*
*
*Pagi berawan menyapa kembali, pemuda tampan yang tampak mengantuk itu menidurkan kepalanya di meja.
Dirasa bosan melamun, di arahkan kepalanya kesamping, menatap Alan.
Alan yang merasa terganggu dengan tatapan Kenan segera menoleh dengan kening mengerut.
"Apa?".
Bukannya menjawab, Kenan terkikik geli. Hal itu membuat Alan merinding, menerka temannya gila atau ada hal lain.
"Ada apa, Kenan? Kau menakutiku". Desak Alan bertanya.
"Tidak ada, aku hanya teringat kemarin". Jawab Kenan lugas.
"Oh, kencanmu kemarin? Ceritakan! Aku ingin tahu perempuan macam apa yang menarik minatmu". Antusias Alan.
"Bukan kencan! Aku hanya makan dengan seseorang yang penting, sangat penting". Bantah Kenan, remaja laki-laki itu menenggelamkam kembali wajahnya di kedua lipatan tangan.
Dapat Alan lihat telinga merah pemuda di sebelahnya. Alan langsung menyadari, temannya benar-benar bahagia.
"Astaga, aku muak melihat wajah bahagiamu".
Kenan menoleh kembali ke arah Alan, Ia mencari tempat nyaman untuk wajahnya.
"Alan, kau pernah makan bersama Kak Liam?". Tanya Kenan penasaran.
"Pertanyaan apa itu? Tentu saja pernah! Bertiga dengan Bapak juga!". Balas Alan heran.
"Lalu bagaimana rasanya?".
"Apa? Makanannya?".
Kenan mendelik. Sebal dengan pertanyaan tidak berguna sahabatnya.
"Bukan, bodoh. Yang aku tanyakan adalah perasaanmu saat makan bersama". Jelas Kenan.
Bibir Alan sedikit mengerucut dikatai bodoh oleh Kenan, padahal Kenanlah yang tidak jelas dalam penyampaiannya.
Alan melirik ke atas, berusaha mengingat perasaan saat sedang makan bersama keluarga.
"Itu..., menyenangkan. Hanya itu, karena kami lumayan jarang melakukannya". Jawab Alan, ia melirik Kenan.
"Ada apa? Teman kencanmu memberi perasaan seperti makan dengan keluarga?". Ujar Alan dengan nada bercanda.
Kenan menatap Alan tak percaya. "Kau bisa membaca pikiran?".
Alan mendengus. "Klise, kau anak panti yang sekali bertemu orang nyaman, akan dianggap keluarga".
"Benar! Tapi yang ini, berbeda?". Ucap Kenan tak yakin, kembali menenggelamkan kepala di lipatan tangannya.
'Karena keluargaku sungguhan!'. Jerit batin Kenan melayang.
"Ah, mengingat keluarga, Kak Liam baru saja kembali beberapa hari lalu".
"Oh, ya? Dia baru pulang setelah berbulan-bulan. Bagaimana kabarnya?".
"Baik saja, bossnya memberi makan dan banyak uang". Ujar Alan senang.
"Kau tahu, Nona muda itu baik dan kaya sekali, Ia sering memasak dan memberikannya pada Kami. Membayar Kak Liam lebih banyak daripada yang dilakukan perusahaan lain. Juga sangat cantik!". Lanjut Alan menggebu-gebu.
Kenan yang mendengarnya sedikit tertarik, Ia tahu bahwa Aliam-- Kakak Alan bekerja sebagai Asisten pribadi orang kaya. Dan orang kaya yang ada dipikirannya sekarang hanya satu. Resena Yukline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connecting Thread
General FictionResena Arkaela Seinselara-Yukline, seorang peneliti muda dan pewaris utama dua keluarga Konglomerat Indonesia bertahap mendapati ingatan tentang saudara kembarnya yang dinyatakan meninggal duabelas tahun silam, tanpa seorang pun memberitahunya yang...