X X I X

1.4K 279 3
                                    

Ya, semuanya berjalan dengan lancar sesuai keinginan mereka. Carlos dibebaskan tanpa syarat karena bukan orang yang membunuh mertuanya sendiri. Orang yang melakukannya sedang disisir dan diulik lebih dalam sampai bisa ditangkap oleh kepolisian.

"Pihak kepolisian saat ini masih menyelidiki kasus penembakan yang terjadi di hotel Y yang melibatkan pengusaha terkaya di Jerman."

"Spekulasi yang beredar nyatanya tidak benar ...."

"Terlihat perkembangan dari kasus penembakan ...."

Itu yang sampai di telinganya dari suara televisi yang terpajang di sudut ruangan. Namun pandangan Ace lebih tertarik ke ponselnya, walaupun yang dibacanya pun tetap sama. Tentang ayahnya.

Pasca kejadian itu, Ace sebenarnya tidak yakin semuanya akan baik-baik saja. Reputasi Carlos yang mulai tercoreng dimana-mana, entah itu dari Cassiopeia atau menjadi tersangka dari penembakkan kakeknya. Nama Cassiopeia terseret lagi, walaupun langsung tertutup karena anak pertama Tyantara yang baru saja tertangkap.

Tuk!

Ace menghela nafas. "Mau sampe kapan gue disuruh disini?" Padahal ia mendatangi Sora hanya untuk menanyakan terjemahan itu.

Tapi lihat? Gadis yang sudah menghitam pekatkan rambutnya masih sibuk membidik panahnya agar tepat sasaran. Sudah ada tiga panah yang mengenai target, Ace pikir itu akan membuatnya berhenti bermain.

Awalnya Ace bingung kenapa Sora mengajaknya untuk bertemu di tempat panahan, padahal sekarang ia lebih suka berada di rumah atau kampus saja. Ini karena perkara wajahnya sudah terekspos media sebagai cucu kakeknya.

Ekor matanya menangkap sesuatu. Saat mengalihkan pandangannya, di depannya sudah ada Sora yang mengarahkan panah ke hadapan wajahnya. "Kenapa? Target lo disana, bukan disini," cibir Ace tanpa rasa takut. Menggeser panahnya agar menjauh dari wajahnya. "Kenapa lo tiba-tiba ngajak gue kesini?" tanyanya.

Sora mendengkus, menurunkan panahnya. Mengambil duduk di sebelah Ace. "Berjaga-jaga kalau pembunuh Beliau datang. Setidaknya aku bisa langsung menancapkan panah ini di bagian tubuh mereka," ujarnya jujur.

Tangan Ace terulur, menyatukan jari tengah dan ibu jarinya untuk menyentil keningnya. "Mimpi aja terus. Kalaupun mereka dateng, pasti langsung ditangkap polisi. Gak mungkin lo ada kesempatan untuk balas dendam kayak gitu," tuturnya.

"Memangnya tidak masalah jika semisalnya aku benar-benar ada kesempatan untuk membunuh mereka?" Mata Sora mengerjap, seperti mendapat sebuah celah.

"Udah gede 'kan? Harusnya yang lebih tua dari gue, udah bisa mikir mana yang perlu dilakuin dan mana tindakan bodoh," sindir Ace sampai membuat gadis itu melengos. "Sebelum gue tanya terjemahan itu, lo mau nyampein hal penting apa?" Ace tidak akan pernah lupa dengan itu.

Sora menegapkan tubuhnya, menyerong sedikit. "Aku tidak tahu harus menerimanya atau tidak, tapi anak perusahaan yang tersebar di Jerman diwariskan semuanya kepadaku," beritahunya.

Ternyata ada untungnya juga Ace menunda Sora untuk mengatakannya kemarin.

"Ya lo terima aja, gampang 'kan?" Masalahnya di usia Sora sekarang, setidaknya ia sudah bisa mengambil alih perusahaan milik ayah angkatnya.

"Tapi aneh." Kakinya terjuntai ke bawah, menendang udara yang tidak bersalah. "Warisan itu dibuat setelah aku menghilang. Padahal jelas-jelas dia kasih pernyataan kalau aku sudah tidak ada, tapi kenapa dia membuat warisan itu dan tidak mengubahnya?" Nada suaranya semakin memelan.

Ace jadi ingat pertemuan dengan kakeknya terakhir kali. Dimana Arnold seperti berpura-pura tergertak saat Gery mengatakan Adele masih hidup. Bukannya Ace sok menjadi pakar ekspresi wajah, tapi kelihatan sekali jika kakeknya sudah tahu keberadaannya.

Cassiopeia : Nayanika ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang