu terduduk di tempat tidur. Kepalanya menunduk dalam.
Btari merindukan Damar, tapi wanita itu juga merasa bersalah. Apalagi setelah sekarang dia mulai pulih dan akal sehatnya kembali bekerja, menyukai Alaska menjadi sebuah tanda tanya besar? Bolehkan dia mengembangkan perasaan ini?
***
Surabaya, 24 Oktober 2022
Terima kasih untuk kamu yang sudah baca kisah ini di sini maupun lanjutannya di KaryaKarsa. Versi lengkapnya di KK ya, tapi karena lagi agak nggak enak badan, jadi aku belum sempet ngedit. Besok pagi aku perbarui lagi versi Kknya biar lebih enak. Link KK ada di beranda Wattpad yaaa
Love,
Desy Miladiana
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Apartment Door
Romansa"Btari memang sedang hamil beberapa bulan, tapi sayangnya suaminya lebih dulu meninggal karena covid bahkan sebelum Btari tahu dirinya hamil." Alaska terkejut. Tetangga judesnya yang mendadak jadi rekan kerjanya itu ternyata memiliki kisah memilukan...