-Extra XIV--●

0 0 0
                                    



United State, 2017.

Daun mulai berguguran di bulan September. Seorang pemuda Asia tampak menikmati waktu sendiri di taman kota.

Cuaca yang belum terlalu dingin sangat nyaman untuk tubuhnya. Pun cahaya matahari yang belum sirna masih mampu menyinari dengan indah.

Pemuda delapan belas tahun itu, Guenli sedang kabur dari pengawasan orang Ayahnya. Hanya untuk menjernihkan pikiran setelah teringat tentang sang Ibu.

'Kalau Mama masih ada, Enli tidak masalah kita hanya hidup berdua. Seandainya Mama masih ada'.

Guenli adalah Anak muda yang sangat pintar, dia sengaja semakin mencolokkan diri untuk mengambil alih seluruh perhatian Papanya.

Agar posisi pewaris utama tidak dialihkan kepada sepupunya yang lain, lebih buruk saudara tirinya, Vian Lenca.

Hal itu juga bertujuan untuk memuluskan rencananya. Rencana penghancuran segala keluarga busuk itu, yang sialnya adalah keluarga biologisnya.

Pemuda itu mengihirup udara dalam-dalam, menikmati setiap udara yang segar akan bau khas musim gugur.

Dia menyudahi kegiatan sendirinya. Segera Guenli berdiri dengan manaruh tas di salah satu bahunya. Masih ada kelas yang menunggu untuk dihadiri.

Duapuluh lima menit berjalan, Dia terhenti sebentar ketika melihat kumpulan pelajar dari suatu Institute sedang mengadakan pesta kecil di sebuah kafe indoor.

"Guenli!".

Sorakan itu terdengar dari salah satu pelajar yang tampaknya mengenali Guenli.

Guenli menatap orang yang menghampirinya dalam diam, memberikan waktu untuknya berbicara.

"Masih dingin saja! Mau gabung? Teman-temanku banyak yang tertarik denganmu!". Ujarnya.

Guenli menggeleng cepat, anak-anak dari Institute itu pastilah orang kutu buku pintar yang membosankan dan berisik.

"Tidak, aku ada kelas setelah ini". Balasnya singkat dan segera beranjak pergi.

Sebelum benar-benar meninggalkan mereka, Dia melirik sekilas ke arah orang-orang yang memakai jaket jurusan tersebut.

Satu yang menarik matanya adalah Anak perempuan Asia dengan warna mata sangat indah, kontras dengan rambut hitam dan kulit putihnya.

Dia bukan pusat utama, namun memiliki hubungan baik dengan semua orang. Tampak dari cara mereka saling bertukar kata dan senyum manis yang tidak terlewat.

Tetap saja, atensi Guenli sepenuhnya fokus akan warna mata itu. Catur warnanya sangat memikat dan tidak asing.

Campuran dari dua keluarga terkenal di Negaranya, Indonesia.

'Ah..., dia ya. Anak kembar yang hilang itu'.

Anak perempuan berusia limabelas tahun itu menoleh ke arah Guenli.

Keduanya bersitatap selama beberapa detik, Guenli memutuskan kontak mata tersebut. Agaknya malu tertangkap basah memperhatikan seorang gadis.

Dia melanjutkan langkahnya menuju Universitas yang sudah terlihat bangunannya.

Sang gadis, Resena memandang punggung pemuda yang menatap intens sebelumnya hingga menghilang dari retina mata.

Ia megalihkan pandangan pada seseorang yang menyapa lelaki itu tadi.

"Kak, boleh beri tahu aku siapa dia?". Tanyanya dengan raut penasaran.

Yang ditanyai tertawa dan memunculkan ekspresi menggoda. "Dia Guenli Daniswara. Kenapa? Tertarik? Ingin ku kenalkan?".

Connecting ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang