PART 5~Sehat?

48 16 41
                                    

Happy reading ❤


Boy terkekeh sendiri mengingat bagaimana keberaniannnya tadi malam saat menyetujui tantangan Papi. Belum juga dua puluh empat jam sejak dia menyatakan siap berubah demi mengejar fakultas kedokteran, dia sudah kembali berulah. Datang terlambat sepuluh menit setelah bel berbunyi. Terpaksa tidak ikut pelajaran pertama karena membersihkan kebun botani sebagai hukumannya. Jam pelajaran kedua, ulangan Biologi dan seperti ulangan sebelumnya, Boy dengan remedialnya.

"Woi, kantin yuk!" Aldo muncul dari pintu setelah kembali dari ruang guru. Bu Zainab—guru Bahasa Inggris cantik idola para siswa—memanggil Aldo karena tidak selesai tugas mengarang minggu lalu.

"Ayo dong. Buruan! Gue laper banget ini. Abis nemenin Aldo diceramahin Bu guru cantik." Fadly dengan rambut klimisnya muncul di belakang Aldo.

"Duluan aja!" Andra masih menyalin catatan Biologi. Salah satu kebiasaan sultan turunan ke delapan itu, terlambat menyalin catatan karena sepanjang pelajaran pura-pura fokus padahal tidak tahu entah sebenarnya dia memang memperhatikan materi atau malah mengantuk.

"Gak asyik berdua doang." Aldo menghampiri Andra. Sedangkan Fadly memilih mengobrol dengan adik kelas. "Gimana perkembangan calon pak dokter," ledek Aldo.

Boy tertawa. Lebih tepatnya enertawakan dirinya sendiri. "Gue taruhan sama bokap."

Andra meneleng. "Lho, judi bola?"

"Gue dengan songongnya bilang ke bokap kalau gue bisa lulus kedokteran dengan cara gue. Gue nolak dikasih guru privat sama dibayarin bimbel. Gila gak gue, tuh?"

"Syukur masih nyadar." Aldo menepuk pundak Andra. "Kantin dulu deh, Ndra. Lo mah sok belajar kalau udah bel. Gue traktir jus mangga deh."

Mendengar tawaran menggiurkan Andra segera memasukkan buku dan semua alat tulisnya ke dalam laci. "Ayuk, gue juga laper nih. Pengen makan bakso sekalian nemenin Fadly nyari dedek gemes." Andra terkikik, merangkul Aldo dan Boy. "Ntar gue bantu lo, Boy. Makan dulu yuk"

"Bantu ngeledek gue." Boy ikut berdiri. Sesaat melirik Carel. Cowok itu menangkupkan wajahnya ke meja. Sedang tidur sepertinya. Carel memang jarang pergi ke kantin. Katanya dia trauma berpapasan dengan mantan gebetan. Masih terngiang sakitnya ditolak sebelum menyatakan perasaan. Itu pendapat pakar cinta, Aldo Melviano.

"Gue punya ide."

Mendadak langkah ketiganya berhenti di lorong meja. Menoleh bersamaan ke bangku Carel.

"Apaan dah, Rel. Perasaan gue ngajak ke kantin doang banyak banget cobaannya." Aldo menggerutu namun tetap menghampiri Carel. Seperti ada magnet pada diri Aldo, Andra dan Boy mengekor di belakangnya.

"Jadi gini," Carel menegakkan tubuhnya. Bersandar di kursi. Melipat kedua tangan di depan dada. "Menurut gue,"

"Woi, jadi ke kantin gak nih?" Fadly berdiri di ambang pintu. Di belakangnya ada dua orang adik kelas cekikikan sambil curi-curi pandang ke dalam kelas. "Gue tungguin dari tadi malah pada rapat di sini." Fadly menghampiri mereka. Meletakkan dua potong coklat di meja.

"Ide apaan?" Boy tidak sabar untuk bertanya.

"Lo mau tau lo harus belajar sama siapa?" Carel dengan wajah minim ekspresinya menatap Boy datar.

Boy mecomot coktat yang sudah dibuka Aldo. Mulutnya butuh sesuatu yang manis. "Yang pasti gue gengsi minta les privat sama bokap."

"Sama Mika?" Andra menyebutkan siswa XII IPA II, anak ekskul bulu tangkis. Dia adalah mantan gebetan yang pernah menolak Carel.

Carel menepuk kening Andra dengan gulungan buku. "Sembarangan." Carel kembali menatap Boy. Terlihat menikmati raut penasaran Boy. "Lo belajar deh sama juara umum sekolah kita. Anaknya tuh pinter banget."

Bad Boy TobatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang