Matahari yang harusnya sudah keluar dari persembunyiannya tapi dihalangi oleh awan-awan hitam yang menghiasi langit pagi itu. Burung-burung bertransmigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya, mencari tempat yang akan ditinggali oleh mereka untuk sementara waktu.
Suara khas motor terdengar oleh seorang gadis yang sedang memakai sepatunya. Mengikatkan tali putih yang terpasang di sepatunya. Setelah sudah memakainya, ia pun menyampirkan pegangan tasnya di salah satu bahu dan mengambil kunci indekosnya. Menguncinya dari luar supaya tidak dimasuki orang asing.
Langkahnya seperti mengetuk lantai walaupun terdengar cukup pelan. Di depan indekosnya, sudah ada seorang laki-laki dengan pakaian seragam SMA pada umumnya dengan balutan jaket hitam, hanya saja tidak memakai dasi panjang yang melingkar di lehernya. Ia sedang memainkan ponselnya sembari menunggu seseorang.
Gadis itu pun segera menghampirinya dengan larian kecil. Merebut helm yang menjadi tumpuannya sejak tadi sampai laki-laki itu tersentak kaget. "Untung ponsel gue gak jatoh," omel Rio. Jika ponselnya jatuh, mungkin ia akan mendapat omelan dari ibunya selama berhari-hari.
Aludra terkekeh. "Lagian lo fokus banget liatin ponsel lo. Lagi liatin apa sih?" tanyanya mencoba untuk mengintip layar ponselnya.
Rio langsung memasukkan ponselnya ke dalam jaketnya. "Gak usah diliat. Cepetan naik," suruhnya. Tak ada apa-apa di dalam ponselnya, ia hanya membaca berita mengenai ledakan mobil yang beberapa hari lalu terjadi di area lapang.
Gadis yang rambutnya digerai itu pun memakai helm nya dan naik ke atas motor Rio dengan menumpu kedua tangan di bahu Rio. Rio pun menyalakan mesin motornya dan menjalankannya menuju sekolah. Estimasi waktu menuju sekolahnya pun tidak terlalu menghabiskan banyak menit.
Mereka baru saja kembali bersekolah setelah beberapa meliburkan diri pasca kejadian itu. Tentunya ini diperbolehkan oleh Pak Carlos. Mereka memanfaatkan waktunya untuk mengistirahatkan diri dari rentetan kasus yang cukup menguras mental dan batin.
Untuk masalah berkas yang diberikan oleh Dayana, berkas tersebut sudah diserahkan kepada polisi di hari kejadian ledakan tersebut. Terlihat dari raut wajah mereka, yang paling terpukul dengan kepergian Dayana adalah Ace. Dia tidak bisa mencegah Dayana untuk ikut dengannya.
Selama meliburkan diri, mereka lebih banyak berkomunikasi melalui video call. Lebih banyak mendengarkan ceramah dari Kai untuk Ace yang murung. Gadis itu bukan tipikal yang bisa membujuk seseorang, ia pun memilih untuk diam dan mendengarkannya saja. Rio hanya membantu Kai menambahkan kata-kata yang kurang pas untuk didengar oleh Ace. Keenan pun sama seperti Aludra.
Setelah banyak usaha yang dilakukan oleh Kai, perlahan Ace mulai bangkit lagi walaupun masih banyak diamnya. Walaupun hanya sedikit, Kai tetap terus memberikan wejangan kepadanya supaya tidak berlarut pada keterpurukannya.
Selama perjalanan menuju sekolah, mereka lebih banyak diam dan tidak mengatakan apapun. Bukan karena mengingat kejadian itu, melainkan akan sia-sia jika mengobrol saat motor sedang berjalan. Sudah sering terjadi di antara mereka berdua. Ketika Aludra mengajaknya mengobrol sesuatu, pasti selalu mendapat respon yang berbeda dari Rio. Makanya lebih baik mereka berdua diam.
Sudah hampir sampai di area sekolah, hanya menyisakan beberapa meter lagi. Seketika Aludra menepuk bahunya untuk membuatnya berhenti sebelum masuk area sekolah. Rio yang paham dengan isyarat tersebut, ia menghentikan motornya.
Sudah banyak anak-anak yang berpakaian sama dengan mereka menuju tujuannya yaitu SMA Arcthurus. Aludra melepaskan helmnya dan turun dari motor Rio. Ia menyerahkannya kepada Rio, membuat laki-laki itu kebingungan.
"Sekolah tinggal beberapa meter lagi, Al. Kenapa turun disini sih?" tanya Rio.
Aludra memasang wajah masam. "Kasus kita udah selesai, harusnya gak kayak gini," jawabnya. Ia masih sedikit takut pandangan anak SMA Arcthurus terhadap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia : Nayanika ✔️
Mystère / Thriller[Seri Kedua Cassiopeia] Setelah tiga bulan Ace mengetahui bahwa ibunya telah dibunuh seseorang. Pembunuhnya nyata, namun motifnya tidak jelas. Membiarkan dirinya kalut dalam kebingungan sampai seseorang membujuknya untuk mencari tahu semuanya. *** ...