1. Sebuah Rencana

820 67 12
                                    

Awalnya hanya iseng, lama-lama malah menjadi main job betulan. Seperti itulah kisah Tivanka saat dirinya ditanya mengenai kesuksesannya menjadi penulis roman best seller.

Tivanka berkecimpung di dunia kepenulisan sejak tahun 2008 saat dirinya menginjak kelas 8 SMP. Saat itu dirinya suka membagikan cerpen dan cerbung tentang idolanya melalui catatan Facebook--atau mungkin zaman sekarang lebih dikenal sebagai cerita fan fiction.

Lambat laun ceritanya mulai terkenal. Fans kian membludak dan tak sabar untuk menanti setiap cerita yang Vanka bagikan.

Vanka Joe adalah nama samaran yang ia gunakan sebagai identitas dirinya di sosial media. Nama belakang yang ia pakai berasal dari idolanya yaitu Joseph Adam Jonas atau yang biasa dikenal sebagai Joe Jonas Brothers.

Kecintaannya dengan band Jonas Brothers membuat dirinya merasa hidup kembali menjalani masa sekolahnya. Vanka termasuk fans yang royal dengan idolanya. Semua album dan majalah berkover Jonas Brothers pasti ia beli dengan cepat. Merchandise berupa poster, pin, gantungan kunci, dan semua hal yang berbau Jonas Brothers pasti ia beli meskipun harus merogoh kocek yang lumayan besar.

Papa tidak pernah memarahi anaknya karena sifat alamiah Vanka 90% menurun dari Papanya. Papa merupakan fans dari klub bola Arsenal. Dimulai dari jersey, selimut, sampai mug, Papa punya semua koleksi-koleksi Arsenal. Dan sekali lagi jangan tanya soal Mama, sudah pasti beliau akan mengomeli Vanka habis-habisan karena terlalu boros untuk membeli barang yang tidak ada gunanya.

Berkat pengetahuannya yang luas mengenai Jonas Brothers, Vanka langsung diangkat menjadi ketua admin dari fanbase JoBros Indonesia di Facebook. Pengikutnya sudah mencapai angka lima puluh ribu anggota. Sungguh angka yang fantastis.

Vanka kerap menyapa anggota fanbase dengan memberikan status Facebook berisi kata-kata motivasi. Di setiap minggunya, Vanka selalu membagikan cerpen dan cerbung untuk para anggota fanbase-nya.

Semua orang mengidolakan Vanka pada saat itu karena dirinya adalah penulis cerita yang handal serta ketua yang peduli kepada anggotanya. Namun, tak selamanya hidup itu harus berjalan mulus, bukan?

Kendati memiliki banyak teman di sosial media yang semu, justru dalam dunia nyata, Vanka adalah kebalikannya. Sejak dirinya berada di kelas 9-E, Vanka tak memiliki satu pun teman di kelasnya. Semua orang di dalam kelas ini terlihat beringas di mata Vanka. Mereka terlalu memandang fisik dalam menentukan sebuah pertemanan.

Vanka yang berbadan tinggi, kurus, rata, berkulit cokelat, dan rambut mengembang yang selalu menghalangi papan tulis membuat dirinya sering diejek sebagai Kuntilanak Gosong.

Vanka tidak pernah menggubris ledekan teman sekelasnya itu. Bagaimanapun hinaan mereka ada benarnya juga. Kuntilanak identik dengan badan ratanya dan hinaan gosong memang sesuai dengan kulitnya. Sejujurnya, Vanka tidak mempermasalahkan ejekan itu. Namun, teman sekelasnya semakin berulah lebih kejam lagi. Mereka selalu memanfaatkan kebaikan Vanka. Memalak, menyuruh, mengusil, hingga dijadikan sebagai kambing hitam bagi kesalahan teman-temannya. Vanka selalu menanggungnya sendiri.

Pernah suatu hari Vanka mengadu ke guru BK dan wali kelas. Bukannya mendapatkan pembelaan, justru guru itu malah membela si perundung dengan alasan mereka adalah anak OSIS dan salah satunya adalah anak pemilik yayasan. Tentu saja, Vanka habis dihajar oleh si perundung karena berani untuk mengadu.

Ingin sekali Vanka bercerita kepada Mamanya untuk minta dipindahkan ke sekolah lain. Namun, kata-kata itu selalu sulit terucap dari mulutnya karena kondisi ekonomi keluarga Vanka sedang tidak baik. Lagi pula Vanka sudah memasuki kelas 3 SMP di mana hanya butuh beberapa bulan lagi untuk bertahan keluar dari siksaan teman-temannya.

Vanka melampiaskan semua kesedihannya dengan berinteraksi bersama teman-teman sosial medianya. Komunitas JoBros Indonesia adalah sahabat dan juga keluarga baginya. Setiap malam ia menumpahkan semua isi kepalanya melalui cerita. Bahkan rundungan teman-temannya di sekolah juga ia ceritakan dalam cerita fan fiction-nya. Dan betapa terkejutnya cerita itu berhasil mencapai sharing tertinggi selama dirinya memosting cerita. Banyak yang terhanyut emosi setelah membaca cerita Vanka yang ia samarkan tokoh-tokohnya.

Untung saja, teman sekelasnya tidak ada yang mengenal Jonas Brothers. Kebanyakan dari mereka tidak begitu tertarik dengan band dan artis luar. Sehingga identitas Vanka masih terjamin aman dari rundungan teman-temannya.

Menulis telah menjadi nadi dalam hidup Vanka. Ia mampu mengekspresikan semua emosinya melalui tulisan. Semua kata-kata yang dibalut indah itu mampu menyimpan makna tersirat.

Konsistensinya dalam menulis membuat Vanka dapat mengepakkan sayapnya setinggi udara. Berkat keuletan serta imajinasi yang kuat itulah Vanka berhasil menjadi penulis roman yang banyak dicintai kaum muda.

Penerbit berbondong-bondong mencarinya dan mengajaknya untuk bekerjasama. Tentu hal ini menjadi kesempatan yang luar biasa baginya. Cerita fan fiction-nya berhasil dimuat di berbagai majalah remaja. Lama kelamaan Vanka diberikan kesempatan untuk mengembangkan ceritanya menjadi sebuah novel.

Untuk anak berusia lima belas tahun yang baru saja menginjakkan kakinya di industri kepenulisan, karier Vanka layak diberikan dua jempol. Novel pertamanya berjudul Mirroring berhasil terjual hingga 1000 eksemplar dalam waktu satu bulan. Banyak yang terkagum dengan kehebatan Vanka dalam bercerita.

***

Vanka melakukan sesi book signing sekaligus promosi untuk novel kesepuluhnya yang berjudul The Distance of Us.

Novel ini menceritakan tentang kesetiaan cinta yang terhalang oleh jarak dan waktu. Tentu saja novel ini diambil dari kisah pengalamannya sendiri. Tokoh utamanya adalah Kana dan Ali.

Vanka secara eksplisit menggunakan namanya sendiri sebagai tokoh utama dan nama Ali sebagai pasangan dari Kana. Alasannya sederhana, Vanka berharap agar Ali dapat mengetahui keberadaan Kana atau Vanka melalui ceritanya.

Vanka ingin memberi tahu dunia bahwa dirinya sedang mencari seseorang yang ada di dalam ceritanya. Seseorang yang sudah lama melekat di hatinya, bernama Ali.

Berkat Ali, Vanka berhasil melewati masa SMP-nya yang suram. Dan berkat Ali juga, Vanka mampu menciptakan karya-karya yang indah yang bisa dinikmati semua orang. Dalam novelnya Vanka mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Ali--si pelita dalam kehidupannya yang gelap.

Sudah lama Vanka mencari keberadaan Ali. Namun, ia tak pernah berhasil menemukannya. Meskipun zaman sudah canggih--sudah ada sosial media--tapi, mencari Ali tidaklah mudah.

Hampir separuh populasi manusia di muka bumi ini bernama Ali. Sementara Vanka hanya mengenal cinta monyetnya dari nama depannya saja. Ia tidak tahu nama lengkapnya, alamatnya, hingga keluarganya.

Maka dari itu, dengan perilisan buku terbarunya, Vanka berharap dapat bertemu dengan Ali secepatnya.

Meskipun batinnya sedikit meragu mengenai Ali yang sekarang. Apakah Ali sudah punya pacar? Menikah? Punya anak? Apakah ia hidup? Atau sudah...

Entahlah, bagi Vanka, asal dirinya sudah mengetahui wujud Ali yang asli--itu semua sudah cukup dimatanya. Hanya itu permintaannya. Mengucapkan terima kasih.

Hello You Apps!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang