○--I-

29 4 0
                                    

o0o

Indonesia, 2019.

'Resena'.

'Bangun, selesaikan semuanya'.

"Hah... hah...".

"Mimpi buruk Nona?".

"Tidak...," gadis itu menjeda kalimatnya, terlihat kernyitan di dahi yang menggambarkan betapa kalut dia "mungkin...?".

Kembali kelopak itu memejam. Terasa lelahnya perjalanan mulai mengacau bahkan di kepala.

Sibuk menjernihkan pikiran, pria di samping kembali mengoceh, hal yang ia perlu tahu. Tapi menyebalkan untuk didengar sekarang.

"Nona, Tuan Sanjana sudah tahu tentang kepulangan Anda, beliau menginginkan kehadiran anda untuk makan bersama, malam ini".

"Oke". Berbeda dengan kalimat panjang yang dikeluarkan asistennya, jawaban sang gadis sungguh singkat dan menyebalkan.

Pria itu menghela, paham benar watak dari atasannya.

30 menit menuju rum..

"Matikan, tolong...".

***

Seorang paruh baya dengan setelan jas yang tampak mewah menghampiri majikannya, menunduk sopan untuk berbisik didekat telinga Tuannya.

"Nona Resena mengunggu di meja makan, Tuan". Ujar lelaki itu pelan.

Majikannya hanya mengangguk mengerti dan bangkit untuk menemui Putrinya.

Ketika sampai di ruangan tempat Putrinya menunggu, dilihatnya sang Anak tengah melakukan sesuatu dengan gawai yang terpatri manis di jari.

Sadar akan kehadiran Ayahnya, anak itu meletakan handphone di meja. Ia berdiri dan menyambut Pria dewasa yang tampak gagah dan tampan.

"Ayah... Sena pulang, Ayah apa kabar?".

Pria itu tersenyum, senyum mengejek.

'Mencoba peran Ayah-Anak yang harmonis ya, Resena'. Batinnya terkekeh geli.

"Baik, Resena. Duduklah, banyak yang ingin Ayah tanyakan tentangmu". Sanjana menitah anaknya untuk duduk yang langsung dituruti tanpa bantahan --hal yang selalu gadis itu lakukan semenjak kecil.

"Tentu Ayah, Sena punya banyak waktu untuk Ayah". Senyum tak pernah lepas dari paras gadis itu. Memuakkan.

Keduanya duduk dengan posisi Resena berada tepat disisi kanan Sanjana. Makanan mulai terhidang, terlihat mengairahkan namun suasana yang ada membuatnya menjijikan.

"Jadi, Resena. Ayah mendengar penelitianmu terhenti karena satu dan lain hal. Bisa ceritakan kepada Ayah? Ayah dapat membantu mencarikan para peneliti berbakat yang mungkin bisa membantu".

Sanjana mengangkat garpu dan pisau untuk menandakan dimulainya makan malam mereka, juga basa-basinya.

Resena hanya tersenyum, menggeleng pelan sembari sedikit memainkan daging puluhan juta di hadapannya.

"Tak apa, Ayah. Stuck saat tengah menciptakan sesuatu sangat biasa terjadi. Dan terimakasih untuk tawarannya".

"Tentu, Anakku. Katakan pada Ayah jika kau memerlukan sesuatu". Sanjana ikut tersenyum dalam menanggapi putrinya.

Padahal, tak jauh di lubuk hati. Keduanya saling mencela sekaligus memuji kepiawaian mereka dalam berperan.

Connecting ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang