*
*
*"Lalu apa lagi yang berubah?". Tanya Rakhael dengan ekspresi masih tidak percaya.
"Sanjana Yukline mati". Tegasnya.
"Bagaimana kau yakin? Bisa saja tembakan tadi meleset".
"Kalau meleset, mengapa tidak ada tembakan balasan atau tembakan lain untuk membunuhnya?". Cibir Resena atas kedangkalan pertanyaan Rakhael.
Rakhael bungkam dan membenarkan perkataan Resena.
"Itu saja yang berubah?" Pertanyaan kali ini muncul dari Guenli.
"Tidak, hal terbesarnya itu. Namun banyak sekali yang berubah Enli. 'Orang' ku juga memasang banyak kamera untuk menyiarkannya langsung di televisi. Kita semua akan menjadi pencarian utama saat ini".
"Itu alasan padamnya lampu tadi?". Tebak Rakhael.
"Tepat". balas Resena dengan senyum bangga.
"Semuanya selesai, kan. Guenli". Ucap Resena dengan senyum masih setia di wajahnya.
Guenli tidak bisa berkata-kata lagi.
"Siapa 'orangku' ini Resena?".
"Mungkin aku dimasa depan? Entahlah hanya firasat". Jawabnya santai.
"Lalu kau dari tadi....".
"Sandiwara, jika di persentasekan hanya lima persen kekhawatiran akan hal buruk yang terjadi".
Guenli melayangkan protes. "Kau menumbalkanku, meskipun bisa menghindari situasi seperti ini?".
"Kau pantas untuk itu, anggap saja bayaran atas kerja kerasku".
Pintu terbuka, menampilkan Aliam dan staf medis di belakangnya.
"Kakak!". Alan berlari mendekap Aliam. Ia merasa sangat bersyukur masih bisa bertemu Kakaknya.
"Tenanglah Alan, berhenti menangis. Anak cengeng". Katanya sembari mendekap Alan yang menangis.
Resena memaklumi reaksi alami itu. Dia memandang Guenli yang diberi pertolongan pertama oleh medis.
"Kau tampak jelek dengan perban". Ejek Resena.
"Kau juga akan mendapatkannya, bodoh". Dengus Guenli melirik pergelangan tangan kanan Resena.
Keduanya terdiam sebentar sebelum Resena kembali bersuara. "Bersiaplah, Daniswara akan hancur sekarang".
"Aku tahu. Baguslah, semua orang serakah itu tidak akan punya uang untuk meyuap hukum lagi". Balasnya.
"Cepat sembuh Resena". Lanjut Guenli sungguh-sungguh.
"Kau juga, Enli. Cepat sembuh". Jawab Resena tanpa niatan mengajaknya bertemu kembali untuk sekedar merayakan kemenangan bersama.
Mereka sejak awal bukan rekan apalagi teman, itu mutlak.
Guenli dibawa menggunakan helikopter medis. Resena menatap Rakhael yang membatu memandangi semuanya.
"Ayo, Rakhael. Kita juga pulang". Ajak Resena.
Rakhael menangguk dan menggenggam tangan Resena. Dia berjalan dengan tertatih. Dapat dipastikan tujuan pertama mereka adalah rumah sakit.
"Ini hidup yang akan kau jalani sebagai Rakhael. Kau bisa memilih disini, mau tetap menjadi Kenan Malka atau Rakhael Yukline". Kata Resena.
Rakhael melirik pergelangan tangan Resena yang terluka dan telah dibalut perban.
"Aku memilih disisimu sebagai Rakhael, Sena. Tolong bantu aku menyesuaikan diri". Final Rakhael.
Resena tersenyum dengan tulus untuk pertama kalinya setelah beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connecting Thread
General FictionResena Arkaela Seinselara-Yukline, seorang peneliti muda dan pewaris utama dua keluarga Konglomerat Indonesia bertahap mendapati ingatan tentang saudara kembarnya yang dinyatakan meninggal duabelas tahun silam, tanpa seorang pun memberitahunya yang...