Chapter 13 - Insiden

166 18 11
                                    

Lleana kembali mengecek isi tasnya, entah sudah berapa kali wanita cantik itu mengecek kembali isi tasnya sepagian ini. Pikirannya tidak fokus pagi itu, itu yang membuatnya harus berulang kali memastikan kembali isi tasnya.
"iPad, dompet-check, charger, earphone-check, alat tulis, pouch makeup-check.... " gumam Lleana saat memeriksa kembali isi tasnya. Ia berdiri sembari memeriksa tas yang diletakannya di lengan sofa living room apartemennya "Sandwich kemasan, Tumblr-check, smartphone, kunci mobil-check...." ia memandang kembali isi tasnya.
"Oke, semuanya lengkap" ucapnya ringan. Ia kini mengarahkan pandangan ke arah jam dinding yang terpasang diatas intercom videonya. Waktu sudah menunjukan pukul 07.20 pagi, Lleana bergegas membawa tote bagnya, mematikan lampu-lampu apartementnya dan mengenakan sepatu oxfords nya. Pagi ini ia mengenakan setelan celana panjang hitam dengan cape blazer senada serta kemeja putih mutiara di dalamnya.
Lleana akan berangkat ke tempat kerjanya seperti biasa. Satu bulan yang lalu ia diterima mengajar Kelas Bahasa Perancis di Gakushuin Girls' Junior & Senior High School—SMP dan SMA Putri Gakushuin yang terletak di Shinjuku.

Lleana berjalan keluar kamar apartemennya, pikirannya masih tidak fokus. Sudah empat belas hari atau tepatnya dua minggu ini ia tidak bisa menghubungi atau bertemu langsung dengan Furuya. Lleana sudah mencoba beberapa kali mengontak Furuya, mulai dari mengiriminya pesan singkat, mencoba meneleponnya, sampai ia semakin rutin mengunjungi Poirot—berharap dapat bertemu dengan Furuya—tapi hasilnya nihil. Sebatas yang Lleana tahu—Furuya sibuk mengurus pekerjaan detectivenya.
Tapi Lleana merasakan ada yang janggal—kenapa nomor Furuya tidak aktif ?—kenapa nomornya tidak bisa dihubungi ?
Lleana bisa memahami jika untuk satu-dua-atau tiga hari Furuya mematikan smartphonenya demi kepentingan penyelidikan kasusnya, tapi jika sampai dua minggu dan selama itu juga Furuya tidak bekerja di Poirot—sejujurnya hal itu membuat Lleana khawatir.
'Apa yang dilakukannya selama dua minggu ?' 'Apa yang membuat penyelidikannya begitu lama ?' 'Apa yang sebenarnya terjadi pada Zero ?' 'Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya ?'—pertanyaan-pertanyaan semacam itu berulang kali muncul dalam pikiran Lleana.
'Bukankah hal yang wajar mengkhawatirkan seorang teman ? Itu bukan hal yang salah kan ?'—argumennya setiap kali mengkhawatirkan Furuya. Sebenarnya di satu sisi Lleana merasa kesal pada Furuya, tapi rasa kesal itu tertutup oleh besarnya kekhawatiran pada teman masa kecilnya.
'Aku tahu dia dapat menjaga dirinya sendiri, tapi... tetap saja.... bagaimana jika.... ?'—pergolakan batin dan pikirannya pelik, hingga Lleana tidak menyadari sedari tadi dirinya masih berdiri memegangi gagang pintu luar unit apartemennya.

"Lleana..." sapa Hana saat sudah berada didekatnya. Unit apartemen Hana hanya berjarak beberapa unit dari unit apartemen Lleana. Pagi itu Hana mendapati Lleana tengah berdiri mematung di depan unit apartemennya sembari memegang gagang pintu luar unit apartemennya. Hana melihatnya saat dirinya hendak berangkat kerja pagi itu.
Lleana terperanjat "Pagi dr. Hana" jawabnya spontan.
"Kau ingin masuk atau....." Hana memperhatikan Lleana "Oh, maaf Lleana, aku tidak bermaksud—maaf jika aku mengganggumu tadi" ucapnya.
Lleana menggeleng seraya tersenyum "Tidak dr. Hana, sama sekali tidak mengganggu" Ia memandang Hana yang pagi itu mengenakan setelan kemeja putih panjang dengan celana panjang berwarna pink pastel, jas dokter tersampir di lengannya serta seorang wanita cantik dengan rambut brunette (kecokelatan) sebahu di sampingnya yang mengenakan kemeja hitam dengan setelan blazer dan rok abu-abu senada, pin merah kecil terpasang di kerah blazernya "Aku juga akan berangkat kerja" ucap Lleana.
Kemudian wanita di samping Hana berkata "Maaf Hana, aku ke bawah dulu... aku agak buru-buru pagi ini" katanya seraya melihat jam tangannya.
Hana menggangguk "Tentu, hati-hati Ayu-chan" balasnya tersenyum.
Wanita yang di sapa Ayu-chan itu tersenyum dan menggangguk singkat kepada Hana dan Lleana, kemudian ia pergi.

"Apa ada yang mengganggumu pagi ini Lleana ?" tanya Hana selesai mereka menatap Ayu-chan yang berangkat lebih dulu.
Lleana tersenyum tipis membalasnya. Mereka sekarang berjalan bersama.
"Apa sekentara itu ?" balas Lleana.
"Bisa dibilang begitu" gumam Hana "Maaf aku tidak bermaksud ikut campur Lleana, tapi jika kau ingin membagi beban pikiranmu, aku tidak keberatan membantumu" ucapnya lembut.
"Terima kasih dr. Hana" balas Lleana tulus. Ia terdiam, pikirannya masih sulit terfokus pagi itu, Lleana bahkan tidak menyadari dirinya baru saja memasuki lift bersama Hana.
"Aku mengkhawatirkan temanku" ucap Lleana tiba-tiba "Sudah dua minggu ini dia tidak bisa dihubungi, nomornya tidak aktif, aku tidak tahu dia dimana, yang aku tahu hanyalah dia sedang melakukan pekerjaannya sebagai detective. Aku khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu padanya" Lleana mengakhiri ucapannya, ia terlihat muram.
Hana memperhatikan Lleana, tidak biasanya ia terlihat seperti itu "Hmmm... aku tidak begitu mengerti sebenarnya bagaimana pekerjaan seorang detective. Mungkin dia memang perlu waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaannya. Apakah kau tahu rentang waktu yang biasa di habiskan temanmu untuk menyelesaikan pekerjaannya ?" tanya Hana.
Lleana baru menyadarinya, Furuya hampir tak pernah membicarakan pekerjaannya sebagai detective. Ia lebih sering bercerita tentang kerja part-timenya di Poirot. Seolah mendikte Lleana—Furuya tidak memiliki pekerjaan lain di luar Poirot.
Lleana menggeleng seraya tersenyum malu "Aku belum menanyakannya, akan ku tanyakan jika bertemu dengannya nanti. Terima kasih masukannya dr. Hana" katanya tulus.
Hana tersenyum kemudian tiba-tiba ekspresinya berubah, Hana terdiam—entah kenapa ini mengingatkannya pada kekasihnya Hiromitsu. Perubahan ekspresi Hana tertangkap mata Lleana.
"Ada apa dr. Hana ? Apa ada sesuatu yang mengganggumu juga ?" tanya Lleana.
Hana mengerjap "Tidak, tidak apa-apa Lleana. Hanya saja tadi.... entah kenapa mengingatkanku pada.... kau tahu ? pekerjaan intel ?" kemudian ia tertawa kecil "Aku sering menonton movienya—mission imposible" katanya. Hana sudah tahu pekerjaan yang digeluti kekasihnya—Hiro. Hanya saja ia menyembunyikan hal itu dari teman-temannya—termasuk Lleana.
Lleana ikut tertawa lalu mengangguk "Sepertinya mereka memang mirip. Aku beberapa kali menonton movienya juga" balas Lleana "Oh ya, wanita yang di sampingmu tadi itu temanmu dr. Hana ?" tambahnya bertanya.
Hana mengangguk "Yap, namanya Takahashi Ayura, aku biasa memanggilnya Ayu-chan, dia sahabatku, kami satu Universitas dulu".
Lleana menggangguk "Jadi semalam Takahashi-san menginap di apartemen dr. Hana ? Kalau tidak salah, semalam aku melihatnya masuk ke dalam apartemenmu membawa belanjaan dari minimarket seberang jalan" katanya.
"Benar, Ayu-chan roommate ku sekarang. Dulu dia bekerja di Kepolisian Prefektur Kanagawa, baru seminggu yang lalu dia di mutasi ke Prefektur Tokyo. Jadi aku menawarinya tinggal di apartemenku sembari dia mencari apartemen yang cocok untuknya" jelas Hana "Akan ku kenalkan padamu nanti, semakin banyak teman, semakin menyenangkan bukan ?" tambahnya seraya tersenyum.
Lleana ikut tersenyum "Aku menantikannya, terima kasih banyak dr. Hana" balasnya.
Setelah turun dari lift mereka berjalan menuju area parkir kendaraan yang terletak di basement apartemen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Furuya Rei dan InvestigasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang