X X V

1.3K 268 0
                                    

"Ma."

Zeyra yang sudah hampir tertidur itu pun kembali membuka matanya. "Kenapa?" Ia menguap, tapi masih ingin di kamar Keenan.

Laptop Keenan yang masih menyala pun diarahkan ke hadapannya. "Dia masih pantau rumah kita. Yakin Mama sama Papa gak mau ambil tindakan?" Ada CCTV yang sengaja mereka pasang di luar untuk melihat keberadaannya.

Matanya menyipit. "Mama rasa masih aman kalau dia gak berbuat apa-apa ke keluarga kita. Papa juga udah buat planning kalau sewaktu-waktu dia bergerak, jangan khawatir," ucapnya mengusap lengan anaknya. "Kamu beneran gak tidur?" Bahkan mata Zeyra sudah tinggal beberapa watt sebelum tertidur lelap.

"Mama jangan tidur dulu," desak Keenan mencoba melebarkan mata mamanya yang tertutup lagi. "Mama harus liat ini, baru boleh tidur," suruhnya mengubah tampilan laptopnya.

Baiklah, demi anaknya, Zeyra rela membuka matanya lagi. Tampilan laptopnya sudah berubah menjadi suasana pesta yang sedang rusuh. "Kamu nyuruh Mama nonton film apa?" Pesta semewah itu, ia yakin itu hanya sebuah cuplikan film.

Keenan melengos. "Ini pesta antar pengusaha, yang ngadain Pak Arnold. Perusahaan besar di Jerman, Ma," beritahunya.

Yang awalnya lesu karena sudah tidak tahan kantuk, merubah posisinya menjadi duduk terkesiap. "Kamu retas CCTV mereka? Keenan, penjagaan disana ketat banget. Kamu bisa dapet masalah kalo ketauan ngelakuin ini," murkanya.

"Kan udah aku bilang, lagi disuruh sama Ace. Dia cucunya. Aku gak akan kena masalah, Ma. Lagian ini juga demi kepentingan dia." Keenan rasa reaksi Zeyra terlalu berlebihan.

Dan sepertinya memang cuma Zeyra yang berani menoyor kepala anaknya sendiri karena kesal. "Harusnya bilang daritadi. Jangan bikin Mama panik." Kadang hal yang begini harus Zeyra waspadai agar anaknya tidak kelewat batas. "Terus kamu mau nunjukin apa tadi?" Lupa dengan tujuannya.

"Ini."

Zeyra memperhatikan apa yang ditunjuknya. Terletak pada lantai dua, ada orang berpakaian serba hitam berjalan santai menuju arah jendela. Yang membuatnya tertarik adalah sepatu yang memiliki logo aneh di belakangnya.

Kemudian menatap Keenan. "Setelah dia dari sini, dia kesana?" Keenan mengangguk. "Dia ada urusan apa disana?" gumamnya.

"Dugaan kita makin kuat, Ma. Ana ada hubungannya sama keluarga Ace."

.

.

.

Ace mengernyit. "Ana?" pastikannya lagi sampai Keenan mengangguk.

"Si tuan putri Nevara it – HMMP." Mulut Aludra langsung dibekap oleh Rio, lupa jika itu ledekannya tanpa Keenan tahu.

Rio terkekeh. "Kebiasaan anaknya ngomong gak pake mikir," alasannya. Bisa bahaya jika ledekannya terdengar.

Mata Keenan memincing, memberi tanda peringatan untuknya berhati-hati jika mengatai adiknya.

"Kenapa lo yakin hubungannya cuma sama Ana?" tanya Kai menyambung. "Lagian kata lo sendiri kalo dia gak pernah keluar dari kamarnya," lanjutnya.

"Karena selama ini yang diawasi cuma Ana, kalo gue cuma sesekali. Kalo lo lupa, Al, gue pernah dipanggil sama Ana 'kan buat ke kamar?" Aludra yang ingat itu langsung mengangguk. "Ana selalu panggil gue kalo ada orang yang pantau dia dari luar," terusnya.

Aludra membulatkan mulutnya, mengerti kenapa Floana selalu berteriak memanggilnya. Sebenarnya itu bukan kali pertama ia mendengar Floana memanggil kakaknya. Sudah sering, cuma Aludra pikir itu hal biasa.

Cassiopeia : Nayanika ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang