Chapter 11 - Ine Village

121 16 1
                                    

Satu per satu rintik hujan mulai turun membasahi mobil sewaan yang sedang dikemudikan Furuya. Mobil itu kini memasuki Gerbang Tol Kamogawanishi, Kyoto. Furuya melirik dashboard mobil sewaannya, waktu sudah menunjukan pukul 09.00 pagi dan suhu Kyoto pagi itu berkisar 15-13℃.
Beberapa jam yang lalu, sekitar pukul 06.00 pagi Furuya sudah pergi meninggalkan Tokyo, Ia menaiki Kereta Shinkansen pagi tadi menuju Kyoto.
Sebelum pergi Furuya sudah mendengarkan rencana operasi yang akan dijalankan melalui microphone yang terpasang pada saku kemeja Kazami.

Pukul 04.35 Pagi di sebuah gedung terbengkalai yang ada di Distrik Beika ▪

"......... Itu rencana operasi kita. Aku akan memimpin operasi di Kyoto. Dan Morofushi-san bersedia mengambil alih kepemimpinan operasi di Tokyo" Kazami berkata dengan tegas "Ada pertanyaan ?" imbuhnya memandang agen - agen disana.
Agen - agen yang ada disana menggeleng.
"Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Agen - agen yang bertugas membantu operasi di Kyoto ikut denganku, kita akan bergabung dengan beberapa agen yang sudah berjaga disana. Agen - agen lain yang bertugas membantu operasi di Tokyo akan mengikuti Morofushi-san" ucap Kazami. Kazami dan Hiromitsu bertukar pandang kemudian menggangguk bersamaan.
"Kita mulai operasinya" ucap Hiromitsu.
Furuya mendengarkan semua arahan dalam gedung itu menggunakan earphone dari dalam mobilnya. Ia memarkirkan mobilnya di jalan sekitar gedung itu. Tentu saja sebagian besar rencana operasi tersebut ia yang merancangnya. Setelah memastikannya, Furuya memacu mobilnya meninggalkan tempat itu.

Selain untuk mengawasi dan membantu operasi di Kyoto, Furuya memiliki tujuan lain pergi ke kota tersebut, tujuannya terletak di salah satu distrik pinggiran kota itu.
Furuya beberapa kali menyalip kendaraan lain di kanan - kirinya, ia mempercepat laju mobilnya, berharap segera sampai di tempat tujuannya. Distrik itu terletak di pinggiran Prefektur Kyoto sekitar 130 kilometer dari Kota Kyoto.
Hujan kini turun semakin deras di dalam tol, Furuya mulai sedikit mengurangi kecepatan mengemudinya tanpa mengurangi konsentrasinya. Ia tahu harus lebih berkonsentrasi saat mengemudi di bawah guyuran hujan seperti saat ini. Ia melirik dashboard mobilnya lagi, waktu sudah menunjukan pukul 09.30 pagi, jarak yang ditempuhnya masih sekitar 90 kilometer lagi. Furuya menghela nafas, ia semakin menurunkan kecepatan mengemudinya, tidak ingin mengambil resiko karena hujan yang turun semakin deras.

Setelah menempuh waktu perjalanan lebih lama dari yang diperkirakan karena terkendala kondisi cuaca, Furuya akhirnya memarkirkan mobil sewaannya di sebuah penginapan yang berada di pinggiran desa tempat tujuannya. Penginapan tua itu seperti penginapan pada umumnya, namun penginapan itu terlihat sedikit suram. Mungkin karena letaknya yang jauh dari pusat kota dan berada di pinggiran desa kecil membuatnya tampak seperti itu—begitu pikir Furuya ketika memasukinya. Setelah memesan kamar untuk beberapa hari di penginapan itu, Furuya kembali ke mobilnya. Tentu saja penginapan itu bukan tempat tujuannya, ia hanya bermaksud memarkirkan mobilnya disana dan tidak berminat bermalam di penginapan itu untuk beberapa hari kedepan, tempat itu bukan tujuannya serta terlalu beresiko untuk 'kegiatan' yang akan dilakukannya nanti. Tempat tujuannya adalah desa yang terletak tak jauh dari penginapan itu. Ine adalah nama desa yang menjadi tempat tujuan Furuya, Ine adalah sebuah desa yang terletak di Semenanjung Tango, Distrik Yosa-gun, Kyoto bagian utara, lebih tepatnya di sisi Laut Jepang. Furuya akan melakukan penyaraman selama berada di desa itu, ada sesuatu yang harus dilakukannya disana. Furuya akan mencari tempat tinggal sementara di desa itu.
Mata pencaharian mayoritas warga Desa Ine adalah nelayan, karena itu Furuya akan menyamar sebagai mahasiswa yang sedang menghabiskan liburannya dengan belajar menggeluti profesi sebagai nelayan.
Furuya mengenakan penyamarannya di dalam mobil, ia mengenakan kaos hitam panjang, memakai rambut hitam palsu serta lensa kontak berwarna cokelat kemerahan terpasang di matanya, setelah memastikan penyamarannya, Furuya keluar dari mobil, tangannya membawa beberapa peralatan yang biasa dipakai oleh nelayan serta sebuah tas ransel tersampir dipundaknya, ia berjalan pergi meninggalkan penginapan itu menuju Desa Ine.

Furuya Rei dan InvestigasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang