"Aku mengerti anakku sangat cantik dan manis sehingga para lelaki tak tahan untuk mendekatinya. Namun tetap saja, kau tak boleh mencari kesempatan hingga menginap dirumahnya berdua saja. Ck.. Ck" Setelah mengatakan itu wanita yang mengaku sebagai ibu Sakura pergi begitu saja
Tchh... kau anggap aku lelaki seperti apa, eh? Aku takkan melakukan hal-hal aneh pada Sakura. Setidaknya tidak untuk sekarang.
Kurasakan punggungku panas seketika, lalu saat menoleh kebelakang ternyata Sasori tengah menatapku bak seorang predator. Sedangkan ibuku melihat dengan tatapan tak percaya yang memiliki sedikit rasa senang disana. Heii aku bahkan tak melakukan apa-apa! Berhenti menatapku seperti itu!
Yahh, tentu saja ini hanya perkataan dalam otakku, karena bagaimanapun tak ada gunanya menjelaskan hal ini pada orang sudah menaruh prasangka padaku. Tck, mendokusai..
"Sasuke-kun.. kau--"
"Tidak, Kaa-San... Ini tak seperti yang kalian pikirkan!"
"Tak apa, Kaa-San mengerti!" Tckk mengerti apanya!
"Aahhh... Kini Sakura-chan benar-benar akan menjadi anakku ahahahahahhaha"
Lihat? Dia bahkan tertawa penuh kegembiraan. Padahal sudah kubilang bukan begitu. Memang tak ada gunanya menjelaskan ini. Lebih baik aku kembali ke tempat Sakura dan membujuknya pulang bersamaku. Dia pasti lebih memilihku ketimbang wanita tak jelas itu 'kan?
Aku berniat pergi, namun panggilan Sasori menghentikan langkahku
"Biarkan Sakura yang memilih, Sasuke" Seakan tahu isi hatiku, Sasori mengatakan hal yang sangat tidak ingin kudengar
Aku tahu aku egois. Tapi aku tak ingin kehilangannya lagi. Sudah cukup perasaan menyakitkan ini menghantuiku. Aku tak sanggup bila tak ada dirinya. Jika dia pergi ke New York mengikuti orangtuanya, lalu bagaimana denganku? Aku tak bisa membiarkannya pergi sejauh itu. Tidak akan!
Tap!
Kurasakan telapak tangan Sasori dibahuku, ekspresinya seakan mengerti apa yang kurasakan saat ini. Bagaimanapun dia pasti juga merasakannya, tapi kenapa? Kenapa kau tak mau menghentikan Sakura? Jika kau menyayanginya... Harusnya kau tak boleh membiarkannya pergi sejauh itu!
"Selama ini Sakura sudah tersiksa, Sasuke.. dia juga merindukan sosok ibu serta ayah yang bisa menyayanginya. Aku tahu kau dan keluargamu juga sangat menyayanginya, tapi rasa itu tetap berbeda"
"Apanya yang berbeda! Dia bisa menganggap kaa-san dan tou-san sebagai orangtuanya.. Lagipula ada aku! Aku juga bisa melimpahkannya dengan perasaan sayang itu! Dia tidak harus pergi!" Meluap sudah emosiku, hei kau benar-benar membuang waktuku Sasori! Bagaimana jika nanti Sakura sudah pergi dan meninggalkanku!
"Dengar Sasuke... Bayangkan jika kau diposisi Sakura. Antara kau yang sudah menyakiti Sakura dan Tsunade yang menawarkan kehangatan keluarga sesungguhnya.. mana yang akan kau pilih?"
Kepalaku tertunduk dan terdiam, memang benar bahwa aku sudah menyakitinya. Meski Sakura sudah memaafkanku pun, tetap saja kesalahanku tak bisa dihapuskan. Dia... Pasti memilih Tsunade.
"Sasuke-kun" Panggilan Kaa-San menyadarkanku kembali ke realita
Buku tanganku yang tadinya memutih sudah kembali normal. Ibuku menenangkanku dan menggenggam tanganku dengan lembut. Ia juga menatapku dan tersenyum berusaha memberikanku ketenangan.
Sasori benar! Memang ibuku sangat menyayangi Sakura, tapi perasaan itu tentu berbeda dengan keluarga yang sesungguhnya. Tapi... Aku tak ingin jauh darinya. Aku tak bisa..
"Nak, meski Sakura-Chan pergi.. bukan berarti kalian terpisah. Percayalah bahwa kau dan Sakura-chan memiliki ikatan tak kasat mata yang selalu menyatukan kalian. Kaa-San tahu itu"
Aku mengangguk setuju, memang benar bahwa kami berdua memiliki ikatan yang tak terpisahkan meski sejauh apapun jarak diantara kami. Yaa, ini saja cukup. Meski jauh aku tetap akan selalu berkomunikasi dengan Sakura. Ya, tentu saja...
Tapi.. tak ada salahnya mengucapkan selamat tinggal kan?
"Aku mengerti Kaa-San, aku takkan memaksa Sakura. Tapi aku ingin mengucapkan selamat tinggal padanya"
"Baiklah, Kaa-San juga ingin mengucapkannya pada Sakura-Chan"
.
.
.
Dan disinilah aku, menatap kepergian Sakura. Padahal aku bukan tipikal pria cengeng, tapi kenapa kalau sudah menyangkut Haruno Sakura.. rasanya aku tak dapat menahan air mata?
Sekali lagi aku menyesali segala perbuatanku dulu padanya. Kalau saja aku memperlakukannya dengan baik, Sakura pasti akan lebih memilih aku. Ini semua salahku...
.
Kepergian Sakura kali ini benar-benar menghilangkan semangatku. Bahkan untuk menggerakkan tubuhku saja rasanya aku malas sekali. Aku hanya ingin tetap berada dikamar, tapi aku masih tetap harus sekolah.
Padahal setidaknya saat dia masih di Tokyo, aku tak sebegininya karena setidaknya aku bisa membolos dan menemuinya disana.
Aku lebih senang membolos karena sekolah tanpa Sakura benar-benar terasa seperti neraka. Tak ada lagi yang bisa menyingkirkan para fans fanatikku, mereka bergerombol menyerbuku setiap hari. Biasanya Sakura akan berteriak marah dan mengusir mereka sehingga hanya dia yang dapat memonopoliku.
Tapi kini, dia sudah tak ada.. aku takkan bisa lagi melihatnya, mendengar teriakannya, rengekannya, ejekannya, godaannya, gangguannya... Semuanya benar-benar sudah tidak ada.
"Sasuke-kunnn!"
Ya, benar-benar sudah tidak ada
"Ihh, Sasuke-kunn!"
...
"Sasuke-kunnn!" Kedua tangan mungil menyentuh pundak ku dan dengan seenak jidatnya ia memutarkan tubuhku menghadapnya
"Kenapa Sasuke-kun tidak menjawab panggilanku? Huh, padahal baru saja kemarin kau menangis-nangis karena tak ingin aku pergi. Ehhh, sekarang sudah kembali diabaikan, aku kesalll!" Teriakannya benar-benar menyadarkanku bahwa ini bukan hanya ilusi
Segera saja kupeluk tubuh mungilnya, tak ingin melepasnya lagi. Takkan pernah!
"Terlalu erat! Aku tak bisa bernafas Sasuke-kun!" Ucapnya sambil memukul-mukul pelan punggungku
Kulepaskan pelukanku kemudian menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Menatap wajahnya yang mulai memerah. Tangannya kemudian meraih tanganku dan menariknya untuk bergegas ke dalam kelas. Mencoba untuk menyembunyikan wajahnya yang malu. Sungguh menggemaskan.
"Huhh! Padahal aku ingin membuat Sasuke-kun terkejut, tapi kenapa malah rasanya aku yang dibuat terkejut!" Ucapnya kesal
Dia kemudian berhenti dan berbalik
"Apa kau sudah tahu kalau aku akan kembali kesini?"
"Tidak"
"Lalu kenapa kau tidak menunjukkan reaksi apapun?"
"Aku terkejut" ucapku sembari kembali menggenggam tangannya dan melanjutkan perjalanan menuju kelas
"Ughh, tapi tidak terlihat seperti itu! Wajahmu masih tetap saja datar! Aku kesal" Ia menatapku tajam sembari mengerucutkan bibirnya lucu
"Haha" Tawaku keluar tanpa dapat tertahan lagi, sedangkan Sakura semakin mencak-mencak karena kesal
Sungguh menggemaskan.
.
.
.
Matta konto naa
Arigatou~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku Yang Menyebalkan
FanfictionSasuke Uchiha merupakan Prince Iced yang menjadi Most wanted disekolahnya. Pesona mematikan tersebut tak dapat dielakkan oleh siapapun, termasuk Sakura- tetangga sekaligus teman satu angkatan disekolahnya. Gadis yang identik dengan musim semi ini ta...