*
*
*Hari terus berganti. Resena sudah memutuskan, Ia akan menemui Rakhael.
Setelah banyak tentang dan setuju dalam otaknya, yang menang adalah, iya. Sena akan menemui kembarannya. Sesegera mungkin.
Resena hanya mempunyai dua pilihan. Bertemu Rakhael dan menghadapi semua dengan Rakhael dalam perlindungan paling optimal atau terus menyokong anak itu tanpa pernah bertemu secara langsung.
Sejauh ini, opsi kedua selalu ada dalam pilihan utama Resena. Namun tidak lagi, tidak bisa. Rasanya Sena akan gila jika melakukan semuanya sendiri secara bersamaan.
Menemui Rakhael adalah pilihan implusifnya sebagai manusia yang bisa lelah akan keadaan.
Tentu saja, Resena paham benar Rakhael bisa saja tak menyukainya dan memilih bebas sebagai Kenan. Terutama setelah email itu, Resena tidak pernah lagi mengontak Rakhael.
Jadi, Resena akan menerima semua keputusan Rakhael, sekalipun tidak bersamanya. Ia sekali saja, harus berbicara dengan Rakhael. Sebagai saudara satu-satunya yang ia punya.
Diraihnya handphone dari dalam tas genggam. Mencari apa saja untuk dibaca sembari melangkah kedalam restoran privat yang sangat mewah.
"Reservasi atas nama Resena". Kalimat itu meluncur lancar dari bibirnya yang di balas ramah oleh Resepsionis.
"Tentu, Nona Resena. Silahkan ikuti saya".
***
Kenan sedang menunggu kehadiran Resena. Rasa debar yang tak karuan benar-benar mengacaukan pikirannya.
Kenan takut dan senang bertemu Resena. Akankah Sena sama dengan penilaian awalnya yang hanya dari kata sebuah surel. Atau apakah Sena orang yang lebih dingin dari pada itu.
Apa pun, Kenan hanya berharap semoga saudaranya orang baik.
Tok..tok..
"Permisi Tuan, Nona Resena sudah disini". Suara itu mampu mengalihkan atensi Kenan sepenuhnya ke arah pintu.
Di sana, di belakang seseorang dengan pakaian resepsionis. Ada Resena. Kembarannya.
'Cantik...'. Hanya itu pikir Kenan. Tak ada kata yang mampu terucap.
Resena tidak melangkah masuk, ia sibuk bersitatap dengan Rakhael. Hingga deheman Resepsionis tadi membuyarkan eye contact mereka. Mempersilahkan Resena segera masuk.
Resena menatap singkat Resepsionis itu canggung dan segera masuk ke dalam ruangan. Suasananya tak nyaman.
Setelah mengambil tempat di depan Rakhael, Sena kembali menatap Rakhael intens.
Rakhael yang ditatap salah tingkah sendiri. Tangannya meraih gelas yang berisi cairan bening. Belum sempat meneguk hal yang dikira air, Resena membuka suara.
"Itu alkohol, kamu bisa meminta air nanti pada pelayan".
"Hah? Apa?". Rakhael bertanya bingung. Ia sangat blank saat ini.
Resena menghela nafas.
"Jangan minum alkohol dulu, Rakhael. Kita harus berbicara dalam keadaan sadar penuh agar tidak ada kesalahpahaman nantinya". Jelas Resena perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connecting Thread
General FictionResena Arkaela Seinselara-Yukline, seorang peneliti muda dan pewaris utama dua keluarga Konglomerat Indonesia bertahap mendapati ingatan tentang saudara kembarnya yang dinyatakan meninggal duabelas tahun silam, tanpa seorang pun memberitahunya yang...