Chapter 8 - Penawaran

100 18 0
                                    

Furuya mengendarai mobil Mazda RX-7 putihnya keluar dari area parkir Stasiun Tokyo. Ia berpisah dengan Lleana di lobby stasiun beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya Furuya sudah menawarkan diri untuk mengantar Lleana sampai ke apartementnya di Shinjuku, tapi wanita itu menolak. Ia menginginkan Furuya bergegas menemui rekannya.

▪▪▪
Percakapan beberapa jam yang lalu di area Eikan-dō Temple Kyoto.
"Ada apa Amuro ?" tanya Lleana, khawatir.
"Maaf Lleana, Kita harus segera kembali ke Tokyo" jawab Furuya.
"Apa yang terjadi ?" desak Lleana.
"Ada hal mendesak yang ingin dibicarakan oleh rekan detectiveku" balas Furuya.
Tiba - tiba ia menambahkan "Maafkan aku Lleana. Akan ku ganti kembali waktu bersama nanti".
Lleana bingung mengartikan maksud perkataan Furuya.
"Tidak, tidak apa - apa. Tidak perlu di pikirkan. Lebih cepat kita sampai di Tokyo lebih baik" ucap Lleana akhirnya di tengah perjalanan mereka menuju keluar temple.
▪▪▪

Mobil Furuya berbelok di persimpangan lampu merah Nijubashi menuju Rute 301 Uchibori dori. Sembari mengendarai mobilnya, Furuya mengingat kembali percakapannya di telepon dengan Kazami beberapa jam yang lalu.
"Ada apa Kazami ?" kata Furuya.
"Maaf mengganggumu Furuya-san. Pengedar yang ditangkap semalam menolak memberikan keterangan saat di interogasi. Dia meminta bertemu denganmu — tidak, lebih tepatnya bertemu dengan orang yang memiliki wewenang lebih tinggi. Pengedar itu memiliki penawaran. Penawaran yang katanya akan menguntungkan kedua belah pihak. Karena itu Furuya-san. . ." belum selesai penjelasan Kazami, Furuya memotongnya.
"Aku mengerti maksudmu Kazami, aku akan segera kembali ke Tokyo" jawab Furuya menutup teleponnya.
Furuya menginjak pedal gas mobilnya, memacu kendaraannya lebih cepat menuju Markas Biro Keamanan Publik (PSB) yang masih berada di area Tokyo Metropolitan Police Department (TMPD).

Setelah melalui serangkaian pengecekan identitas untuk masuk, Furuya kembali ke ruangan itu. Sebuah ruangan bawah tanah dibawah gedung TMPD. Ruangan rahasia Biro Keamanan Publik (PSB) yang bahkan tidak banyak diketahui oleh mereka yang bekerja di Biro Keamanan Publik itu sendiri. Ruangan yang keberadaannya hanya diketahui oleh sedikit orang, ruangan yang menyimpan sisi gelap Biro Keamanan Publik.
Furuya berbicara dengan Kazami begitu mereka bertemu disana. Setelah Kazami memberikan detail identitas si pengedar pada Furuya, ia mengantarkan Furuya ke ruang interogasi, dan meninggalkannya bersama si pengedar.
"Jadi kau rupanya, orang yang memiliki wewenang lebih tinggi disini" sapa si pengedar begitu Furuya masuk.
"Bagaimana kabarmu Muteki-san" sapa Furuya di dalam ruang interogasi.
"Kau sudah tahu namaku rupanya" Muteki mengangguk "Berarti kau sudah tahu identitasku juga, benar kan ?" tanya Muteki.
Furuya membalasnya dengan memandangnya diam dan tersenyum.
Muteki memandang Furuya dengan tatapan menilai "Aku tidak suka berbasi - basi" katanya "Aku punya penawaran untukmu" lanjutnya.
"Penawaran seperti apa ?" tanya Furuya.
Muteki menilai Furuya sebelum menjawab "Aku akan memberi kalian informasi yang berguna serta informasi yang kalian butuhkan jika kau — sebagai pemilik wewenang lebih tinggi — berjanji menerima tawaranku".
Furuya tersenyum dingin mendengarnya "Tidak perlu menggertak Muteki-san. Aku yakin kau sudah tahu siapa yang tidak diuntungkan disini" katanya.
Mendengar perkataan Furuya membuat Muteki memikirkan segala sesuatunya lagi.
Muteki tertawa "Kau benar, dilihat dari manapun aku yang tidak diuntungkan dalam hal ini" jawabnya kemudian.
"Aku minta maaf Tuan Polisi" kata Muteki, suara yang keluar tidak searogan sebelumnya.
"Baiklah Muteki-san, bisa kita mulai penawaran seperti apa yang kau miliki ?" tanya Furuya.
"Aku memiliki seorang anak" Muteki mulai bercerita. "Dia sudah dewasa dan berkeluarga. Dia memutuskan hubungan denganku. Hubungan kami memang tidak baik dari dulu. Hubungan kami mulai memburuk sejak dia tahu aku seorang pengedar obat - obatan terlarang. Dia memintaku untuk berhenti, tapi aku tidak bisa. Sejujurnya sudah lama aku ingin berhenti dari dunia itu, tapi aku tidak bisa. Aku terlanjur masuk ke dalam lingkarang penjerat ini, lingkaran yang di ciptakan oleh 'Bos Besar', kami menyebutnya begitu. Hal yang selalu menghantuiku ketika aku ingin berhenti dari dunia itu adalah keselamatan anakku dan keluarganya. Aku tidak ingin anakku serta keluarganya terseret dalam masalah yang telah ku perbuat. Aku tidak ingin anakku semakin membenciku"
Muteki menghela nafas kemudian melanjutkan "Sebenarnya sekarang aku merasa tenang karena sudah tertangkap — artinya aku bisa lepas dari dunia itu. Tapi aku khawatir dengan keselamatan anakku & keluarganya. Bagaimana jika 'Bos Besar' tahu aku sudah tertangkap ? Bagaimana jika 'Bos Besar' tahu aku membocorkan informasi yang kuketahui pada polisi ? Bagaimana jika keselamatan anakku serta keluarganya terancam karena hal itu ? Pikiran - pikiran itu menghantuiku selama aku disini. Karena itu Tuan Polisi" Muteki menghela nafas lagi dan melanjukan "Penawaranku adalah jika kau berjanji melindungi keselamatan anakku dan keluarganya maka aku akan dengan senang hati memberitahu informasi tentang organisasi yang ku ketahui serta informasi yang kalian butuhkan" Muteki menyudahi perkataannya.
Furuya mempertimbangkan penawaran Muteki. Bukan hal yang sulit bagi Furuya untuk menyetujuinya — mengingat itu termasuk bagian dari tugas yang diembannya. Tapi ada hal yang mengganggu pikirannya.
"Muteki-san, jika kau sudah lama ingin berhenti, kenapa kau tidak menyerahkan dirimu ke polisi ? Kau dapat melakukan penawaranmu itu dengan pihak kepolisian kyoto" tanya Furuya tanpa ekspresi.
"Aku tidak bisa. Informanku mengatakan 'Bos Besar' menaruh orangnya di kepolisian kyoto" jawab Muteki nyaris berbisik.
"Lalu kenapa kau memutuskan melakukan penawaranmu pada kami ?" tanya Furuya "Bagaimana jika yang kau sebut 'Bos Besar' itu juga menaruh orangnya disini ?".
"Tidak, aku yakin tidak" Muteki menggeleng "Aku sudah lama berusaha keluar dari jerat ini. Beberapa pengedar lebih kecil dariku dapat dengan mudah keluar ketika mereka sudah tertangkap. Aku yakin orang yang ditempatkan 'Bos Besar' di kepolisian kyoto yang telah membantu mereka" jelas Muteki.
"Jadi yang kau sebut 'Bos Besar' itu sudah lama beroperasi ?" tanya Furuya.
"Yang kutahu sudah cukup lama 'Bos Besar' bergelut di dunia itu. Sedikit info tambahan, sepertinya 'Bos Besar' sekarang sedang melakukan sesuatu yang lain" jawab Muteki.
Furuya menatap Muteki, ekspresi Furuya tidak bisa ditebak.
"Terima kasih atas penawarannya Muteki-san. Jadi bisa kita mulai sekarang ?" tanya Furuya "Informasi apa saja yang kau miliki ?" tambahnya.
"Tapi bagaimana dengan tawaranku ? Kau menerimanya atau tidak ?" tanya Muteki suaranya bergetar.
"Kami harus mengonfirmasi kebenaran dari cerita dan informasi yang kau sampaikan lebih dulu" jawab Furuya "Jika memang yang kau sampaikan itu benar, kau tidak perlu khawatir Muteki-san. Kami tahu apa yang harus kami lakukan" jelas Furuya.
Ekspresi Muteki perlahan - lahan mulai tenang "Kau benar Tuan Polisi, Maafkan kelancanganku tadi" kata Muteki.
Muteki mulai menjelaskan informasi terkait organisasi kartel narkoba yang dia ketahui kepada Furuya. Dia juga menjawab pertanyaan - pertanyaan yang ditanyakan kepadanya.
"Terima kasih Muteki-san" kata Furuya begitu selesai menginterogasinya.
Ketika Furuya hendak membuka pintu ruang interogasi, Muteki berpesan padanya "Kupercayakan harapan terakhirku padamu serta kepolisian ini" katanya parau.

Kazami dan Hiromitsu sudah menunggu Furuya begitu keluar dari ruang interogasi.
"Bagaimana Furuya-san ?" tanya Kazami saat Furuya menghampiri mereka.
Furuya menjelaskan informasi yang ia peroleh serta mendiskusikan sebentar gambaran rencana operasi yang akan dilakukan.
"Kazami, tolong beritahu agen yang lain" kata Furuya mengakhiri pembicaraan dalam ruangan itu.

Furuya dan Hiromitsu meninggalkan gedung Tokyo Metropolitan Police Department bersama sore itu. Matahari senja menyambut mereka begitu sampai di pintu utama gedung. Mereka berjalan keluar gedung, disibukkan dengan pikirannya masing - masing.
"Kita akan lebih sibuk mulai besok" Hiro bergumam.
Furuya memandang langit jingga kemerahan yang ada diatas Tokyo "Kau benar Hiro" jawabnya kemudian.
"Zero" Hiro memanggilnya dan menepuk pundak sahabatnya "Aku pergi dulu" katanya.
Furuya mengangguk "Sampai jumpa Hiro" balas Furuya.

***

Furuya Rei dan InvestigasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang