-VIII--

2 0 0
                                    

*
*
*

Tut...tut...

Panggilan itu terputus. Panggilan yang cukup mengacaukan pikirannya.

Hanya seketika, dalam jarak sekian menit setelah Resena meninggalkan kediaman utama Seinselara. Ia mendapat kabar.

Saudara kembarnya, Rakhael menghilang.

Resena berusaha menenangkan diri,  berpikir sejernih mungkin untuk situasi yang sedikit melenceng dari rencananya.

'Sial, dia tahu'. Geram Sena dalam benaknya.

Tidak peduli seberapa cermat ia membuat rencana, dia pasti tahu. Seolah dapat membaca pikiran seorang Resena. Apa karena keduanya terlalu mirip? Atau memang hanya karena Resena tidak sepintar itu.

Entahlah, untuk saat ini hanya Rakhael prioritasnya.

"Aliam, hubungi Rius. Perintahkan ia mencari keberadaan Rakhael secepat mungkin". Titah Resena.

Aliam melirik melalui kaca ditengah mobil, mengangguk paham dan langsung mengikuti instruksi Nonanya.

Resena sendiri mengirim pesan kepada orang-orangnya untuk menyiapkan medis dan transportasi udara jikalau diperlukan.

Tring...tring...

Bunyi handphone mengusik suasana mencekam. Resena melirik Aliam yang tengah meminta izin mengangkat panggilan.

"Dari Bapak, Nona". Ujarnya merasa tidak enak.

"Angkatlah".

Raut wajah Aliam tampak menegang setelah bertukar cakap dengan Andra.

"Apa yang terjadi?". Segera Resena bertanya setelah panggilan keduanya terputus.

"Hanya masalah pribadi Nona, tidak perlu khawatir". Balas singkat Aliam.

Kontadiktif dengan perilakunya yang jelas tidak tenang, kedua tangannya mengepal dan alisnya menukik tertahan.

"Beritahu aku, Aliam". Tegas Resena, serumit apapun situasi terkini, Aliam masih orang yang penting untuk Ia tahu masalahnya.

"Alan belum pulang. Bukan masalah besar, Anak nakal itu hanya pergi bermain dan lupa waktu..., mungkin". Jelasnya ragu.

"Dan teman bermain itu pasti Rakhael". Lanjut Resena.

"Jadi orang itu menyerangku dari dua sisi ya". Ucapnya lagi dengan tawa sinis.

Ding

Kembali Resena mengalihkan perhatian pada handphone.

Terdapat pesan dari nomor tidak terdaftar dalam kontaknya.

'Awal 12 tahun lalu. Jangan berpura-pura. Kau ingat semua Resena'.

Resena memandang datar pesan tersebut, tanpa sadar mengeratkan genggamannya.

"Bajingan tua menyebalkan, dia benar-benar ingin bermain dengan masa lalu".

Tanpa menunggu informasi dari Rius, Resena memberi perintah kemana seharusnya mereka pergi.

Ke tempat awal semuanya terjadi. Tempat yang merubah seorang Resena Arkaela Seinselara-Yukline menjadi gadis pendendam penuh darah di tangan.

Dan tempat mula kacaunya tiga keluarga Konglomerat terkemuka Negara. Titik nol.

***

Kenan menyusuri rumput yang sudah tumbuh tinggi. Dirinya dan Alan ditinggalkan berdua begitu saja di tengah lebatnya hutan tropis.

Connecting ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang