14

9 5 0
                                    

Salsafarida, juga hampir seluruh mahasiswa di kampusnya, tahu bahkan hadir sendiri selaku saksi atas peristiwa tukar janji yang amat mencoreng muka kedua korbannya itu. Selain senior dan teman seangkatan, rasa malunya turut menjalar hingga ke telinga para dosen, yang tentu didalangi Pak Rasyid sebab murka merasa telah dihina dengan julukan “Parasit".

Amit-amit Salsafarida sampai terbangun, Berta pasti sudah kalang kabut mencari-cari alasan mengapa ia masih mengenang kejadian itu, sementara Han nyata sudah bukan siapa-siapanya lagi.  

Ah, dasar status, pikirnya kemudian, sekalinya berembus pasti orang-orang bakal menganggap terus.

Ia dan Han kepalang dianggap sepasang kekasih. Julukan "BertaHan" itu telanjur menjelma semacam roman klasik di selingkung kampus. Karena, janji tetaplah janji, keduanya terus berboncengan pulang-pergi kampus, di mana kebetulan orang-orang selalu menanti-nanti menyaksikannya.

Menyedihkannya lagi, Berta juga kepalang membenarkan anggapan orang-orang, lalu sendirinya membangun asumsi juga harapan akan kemungkinan bersatu dalam sejalin ikatan. Sementara di lain pihak, Han justru dengan terang-terangan mengultimatumnya, “Kita hanya teman! Titik!"

Satu titik gendut di punggung tangan kanannya, kemudian titik-titik gendut lain di sekujur kulit, membuat Berta frustrasi. Ia merasa sia-sia saja tidur di sini. Drakula-drakula kerdil itu telah telanjur mengumpankannya ke Kelas Parasitologi yang kebetulan diampu Pak Rasyid besok (tepatnya pagi ini, sebab jam telah menunjukkan pukul tiga dini hari).

“Dasar lavender sialan,” gumamnya, sambil terus menggaruk-garuk. 

Dasar NyamukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang