Cassiopeia 1 [Extra Part 4 (63.5)]

1.7K 225 0
                                    

"Gue mau pulang ya," pamit Ace.

Karena Aludra sudah berpamitan lebih dulu untuk pergi bersama Leoni dan Rio, kini gilirannya yang pulang.

Kai menepuk bahu Ace. "Kita bareng aja," ajaknya.

Ace menggeleng. "Gue mau sendiri dulu. Biarin gue ya," mohonnya agar mereka tidak mengikutinya.

"Kabarin gue kalo lo butuh bantuan."

Anggukan Ace tidak mencerminkan kenyataan yang ada, Ace pasti tidak akan mengabarinya. Sudah ia bilang, Ace akan terpuruk lagi setelah berbicara dengan Aludra. Dia bisa menyembunyikan rasa sedihnya untuk menghibur Aludra.

"Kalian susul dia. Saya takut jika dia berbuat macam-macam," suruh Pak Carlos yang tiba-tiba ada di samping mereka.

"Pak Carlos gimana?" tanya Keenan yang masih khawatir dengan keadaan Pak Carlos.

"Masih ada Elora disini, tenang saja. Khawatirkan keadaan Ace." Pak Carlos menepuk bahu mereka berdua. "Saya titip Ace dengan kalian," ucapnya.

Mereka mengangguk. Bergegas menyusul Ace yang entah akan kemana untuk menyendiri.



***



Sol sepatu yang sudah kotor dengan tanah yang ia injak, perlahan menyeret kakinya untuk masuk ke suatu tempat. Raut wajah yang tidak bisa diartikan sama sekali. Kecewa, sedih, kalut, bercampur menjadi satu. Ia pun tidak tahu harus berekspresi seperti apa setelah mengetahui semuanya.

Ace menjatuhkan diri di samping sebuah makam. Di dekat makam tersebut, tertulis nama 'Mentari Ayudisha' yang sudah ditumbuhi tanaman rambat. Ia hanya bisa memandang makam ibunya dengan tatapan sendu.

Sejujurnya ia penasaran dengan cerita lengkap dari ayahnya, tapi ayahnya hanya diam saja. Mungkin saja saat ia tiba di rumahnya, ayahnya hanya meminta maaf kepada dirinya tanpa bercerita lebih.

"Apa ... apa yang buat kakeknya Arlo ingin membunuh Ibu?" tanya Ace dengan suara gusar.

Ace tertawa miris sambil mengeluarkan air matanya. "Ayah jahat, Bu. Kenapa Ayah gak pernah memberitahu hal ini ke Ace? Walaupun saat itu Ace masih kecil, setidaknya dia bisa memberitahu Ace saat umur Ace udah dewasa."

"Kenapa harus di saat kayak gini Ace tahu ini semua?"

"Gimana kalo kejadian ini gak terjadi? Mungkin seumur hidup Ace, kematian Ibu selalu ditutupi dari Ace." Ace menutupi wajahnya sambil memeluk nisan tersebut. "Gak adil, Bu. Gimana pun juga, Ibu adalah ibu kandung Ace. Ace berhak tahu hal ini," desaknya.

Suara isakan terdengar darinya. Tak peduli jika ada orang yang melihatnya seperti ini. Ia hanya ingin mencurahkan isi hatinya kepada ibunya. Hanya ibunya saja yang bisa menerima omelannya tanpa di respon.

Dadanya terasa sesak, masih belum bisa menerima kenyataan yang beberapa saat ia dengar. Merasa terbodohi karena baru mengetahuinya sekarang. Entah apa alasan kakeknya Arlo membunuh ibunya, ia masih belum tahu jawabannya. Masih banyak lagi ricauan yang dibuat olehnya sembari menyalahkan dirinya sendiri.

Dari kejauhan, ada yang memperhatikan dirinya. Kai dan Keenan baru saja sampai di pemakaman. Mereka pernah kemari saat Ace mengajaknya. Mereka tak berani untuk mendekat kepadanya. Mereka ingin Ace bisa mencurahkan isi hatinya di depan makam ibunya.

"Kita tunggu aja disini," cegah Keenan.

"Ini kedua kalianya gue liat Ace bisa nangis kayak gitu," iba Kai. Selama bersahabat dengannya, ia jarang melihat Ace menangis. Walaupun menangis, tidak akan separah itu.

"Gue bisa rasakan bagaimana perasaan Ace saat ini walaupun gue gak pernah ngalaminnya."

"Tapi gue yakin, dia bisa bangkit lagi dari keterpurukannya."

Cassiopeia : Nayanika ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang