Waktu menunjukan pukul 13.50 siang, 10 menit lagi Kereta Shinkansen tujuan Kyoto dengan jadwal keberangkatan pukul 14.00 siang akan berangkat dari Stasiun JR Tokyo. Lleana duduk menunggu Furuya di ruang tunggu Stasiun sambil memandang papan informasi yang ada di ruang itu. Sudah sekitar 30 menit ia menunggu disana.
"Zero masih lama ya ?" gumamnya dalam hati, kembali melihat smartphonenya.
Sayup - sayup terdengar suara langkah kaki berlari di antara keramaian Stasiun.
"Maaf sudah membuatmu menunggu Lleana" kata Furuya, datang terengah - engah.
"Kau berlari dari parkiran sampai kesini ?" tanya Lleana, terkejut.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang" jawab Furuya.
Furuya meraih tangan Lleana, menggandengnya bergegas menuju ke peron. Ia baru melepaskan pegangan tangannya setelah sampai di tempat duduk yang mereka pesan.
"Kau mau duduk di dekat jendela ?" Furuya menawarinya.
Tanpa menjawabnya, Lleana segera menempati tempat itu. Furuya duduk di sampingnya. Lleana memandang Furuya yang kelelahan dan menawarinya sebotol air.
"Kau mau minum ?" katanya memberikan sebotol air pada Furuya.
"Terima kasih" jawab Furuya dan meminumnya.
"Kenapa kau berlari ?" Lleana menanyainya setelah Furuya terlihat lebih baik.
"Aku khawatir tidak akan sempat tadi" jawab Furuya, ekspresinya tidak bisa ditebak.
Lleana memandangnya, perasaannya campur aduk saat itu.
"Harusnya kau tidak memesan tiketnya dulu" Lleana memulai pembicaraan dengan hati - hati "Aku merasa tidak enak padamu" lanjutnya.
"Kalau tidak memesan tiketnya dulu, bisa - bisa kita sudah kehabisan tiket bahkan sebelum memesannya" kata Furuya tersenyum memandang Lleana.
"Tidak perlu merasa seperti itu" lanjutnya, sedikit mencondongkan tubuh ke arah Lleana "Bukan kau yang menyuruhku berlari kan ?" katanya terkekeh.
"Tetap saja" gumam Lleana.
"Sudah, tidak perlu dipikirkan Lleana" kata Furuya lembut.Kereta melaju, pemandangan sepanjang perjalanan yang terlihat dari dalam kereta menghipnotis mereka, Furuya dan Lleana tenggelam dalam pikirannya masing - masing.
"Kau masih ingat dulu Lleana ?" Furuya memecah keheningan diantara mereka setelah beberapa waktu,
"Saat pertama kali kita menjelajah hutan, mencari kumbang ?" Lanjutnya.
Lleana mendengus tertawa "Saat kau meninggalkanku di hutan karena sibuk mengejar kumbang ?" balasnya.
Furuya tertawa "Aku terkesan kau masih mengingatnya".
"Jahat sekali kau meninggalkanku sendirian di hutan saat itu" kata Lleana, terdengar kesal.
"Setidaknya saat itu aku berhasil menemukanmu dan mendapat tangkapan dua kumbang besar" balas Furuya, nyengir.
Mereka saling bertatapan dan tertawa bersama.
"Itu saat - saat yang menyenangkan" gumam Lleana, dari sorot matanya terpancar kebahagiaan.
"Benar" Furuya tersenyum, bernostalgia.
"Oh ya, kau belum memberitahuku" Lleana memandang Furuya "Bagaimana kau bisa menemukanku malam itu ? Aku tidak memberitahu tempat tinggalku pada siapapun saat itu,-setidaknya belum".
Furuya berpikir cepat sebelum menjawab "Itu kebetulan Lleana, malam itu aku ada janji bertemu client yang menyewa jasaku sebagai detective, dia memintaku bertemu di Cafe tidak jauh dari sana. Saat berjalan ke mobil, aku tidak sengaja melihatmu memasuki minimarket, jadi kuputuskan menunggumu".
Lleana mencerna setiap perkataan Furuya, "Hmmm... begitu .. " gumamnya, keraguan tercermin dari wajahnya.
"Jika bukan karena kebetulan, aku akan tetap pada rencanaku - menunggumu di Poirot" kata Furuya meyakinkan.
"Kau benar, jika bukan karena kebetulan, bagaimana caranya kau bisa menemukanku ?" kata Lleana mengangguk setuju "Kecuali kalau kau memiliki data - dataku" imbuhnya.
Furuya terkejut mendengar apa yang dikatakan Lleana. Sepersekian detik ekspresi Furuya berubah - ekspresinya sedikit mengeras. Lleana tidak menyadari perubahan ekspresi Furuya saat itu, dipikirannya masih ada pertanyaan lain.
"Apa seorang detective bisa melakukan hal itu ? Maksudku - mendapatkan data - data seperti itu ?" tanya Lleana.
Furuya berhasil mengatasi kekagetannya, ekspresinya kembali normal.
"Itu akan memakan waktu yang tidak sebentar" Furuya menjawab pertanyaan Lleana.
Jeda sejenak, kemudian Lleana mengambil sesuatu dari goodie bag yang dibawanya.
"Kau mau ?" Lleana menawari Furuya sekotak bento.
"Kau menyiapkan ini untuk perjalanan ?" tanya Furuya.
"Yap. Tidak sepertimu Amuro, aku memiliki banyak waktu sebelum jam 2 siang, sungguh membosankan jika hanya menunggu dan tidak melakukan apa - apa, jadi aku memanfaatkan waktu untuk membuatnya" jelas Lleana
"Tapi jika kau tidak mau dan lebih suka membeli makanan di --- " belum selesai ucapan Lleana, Furuya mengambil sekotak bento yang tadi ditawarkan kepadanya.
"Kau tahu ?" goda Furuya "Dulu ada seseorang yang pernah berkata 'Kalau rezeki itu tidak boleh di tolak' " lanjutnya, senyum tersungging di wajahnya.
"Kau masih ingat perkataanku 22 tahun yang lalu ?" balas Lleana tak percaya.
Furuya hanya tersenyum mendengarnya.Larut dalam pikiran masing -masing, mereka menyantap makanan dalam diam, menikmati setiap makanan yang ada di dalam bento.
"Terima kasih makanannya" Mereka selesai makan di waktu yang hampir bersamaan.
"Sampai kapan kau akan tinggal di Jepang Lleana ?" Furuya memulai kembali pembicaraan.
"Entahlah... aku menyukai Negara ini, kurasa aku akan menetap di Jepang mulai sekarang" jawab Lleana.
"Kau akan mengganti kewarganegaraanmu ?" tanya Furuya heran.
"Hah ?? Maksudmu ?" jawab Lleana "Aku tidak mengerti" tambahnya bingung.
"Bukannya kau warga Negara Perancis ?" tanya Furuya keheranan.
"Apa aku terlihat seperti orang dari Benua Eropa ?" Lleana balik bertanya.
"Tidak" Furuya menggeleng "Tidak sama sekali" lanjutnya.
"Tapi bukannya kau bilang pada Azusa-san kau kewarganegaraan Perancis ?" Furuya mencoba mengonfirmasi.
Lleana mengerutkan dahi, berpikir "Bagaimana menjelaskannya ya..."
"Begini, secara asas ius sanguinis - asas keturunan, aku adalah warga Negara Jepang, kedua orangtuaku berdarah Jepang" Lleana mulai menjelaskan.
"Orangtuaku memang bekerja dan tinggal di Perancis untuk waktu yang lama, mereka dianugrahi gelar Warga Negara Kehormatan Perancis karena jasanya. Meski begitu, Aku dan kedua orangtuaku tidak melepaskan kewarganegaraan kami - Jepang. Dan untuk mempermudah kami selama bekerja dan tinggal disana, kami menggunakan privilege yang diberikan Pemerintah Perancis". Lleana menyelesaikan penjelasannya.
"Jadi karena itu kau bilang pada Azusa-san kau kewarganegaraan Perancis ?" tanya Furuya.
"Benar, karena aku memang sudah lama tinggal dan bekerja disana" jawab Lleana.
Furuya mengangguk, mengerti.
"Tidak lucu kan, kalau aku memperkenalkan diri 'sebagai warga Jepang' tapi saat ditanya tentang Jepang aku tidak tahu apa - apa" tambah Lleana.
Furuya terkekeh mendengar perkataan Lleana "Kau benar Lleana" katanya setuju.Hening lagi, mereka kembali melihat pemandangan yang terhampar di luar kereta. Ketika asyik melihat pemandangan, Lleana mengingat sesuatu yang ingin ia tanyakan.
"Kita akan kemana saja selama di Kyoto ?" tanya Lleana penasaran "Kau sudah punya rencana kan ?" lanjutnya memandang Furuya.
Furuya mengerutkan kening, berpikir
"Hmmm... Sebenarnya rencanaku untuk sore hingga malam ini berkunjung ke Eikan-dō Temple. Ku dengar pemandangan momiji disana sangat indah, serta pemandangan malam hari disana juga tak kalah indah. Kita dapat melihat Autumn Night Illumination disana. Kau menyukai sesuatu yang berhubungan dengan alam kan Lleana ? Kau pasti akan menyukainya" Furuya menjelaskan.
"Kedengarannya sangat menarik" kata Lleana antusias.
Furuya tersenyum mendengarnya "Benar kan?"
Lleana mengangguk setuju.
"Untuk rencana pagi harinya" Furuya mencondongkan tubuh ke arah Lleana "Bagaimana kalau kita diskusikan besok saat sarapan pagi di penginapan ?" Ajak Furuya.
"Sure ! Aku menantikannya" jawab Lleana bersemangat.-- Pemberhentian selanjutnya Kyoto, Kyoto Station --
Suara pemberitahuan kereta berbunyi. Memberitahu para penumpang kereta akan tiba di Stasiun Kyoto sebentar lagi. Mendengar itu Furuya dan Lleana mulai merapikan barang bawaan mereka sebelum bersiap turun. Beberapa waktu berlalu, dengungan suara khas kereta saat kereta berhenti sudah terdengar, kereta sudah sampai di Stasiun Kyoto. Furuya kembali menggandeng tangan Lleana-suatu hal yang tidak diduga Lleana dan tidak disadari Furuya disaat yang bersamaan. Mereka berjalan bersama menyusuri deretan tempat duduk penumpang lain dan turun dari Shinkansen. Menyambut weekend sore itu, siap memulai liburan singkat mereka di Kyoto, Jepang.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Furuya Rei dan Investigasi
FanfictionSebuah Fan Fiction Alternate Universe (AU) Detective Conan dengan Furuya Rei sebagai pemeran utamanya. Menceritakan tentang sebuah investigasi yang di lakukan Zero beserta rekan - rekannya dengan sedikit bumbu romansa. Pemeran dalam cerita ini mayor...