Kimemashita

419 50 8
                                    

“Kau tak apa?” Tanya Sasori sembari memberikan segelas air putih pada Sakura

Gadis itu tersenyum lemah sembari mengambil gelas yang ditawarkan Sasori. Ia segera meneguk air itu hingga tandas dan meletakkannya di atas meja.

Sasori kini sudah duduk disamping Sakura, ia membelai kepala gadis itu sayang. Namun raut wajahnya tampak sedih dan ragu-ragu, Sakura sadar dan mengerti jalan pikiran kakaknya. Ada sesuatu yang ingin disampaikan Sasori. Tapi Kenapa Sasori harus ragu begini?

Sakura kemudian menggenggam tangan Sasori yang tadi membelai kepalanya. Ia menatap mata hazel kakaknya itu dengan raut wajah yang mengartikan

‘Aku tak apa, katakan saja’

Sasori menggigit bibir bawahnya pelan, ia sungguh tak ingin mengatakan ini.. apalagi Sakura sedang tampak tak baik-baik saja. Namun bila ia diam saja, masalah yang lebih besar mungkin akan menimpa adik kesayangannya ini.

“Kaa-San kembali”

"...."

“Saat ini dia sedang berada di pesawat. Mungkin sebentar lagi akan sampai”

Sakura diam saja mendengar perkataan kakaknya, sudah menduga kemana arah pembicaraan mereka. Kini ia harus segera meninggalkan rumahnya. Mebuki sangat membencinya, maka dari itu dia harus pergi. Lagian dia bukan siapa-siapa di keluarga ini.

Sakura tersenyum kecut menyadari tak ada satupun orang yang menginginkan kehadirannya. Bahkan Sasuke yang selama ini selalu bersamanya pun turut membencinya. Ini adalah hal yang sangat membahagiakan untuk pemuda itu.

“Ikutlah denganku ke Tokyo, Sakura. Aku sudah menyiapkan barang-barangmu, aku janji untuk membuatmu lebih bahagia disana"

Sasori menarik nafas panjang, lalu menghelanya untuk mencari sedikit ketenangan

"Maafkan aku karena selama ini kurang memperhatikanmu" lanjut Sasori

Sakura tersenyum melihat pemuda dewasa yang kini tampak seperti anak anjing, kakaknya jelas sangat menyayanginya dan Sakura merasa terharu mrngetahuinya. Sakura kemudian memeluk Sasori dan megucapkan terima kasih pada pemuda itu.

.

Sasori kembali menanyakan apakah Sakura benar-benar tak ingin berpamitan pada teman-temannya. Namun gadis itu terus menggeleng. Ia takut jika nanti ia bertemu dengan Sasuke, ia tak ingin tekadnya menghilang saat bertemu dengan pemuda itu.

Sasori kemudian mengangguk dan mengatakan bahwa ia akan kembali setelah mengurus surat serta mengambil tas milik Sakura. Ia juga akan  menitipkan salam perpisahan pada teman sekelas gadis itu. Sakura mengangguk dan sekali lagi mengucapkan terima kasih, Sasori mengacak pelan rambut Sakura dan melangkah menuju ruang Kepala Sekolah.

.

Tak sulit untuk pemuda itu mencapai ruang kepala sekolah, penjelasan Sakura sangat akurat dan dia cukup cerdas untuk memahaminya.
Saat Sasori akan mencapai pintu kantor, ia tak sengaja berpapasan dengan Sasuke. Pemuda itu menganggukkan kepalanya untuk menyapa Sasori, kemudian berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sasori hanya melihat kepergian pemuda itu dengan wajah datar. Sebenarnya ia ingin memberitahu Sasuke bahwa Sakura akan pindah sekolah, namun mengingat adiknya yang menangis tersedu-sedu karena si brengsek itu, Sasori menelan kembali niatnya.

"Tchh, yang benar saja"

.

Sakura menunggu Sasori dengan sabar, sesekali ia menyenandungkan lagu yang diputarnya melalui headset dan memandangi sekolah yang tak lama lagi akan segera ia tinggalkan.

Agak sayang sebenarnya, ia baru saja mendapatkan teman dan merasakan kebahagiaan kecil bersama mereka. Namun, ia tak boleh terlena dengan hal itu. Ia harus sadar bahwa Ibu dan Sasuke tak menyukai kehadirannya.

Sakura sudah cukup egois dengan terus mengganggu kehidupan Sasuke, pemuda itu butuh kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu hanya dapat diperoleh dengan kepergiannya. Sakura juga percaya diri bahwa ia pasti akan tetap bisa bahagia meski tak bersama Sasuke.

Meski awalnya sulit, namun seiring berjalannya waktu.. Ia pasti dapat melupakan pemuda itu.

Tenggelam dalam lamunannya, Sakura tak sadar ada seseorang yang mengetuk kaca jendelanya. Seseorang yang ternyata adalah Gaara itu sudah berkeliling untuk mencari dirinya, tampak jelas dari raut khawatir yang tercetak di wajahnya.

Sakura tersenyun kecil melihatnya, rasa bersalah kembali menghantui dirinya. Kali ini Sakura harus meminta maaf dengan benar.

Cklek

"Gaara-kun" Sapa gadis itu begitu menuruni mobil

Ia meraih kedua tangan Gaara dan menatap pemuda itu dengan tatapan bersalah. Tak terasa air matanya mengucur, ia meminta maaf dan menjelaskan kesalahannya hari ini pada pemuda itu.

"Tak apa" sepatah kata itu meruntuhkan beban dalam hati Sakura, gadis itu kemudian memeluk Gaara dan menangis dipelukan pemuda itu

Di ujung jalan sana, tampak seorang pemuda berhelai raven yang menatap dua sejoli itu dengan tatapan sinis dan buku tangan yang memutih. Pemuda itu kemudian berdecih dan memutar badannya menuju kelas.

Sakura kini sudah berhenti menangis, ia juga sudah melepas pelukannya dan kembali menggenggam tangan pemuda itu. Tersenyun manis, ia kemudian mengucapkan selamat tinggal pada Gaara.

Gaara menatap gadis itu heran, tak mengerti denga apayang tiba-tiba Sakura ucapkan.

"Aku akan pindah sekolah, Gaara-kun"

Degggg

Gaara merasakan dadanya dicengkram erat oleh tangan tak kasat mata. Perasaan tak rela juga timbul dalam dirinya, ia ingin sekali mencegah gadis itu. Namun, sepertinya ia tak memiliki hak untuk itu. Sakura jelas sudah membulatkan tekadnya untuk pergi, Gaara hanya dapat mendukung dan menyertai gadis itu dengan harapan kebahagiaannya.

Tak lama, Sasori kembali dengan membawa dua orang gadis yang merupakan sahabat Sakura, Ino dan Hinata.

Dua gadis itu menghambur kedalam pelukan Sakura dan menangis meraung-raung. Mereka terus mengatakan bahwa Sakura tak boleh pergi dan meninggalkan mereka. Namun, Sakura menggeleng lemah.

"Aku sudah memutuskan untuk pergi, maaf"

"Tapi kenapa? Apa karena Sasuke!?" Tanya Ino seraya melepaskan pelukan mereka

Tak menjawab pertanyaan Ino, Sakura justru semakin mengeratkan pelukan mereka. Ia menangis sesenggukan bersama para gadis itu.


Tetanggaku Yang MenyebalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang