*
*
*Pintu itu terbuka, menampakkan seorang Pria dengan balutan jas mewah dan bunga didalam dekapan.
Matanya mengunci netra Resena, diambilnya langkah pasti dengan senyum menuju Resena.
"Halo, Re. Bagaimana kabarmu?". Pria itu berucap sembari menatap lekat Resena.
Resena hanya diam, menerka alasan kehadiran manusia di hadapannya.
Pria itu-- Guenli, memutar tubuhnya. Memutus kontak dengan Resena dan menatap Rakhael. Matanya mengamati setiap detail wajah Rakhael, membuat pemuda itu merasa tidak nyaman.
"Oh, aku mengira kau sedang berkencan Resena. Ternyata sedang bertemu dia, ya".
Resena tetap bungkam. Membiarkan Guenli melakukan hal yang Ia inginkan.
"Halo, Rakhael, kan? Aku Guenli, teman saudaramu. Semoga kita dapat akrab". Guenli berujar ramah, berusaha membangun hubungan baik dengan saudara 'teman'nya.
"Ah..., iya. Salam kenal, Kak Guenli?". Rakhael membalas ragu, Ia memikirkan harus menyematkan kata apa untuk menghormati teman saudaranya yang tampak lebih tua.
"Iya, salam kenal. Rakhael". Guenli memusatkan atensinya kembali pada Resena.
"Jadi, dia ya. Orang yang kau cari sejak dulu. Lalu bagaimana? Sudah sedikit puas?". Guenli memutuskan untuk memulai percakapan yang mulai menjurus ke inti.
Resena tersenyum, mengangkat gelas wine untuk meneguknya.
"Benar, dia orangnya. Mengapa kemari Guenli? Aku tidak merasa melakukan kesalahan apa pun yang melanggar perjanjian. Apa Pak Eron yang menyuruhmu kemari?".
"Tidak, bukan dia. Aku yang mau kemari". Guenli tersenyum dengan mata mendingin. Resena mengerti isyarat itu.
"Oh? Lalu ada apa Enli?". Tanya Resena ikut tersenyum.
"Hanya ingin mengunjungi temanku yang kebetulan sedang bertemu prince nya yang telah lama hilang. Dan mengingatkan, perjanjian itu harus segera terlaksan". Guenli berterus terang.
"Tentu saja, sudah sampai sini Guenli. Mana ada jalan mundur, kan". Sena mulai tertawa. Tawa miris untuk keduanya. Tanda seberapa dekat tujuan mereka.
"Benar, tidak ada jalan lain lagi Sena. Semuanya harus selesai disini". Guenli menjeda ucapannya.
"Atau kita berdua akan dihabisi hingga mati". Sambungnya.
Rakhael yang juga ada disana tidak mengerti sama sekali. Kemana sebenarnya arah pembicaraan mereka?.
"Mengapa kalian membahas kematian? Itu hanya hiperbola kan?". Tanya Rakhael memastikan.
Keduanya menatap Rakhael, pemuda itu tampak kewalahan ditatap dua orang beraura kuat seperti keduanya.
"Tidak, Rakhael. Itu sama sekali bukan hiperbola. Kami berdua memang harus siap untuk itu. Toh, pada akhirnya manusia akan mati, kan Sena?". Jawab Guenli dengan tawa kecil.
Resena ikut tertawa dan mengangguk membenarkan.
"Seserius itu? Sena, berhenti saja! Kita baru bertemu. Jangan mati!" Rakhael memekik kecil, memperingatkan Resena agar berhenti dari situasi berbahaya.
"Tentu tidak bisa, kan Re? Kalau Resena berhenti disini. Aku yang mengakhiri hidupnya. Itu perjanjian kami Rakhael". Guenli menatap lekat iris Rakhael. Menegaskan Resena tidak bolah berhenti hingga selesai.
"Kau temannya! Mengapa menempatkan Sena diposisi seperti itu?!". Rakhael mulai terpancing emosi, tidak habis pikir dengan jalan yang keduanya tempuh.
"Kau masih naif. Hidup sebagai orang biasa dan Rakhael itu berbeda. Mau tidak mau, akan ada pilihan seperti ini di hadapanmu. Tidak sekarang untukmu namun untuk aku dan Resena, ini benar-benar masa paling krusial".
"Kau tidak bisa menghentikan kami, situasi saat ini sangat kacau. Jika kami berhenti, aku, Resena, kau akan habis karena mereka".
"Sudahlah Enli. Rakhael harus belajar sendiri pelan-pelan". Resena berinisiatif memutus percakapan yang tampaknya mulai memanas, Ia tak mau menambah masalah dengan buruknya hubungan keduanya.
Rakhael terlihat tidak menyukai Guenli, kontras dengan raut awalnya ketika mereka bertemu.
Guenli hanya menatap wajah Rakhael, sebelum menunduk kearah Resena dan menatap mata itu sedalam mungkin.
"Harus selesai Resena, hanya itu cara agar kita berdua bebas". Bisik Guenli dengan penuh tekanan dekat telinga Resena.
Resena tidak memperlihatkan emosi apapun. Guenli tersenyum dan menepuk kepala Resena.
Ia pergi dengan meninggalkan bunga di meja.
'Semoga Tuhan melindungi kita dan mempermudahnya Resena'.
-Guenli Arion Daniswara.
Resena mengalihkan pandangan dari kartu tersebut. Menatap kepergian Guenli dan berlih kepada Rakhael.
"Aku tak menyukainya". Kesal Rakhael.
"Aku juga". Balas Resena.
***
Resena kembali ke rumahnya. Disana ada Aliam tengah menyusun jadwal.
Resena menuju dapur, mengambil air untuk membasahi kerongkongannya.
Setelah mengantar Rakhael ke rumah kosnya, Sena memutuskan untuk langsung pulang.
Hari ini terlalu banyak hal kacau yang membuatnya membutuhkan jeda sejenak.
Aliam melihat kondisi Resena yang seperti itu langsung mengerti, Ia tidak menanyai apa pun kepada Sena dan membiarkan Sena menarik nafas sebentar.
"Tidak ingin langsung tidur, Sena?". Tanya Aliam.
"Iya, sehabis ini aku tidur". Ucap Resena dengan tubuh bersandar di sofa tunggal dan mata tertutup.
Aliam yang melihatnya mengangguk paham. Hening menguasai keduanya, 30 menit berlalu begitu saja dan malam semakin larut.
"Kau tidak membacakan jadwalku besok, Liam?". Pertanyaan Resena memecahkan keheningan ruang tamu.
"Tidak terlalu banyak, Sena. Kau hanya perlu mengunjungi Tuan Ehman, Beliau meminta bertemu sebagai pemilik perusahaan".
Resena menghela nafas, Ia menyukai Opanya namun tidak dengan Seinselara. Semua orang disana sangat menyebalkan terutama sepupu tertuanya.
Ada tekanan tak menyenangkan tersendiri jika Ia harus berlama-lama disana. Yang tentu sangat tidak baik untuk mentalnya terutama disituasi saat ini.
"Selain itu?".
"Tidak ada lagi, hanya beberapa berkas yang perlu diperiksa dari rumah dan meeting online mengenai progress penelitian saat ini". Jawab Aliam merangkum semua jadwalnya.
Resena mengangguk mengerti. Diregangkannya tubuh. Dan segera beranjak dari sofa.
"Menginaplah Liam, sudah terlalu malam. Berbahaya untuk berkendara". Ucap Resena.
Aliam melirik jam dan mengangguk.
Resena yang melihatnya tersenyum puas. Ia menutup mulutnya saat menguap, rasa berat di mata sudah tidak bisa Ia tahan.
"Kalau begitu selamat malam, Aliam".
"Malam Sena, mimpi yang indah".
Resena mengangguk mengiyakan. Berharap setelah banyak hal hari ini semoga ada yang indah meski cuma dimimpi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Connecting Thread
General FictionResena Arkaela Seinselara-Yukline, seorang peneliti muda dan pewaris utama dua keluarga Konglomerat Indonesia bertahap mendapati ingatan tentang saudara kembarnya yang dinyatakan meninggal duabelas tahun silam, tanpa seorang pun memberitahunya yang...