Happy Reading.
"Mari kita sambut, nominasi bucin gagal move on of the year!" Aldo setengah berteriak sehingga perhatian seisi kelas tertuju ke arah pintu.
Andra berdeham sejenak sebelum berbicara. "Nominasinya adalah jeng jeng jeng. Satu Boy Anggara dari SMA Brawijaya. Dua Boy Anggra mantannya Valery. Terakhir Boy Anggara anggota Pasukan Conidin."
"Dan pemenangnya jatuh kepada....." Aldo menatap Andra dan Fadly.
"Boy Anggara," jawab Andra dan Fadly serempak mirip host pembaca nominasi yang sering ditonton Mami di rumah.
Mereka bertiga bertepuk tangan girang disambut tawa teman-teman mereka.
Boy baru saja memasuki kelas namun kedatangannya sudah disambut oleh nominasi kacangan itu. Kehebohan kembali berlanjut saat Aldo mengumumkan adanya konser mini penyambutan pemenang nominasi Bucin of The Year. Tidak tanggung-tanggung, dia memaksa Andra duduk di sampingnya dengan sebuah gitar di pangkuannya. Fadly tidak mau ketinggalan. Si pemilik rambut klimis itu menduduki drum box di lorong meja.
Hanya ada satu manusia yang tidak terpengaruh. Carel duduk di bangkunya. Menundukkan kepala. Fokus pada layar ponselnya di bawah meja. Boy menghela nafas. Setidaknya dia masih punya satu teman yang bersikap normal pagi ini.
"Gue nemu nih lirik sama chord gitanya." Carel tiba-tiba mendongak lalu menyodorkan ponselnya pada Andra. "Cocok, Ndra?"
"Ternyata semua lagi kambuh." Boy duduk di meja guru. "Mimpi apa gue semalam?"
Dia tidak diberi kesempatan menduduki bangkunya sendiri. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan. Semua siswa sudah sibuk tugas Matematika sebagai mata pelajaran pertama. Kecuali empat orang penghuni meja belakang itu. Mereka mengambil kesempatan untuk membuat kehebohan dengan alat musik yang seharusnya mereka pakai di jam kesenian.
Aldo menggulung buku PR. Dia mendekatkan ke bibirnya. "Cek satu, dua, tiga." Dia melirik Andra. "Oke aman."
"Apanya yang aman?" tanya Andra.
"Ini mikrofon gue." Aldo melirik Boy. "Kalau hati Boy gue sih nggak tau aman atau enggak setelah kemarin bareng Arum."
Andra memasang tampang seolah-olah kaget. "Apa? Udah mulai pindah haluan dari mantan?"
"Lo semua kesambet apa, sih?" Boy bersedekap. Dia menunjuk Carel dengan dagunya. "Lo lagi, Rel. Sejak kapan lo ikutan kelakuan Aldo?"
Carel menaikkan alis. Dia melengos tanpa peduli Boy terus mengomel. "Abis hujan-hujanan malah jadi galak tuh teman lo, Ndra."
"Nggak di peluk kali semalan, Rel. Jadinya dinginnya masih kerasa sampai sekarang." Aldo terbahak.
Boy ingin membantah. Kemarin Arum sempat menyandarkan kepala di pundaknya. Beberapa menit itu terasa menyenangkan. Boy sama sekali tida keberatan saat itu. Dia bahkan ingin mengumpat saat hujan bertambah deras sehinnga dengan enggan dia harus mengajah Arum berteduh. Padahal ada efek menengangkan ketika melihat Arum bahagia. Boy menggeleng, mengenyahkan pikiran itu. Dia kembali teringat tujuan awalnya. Membawa Valery kembali.
Fadly terkekeh. "Kepanjangan nih intronya. Langsung main aja."
Aldo mengangguk. "Tarik, Ndra."
Andra memetik gitarnya. Disusul dengan tepukan Fadly di drumbox. Awalnya Boy merasa tidak ada yang aneh sampai Aldo menyanyikan lirik lagu yang diberikan Carel. Lagu yang sering muncul di Instagram Boy. Lagu milik 3 Composers.
"Biar mantan tau." Aldo berdiri. "Kisah cintaku... Kini jauh lebih bahagia."
Fadly ikut bersenandung dengan suaranya yang tidak semerdu Aldo namun jauh lebih baik dibanding Carel. "Saking senangnya...selalu kuviralkan..kalau kupunya..punya pacar baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Tobat
Teen FictionAda yang rindu mantan? Ada yang lagi berjuang buat balikan? Boy sedang berada di dalam fase gagal move in, saat mantan memintanya lukus di Fakuktas Kedokteran. Boro-boro lulus kedokteran, dapat nilai Fisika sama Kimia enam puluh aja, Boy udah meras...