-XI--

1 0 0
                                    

*
*
*

Sanjana segera memeriksa file yang dimaksud. Menatap rumit segala bukti yang mengarah kepada sorang wanita bernama Ella Atmajaya, istri kedua dari pemimpin keluarga rivalnya.

Guenli yang masih setengah sadar mendengar semuanya, dia mengerti sekarang. Alasan Resena mengajaknya bekerja sama.

Awalnya, dia beranggapan Resena hanya ingin menjatuhkan Daniswara sebagai rival bisnis keluarga, ternyata ada alasan utama dibaliknya.

"Ayah, apa puas menghukum orang yang tidak bersalah?". Tanya Resena.

Tidak mendapat balasan, Ia kembali berucap. "Ayah, lepaskan kami. Aku berjanji akan menghancurkan Ella dan mengambil keuntungan besar dari mereka".

"Tidak akan. Sekalipun Araya bukan pelakunya, kalian tetap kesalahan yang harus ku selesaikan. Terutama karena Araya bukan tidak terkait dengannya". Gumam Sanjana dengan mencoba menguatkan pemikirannya.

"Lalu kau akan melepaskan Ella? Membiarkan pembunuh Adikmu hidup bahagia dan bebas dengan rival keluarga?".

"Ella Atmajaya adalah urusanku selanjutnya, Resena".

"Oh, ya? Dengan cara apa? Memperkosanya hingga hamil seperti yang kau lakukan terhadap Bunda?". Sinis Resena.

Sanjana menatap tajam Resena. Dalam diam memerintah Resena untuk tutup mulut.

"Atau langsung Kau culik dan bunuh seperti Aku dan Rakhael? Meskipun gagal". Sambungnya dengan tawa.

"Lalu apa hubungannya dengan Daniswara itu? Dia kebanggaan keluarganya. Mengapa tiba-tiba menjadi duri?". Putus Sanjana bertanya agar pembicaraan kesalahannya terhenti.

"Itu internal mereka, aku hanya membantu". Acuhnya.

"Beri tahu aku Resena!".

"Selesaikan dulu urusan pribadi kita Ayah, kenapa ingin tahu sekali. Ayah semakin cerewet".

Sanjana naik pitam dengan jawaban Resena. Dia pergi meninggalkan keempat orang disana.

"Hahaha". Tawa Guenli memecah sunyi yang datang seketika setelah Sanjana pergi.

"Kenapa keluarga kita kacau sekali Re". Lirihnya

Resena melirik Guenli yang menutup mata dan ikut bersandar ke tembok disampaing Guenli.

"Itu bayaran untuk segala uang dan kuasa yang kita peroleh, mungkin?". Jawab Resena tidak yakin.

"Lalu selanjutnya bagaimana?". Tanya Guenli lemah.

"Apa lagi? Kita keluar".

"Rasanya hanya kalian, aku tidak yakin bisa". Jawaban Guenli membuat Resena diam.

Gadis itu memandang jijik Guenli.
"Pesimis sekali, kau terdengar seperti orang yang ingin disemangati". Cibirnya.

Guenli mendengus kecil. Hening kambali menguasai mereka.

"Kau tahu, Enli. Mungkin, sejak awal kelahiran Kita salah".

"Benar. Seandainya aku tidak ada, Mama tak akan meninggal karena tidak menceraikan Papa yang berselingkuh". Ucap Guenli.

"Papa tidak akan membunuh Mama dan bahagia dengan wanitanya. Mereka bahagia, kenapa kita tidak?". Sambung Guenli sendu.

Tak...

Seketika ruangan menjadi gelap, kurang dari 10 detik lampu kembali menyala.

"Apa itu tadi?". Tanya Alan ketakutan.

"Hanya mati lampu sebentar". Jawab Resena.

Resena menatap Guenli, meraih telepon kabel di sampingnya dengan sedikit usaha.

Connecting ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang