Happy reading ❤
Berada di kelas unggulan membuat penghuninya tidak punya banyak waktu untuk bersantai di kantin. Persaingan ketat dalam mengejar nilai tinggi dan ambisi untuk merebut gelar juara memaksa anak-anak kelas unggulan itu lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Belajar kelompok atau sekedar mengerjakan soal-soal ujian nasional dan persiapan masuk perguruan tinggi. Belum lagi pulang sekolah, kebanyakan dari mereka akan melanjutkan pelajaran di tempat les.
Seperti hari ini, Arum dan Loli benar-benar tidak sempat berkunjung ke kantin Pal Lek untuk menyantap sepiring batagor atau semangkuk bakso. Setelah ulangan Fisika di jam pertama dan kuis Kimia di jam pelajaran kedua, pada jam istirahat pertama mereka berdua harus disibukkan membimbing adik kelas persiapan olimpiade Fisika tahun ini. Untuk kali ini, Arum berterimakasih dalam hati karena pagi tadi Boy memberinya sekotak sarapan. Jadi setidaknya perutnya tidak terlalu meronta kelaparan di jam olahraga seperti saat ini.
"Satu, dua, tiga,empat..."
Semua siswa XII IPA 1 sedang melakukan pemanasan di tengah lapagan basket. Teriknya matahari di siang bolong begini tidak mengurangi semangat mereka menjalani mata pelajaran terakhir ini. Pemanasan dipimpin Pak Bonar. Barisan laki-laki dan perempuan dipisah.
"Ayo, lebih semangat. Hitung mulai," teriak Pak Bonar dengan logat Sumatera Utara yang khas lalu meniup peluit.
"Satu, dua, tiga..."
Pak Bonar mengangkat tangan menandakan sesi pemanasan sudah cukup. "Sean, kamu awasi teman-teman kamu. Untuk tim perempuan bisa bermain basket. Laki-laki bisa pakai lapangan Futsal."
Beberapa siswa laki-laki tampak keberatan karena sebagian dari mereka ingin memakai lapangan basket. Tapi pelototan Pak Bonar langsung membungkam suara-suara berisik itu sehingga situasi kembali kondusif.
"Bapak harus mempersiapkan anak ekskul angat besi untuk turnamen bulan depan. Jadi kalian tolong jaga keamanan jam pelajaran ini. Walapun bapak tidak di lapangan jangan ada yang main-main." Pak Bonar menatap Sean si ketua kelas. "Kamu awasi teman-teman kamu."
"Baik Pak."
Pak Bonar mengangguk mempercayakan keamanan kelas pada Sean. Kelas XII IPA 1 sangat bisa dipercaya untuk menjaga ketertiban dengan kumpulan anak-anak berprestasi di dalamnya. Pak Bonar sudah berbalik hendak meninggalkan lapangan lalu dia bembali. Mencari seseorang di barisan perempuan lalu tatapannya berhenti pada Arum dan Loli.
"Kalian berdua, tolong ke kelas XII IPA 9. Tolong panggil yang namanya Windi, suruh ke aula lantai dua," perintah Pak Bonar.
"Baik Pak," jawab Arum dan Loli bersamaan.
Arum berdiri disusul Loli. Mereka berdua menjauh dari lapangan basket. Berjalan dari koridor kelas X, menghindari terik yang semakin menjadi-jadi. Loli menggamit lengan Arum.
"Rum, kelas IPA 9 kelas pasukan conidin bukan sih?"
Arum berhenti. Langkahnya disusul Loli yang berjalan mundur. "Hah?"
Loli mengangguk kemudian berhenti di depan perpustakaan. Dia melihat pantulan dirinya di jendela perpustakaan yang terbuat dari kaca. "Gue harus kelihatan cantik."
Arum menepuk pundak Loli. "Lo udah cantik kok." Arum berkata jujur. Loli memang manis ditambah sifat ramahnya. Loli itu tipe cewek yang mudah disukai.
"Iya gue emang udah cantik dari tujuh belas tahun yang lalu. Eh, lo belum sempat cerita tentang lo yang berangkat bareng Boy." Arum menyenggol lengan Arum. Mereka berdua kembali menyusuri koridor perpus sebelum berbelok ke barisan kelas XII. Letak kelas XII IPA 9 paling jauh dari jangkauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Tobat
Teen FictionAda yang rindu mantan? Ada yang lagi berjuang buat balikan? Boy sedang berada di dalam fase gagal move in, saat mantan memintanya lukus di Fakuktas Kedokteran. Boro-boro lulus kedokteran, dapat nilai Fisika sama Kimia enam puluh aja, Boy udah meras...