Bab 15 (Repoooost!!)

705 202 31
                                    

Bahasa Kalbu

Percayalah hanya diriku yang paling mengerti kamu
jiwamu kasih
Dan arti kata kecewamu

Lagu dari salah satu diva Indonesia terdengar pelan mengisi kekosongan suara di antara Mitha dan kedua anaknya. Anjas dan Mara yang terlihat kecapekan hanya memandang jalanan yang mulai padat di sore itu. "Adakah orang yang benar-benar mengerti tentang kita?" tanya Mitha ketika lirik lagu itu menempel kuat di kepalanya.

"Ma," panggil Anjas.

"Kenapa, Mas?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan Surabaya. Sore di mana semua orang bergegas untuk kembali ke rumah bertemu dengan orang yang mereka sayangi.

"Teman Om Bagas tadi mendingan dari pada yang sebelumnya, Ma," kata Anjas. "Tapi wajah Mama kok jutek gitu?" Dari kedua anaknya, Anjas yang paling perhatian padanya. Sekecil apapun perubahan di wajahnya, anak lelaki itu pasti bisa membacanya. "Mama enggak suka, ya?" Mitha mengedikkan pundak mencoba terlihat acuh, dan tak ingin Anjas melihat perubahan di wajahnya saat ini.

Mitha berharap jalalan lancar tanpa ada kemacetan, karena yang diinginkannya adalah segera sampai di rumah dan menghindari pertanyaan tentang Nata dari kedua anaknya. Ia hanya tidak siap membahas siapapun saat ini, pikirannya terlalu penuh.

"Mama lagi enggak pingin bahas, ya?" tanya Anjas ketika melihatnya tidak menjawab semua pertanyaannya.

"Hari ini bikin Mama ragu aja. Mama ragu dengan keputusan untuk menerima rencana Om Bagas," jawab Mitha ketika ia menghentikan mobil di depan pintu pagar rumahnya. "Kalian berdua sudah melewati banyak hal selama tiga tahun ini. Mama Papa pisah, Papa menikah lagi dan kenyataan Mas An tahu tentang Papa pasti mempengaruhi emosi kalian. Mama enggak mau perkenalan yang Om Bagas atur membuat keadaan kita bertiga  berubah."

Mitha menghentikan kedua remaja yang hendak turun, "Mama enggak mau kondisi kita yang sudah mulai normal ini berubah," katanya tanpa memutuskan pandangan dari kedua remaja yang terlihat mendengarkannya dengan seksama. "Mama sayang kalian, dan enggak mau apapun atau siapapun yang datang dan mengacaukan semua usaha kita selama tiga tahun ini."

Mara mengangguk menjawabnya, berbeda dengan Anjas yang menunggu hingga adiknya menghilang di balik pintu gerbang. "Lakukan yang menurut Mama terbaik untuk Mama, jangan menurut aku ataupun adek. Jika Mama bahagia, kamu berdua juga bahagia." Perceraian mempengaruhi mereka bertiga, Anjas masih kecil saat ia danan Aldy bercerai, tapi saat ini anak remaja itu bisa membuatnya menangis karena haru.

Hingga gelap mewarnai langit, Mitha masih belum bisa menghilangkan keraguan yang ada di kepalanya. Perkenalan yang berakhir buruk dengan dua orang teman Bagas seakan memberinya alasan untuk tidak kembali mencoba untuk membuka hati. Semesta seakan mencegahnya berbuat salah dengan memilih orang yang tidak tepat.

Ditemani segelas coklat panas di tangan, Mitha menikmati kesendiriannya di teras belakang ketika kedua anaknya sudah ada di kamar mereka. Sedangkan Rizky dan Ananta ada di rumah keluarga Ananta, menjadikan malam adalah waktu yang tepat  untuk memikirkan tentang dirinya sendiri dan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Ia tak bisa mencegah dirinya untuk memikirkan pernikahannya dulu. Semua dilandasi oleh cinta dan kasih sayang, tapi ternyata itu hanya ilusi. Karena cinta dan sayang Aldy untuknya terkikis seiring berjalannya waktu. Mitha pun berpikir ulang untuk memulai kembali, karena ia tak ingin mengulang kesalahan yang sama dan membuat anak-anaknya merasakan perpisahan untuk kedua kalinya.

Dicomblangin MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang