9

127 16 0
                                    


Angkasa terbangun dari tidurnya dengan selang oksigen yang berada di hidungnya, ya ia sendiri yang memasang itu kemarin malam.

Setelah kesadarannya terkumpul, Angkasa melepas selang tersebut, lalu pergi untuk melakukan aktifitas seperti biasanya yaitu, mandi dan bersiap menjemput Lea lalu berangkat sekolah bersama.

Di meja makan sudah ada ayah dan bunda yang sedang duduk, dengan secangkir Teh dan beberapa roti menemani mereka.

"Yah, gimana?" Tanya bunda.

"Bun udah santai aja, biarin angkasa ngelakuin apa yang dia mau, kita Jan larang larang dia" ucap ayah.

"Tapi bunda takut perempuan itu nanti kecewa, atau yang lebih parah lagi bunda takut -"

"Bun stop, untuk sekarang lebih baik kita pikir yang positif aja, udah percaya aja sama kasa" ucapan bunda yang terpotong oleh ayah.

Brakk..

Angkasa menutup pintu kamarnya, ia sudah siap dengan seragamnya.

"Kasa sini sarapan dulu" ajak ayah.

Tanpa menjawab Angkasa langsung berjalan menuju meja makan dan duduk di salah satu kursi.

Bunda menyiapkan sarapan untuk Angkasa dan Agam, kamar Agam berada di lantai dua, jadi sepertinya Agam sedikit terlambat untuk sarapan bersama.

"Nak, kalo kamu sungguh sungguh sama perempuan itu, jangan buat dia terlalu bergantung sama kamu" peringat bunda dengan wajah yang bersungguh suguh.

Angkasa diam dan memakan makanannya tanpa ada niatan untuk membalas ucapan bundanya.

"Udah sana berangkat jemput Aleanya, nanti jadi kan ajak dia ke rumah, biar bunda masak yang banyak"

"Serius Bun, bunda nggak larang kasa sama Lea?"

Mendengar ucapan Bunda seketika itu senyum manis Angkasa mengembang.

"Nggak sayang, asal jangan bikin dia bergantung sama kamu, karena cuma kamu yang tau kondisi kamu"

"Makasih Bun" Angkasa langsung memeluk bundanya.

Samar samar ayah tersenyum melihat putranya itu.

.

.

.

Sementara Lea kini sudah siap bahkan ia sudah selesai sarapan juga.

"Neng, ini bekalnya" bi Ica memberikan kotak bekal kepada Lea.

"Iya bi, makasih" Lea memasukkan kotak makanannya ke dalam tas dengan hati hati, takut jika isi makanannya tumpah.

"Hati hati ya neng" ucap bi Ica.

"Iya bi, Lea berangkat ya"

Tanpa menunggu jawaban dari bi Ica Lea langsung pergi begitu saja, Lea mengambil helmnya dan keluar dari rumah.

Bertepatan dengan Angkasa yang baru saja sampai di rumah Lea, jangan lupakan Bayu tentu saja, dengan penampilan seperti biasanya menggunakan bandana ciri khas gengnya, namun Lea tidak memakainya, Lea hanya membawanya dan menyimpan nya di dalam tas.

"Yuk berangkat"

"Yuk" Lea langsung memakai helmnya.

Mereka bertiga pun berangkat menuju sekolah bersamaan, selama perjalanan yang tidak terlalu jauh itu, Lea melihat motor Abin ketua Garuda, yang meminta di panggil Abang olehnya.

"BANG ABIN DADAH" teriak Lea sambil melambaikan tangannya.

Abian yang mendengar dan melihat Lea langsung melambatkan kecepatan motornya dan mengikuti angkasa dari belakang.

"Wa..waw"

Lea terkejut, ternyata bukan hanya Abin yang ada di sana, Lea tidak menyadari jika semua anggota geng Garuda juga berada di belakang motor Abin, dan secara otomatis juga mereka mengikuti Abin.

Hingga sampailah mereka di depan sekolah Lea, Angkasa berhenti Lea membuka helmnya dan tersenyum cerah.

Abin juga ikut berhenti.

"Belajar yang bener" ucap Abin dengan mengacak rambut Lea kemudian pergi untuk menuju sekolahnya.

Bukan hanya Abin yang mengacak rambut Lea tapi semua anggota geng yang berada di belakangnya juga ikutan, ya 28 sisanya ikut mengusap kepala Lea, yang untungnya tidak membuat jalanan macet karena masih pagi.

Lea senang, bukan bukan karena kepalanya yang di usap oleh seluruh anggota Garuda, tapi ia senang karena Akhirnya ia bisa merasakan serunya di antar oleh satu iring-iringan geng Garuda kejadian langka.

Setelah semua anggota Garuda pergi angkasa kembali menyalakan motornya dan memasuki sekolah, menuju parkiran lebih tepatnya.

"Belajar yang bener" ucap Angkasa setelah mereka turun dari motor.

Bayu mengusap rambut Lea.

"Lea bawa bekel nanti nggak ke kantin, kita makan di rooptof sekolah aja, Lea bawa banyak soalnya"

"Oke siap neng" Bayu tersenyum manis.

Angkasa hanya mengangguk anggukkan kepalanya, mereka bertiga berjalan menuju kelas Lea.

Bertepatan dengan Elang yang baru sampai, Dion turun dan membuka helmnya, melihat ke arah Lea.

"Ck udah 4 kali ketemu tetep aja gak bisa liat mukanya, udahlah nyerah gua" Dion sudah sangat kesal karena berkali kali gagal melihat wajah Angkasa dan Bayu.

"Ya lagian lo, penasaran sampe segitunya" sinis Tito.

Sedangkan teman temannya yang lain tak mau ambil pusing mereka langsung meninggalkan Dion dan Tito untuk menuju ke kelas mereka.

......

kring...kring...

Ya seperti biasanya bel istirahat berbunyi, Lea dengan cepat memasukkan bubu buku nya, sama seperti Maya si teman sebangkunya.

"Le mau ikut kita ke kantin?" Tanya Maya.

"Iya dari pada sendirian" timpal Ayu sahabatan Maya.

"Nggak makasih, gua bawa bekel kok, kalian ke kantin aja" tolaknya.

"Iya udah atuh, dah"

Maya dan ayu pergi meninggalkan Lea, meski dalam hati mereka, mereka tidak enak, juga merasa kasihan kepada Lea yang tidak memiliki taman dekat, sedari dua bulan yang lalu atau awal masuk sekolah.

Ingin rasanya mereka mengajak Lea, namun Lea selalu menolak, mereka cukup mengerti jika Lea bukan tipe orang yang mudah berbaur, tapi mereka berdua sama sekali tidak lelah untuk mengajak Lea pergi ke kantin bersama atau mengerjakan tugas kelompok jika ada.

Mungkin suatu saat nanti lea mau menjadi teman mereka, mereka sangat ingin berteman dengan Lea, bukan karena ingin memanfaatkan Lea atau pun hal buruk lainnya, mereka tulus ingin mengajak Lea berteman itu saja.

"Neng Lea" sapa Bayu yang langsung masuk ke dalam kelas di ikuti oleh Angkasa.

"Taraaa" Lea mengeluarkan kotak bekalnya.

"Waaaww"

"Ayo kita ke rooptof" ajak Lea.

Sepanjang perjalanan menuju rooptof banyak siswi yang menatap heran juga salting karena Bayu, ya Bayu yang biasanya bersikap dingin kali ini pertama kalinya bagi mereka melihat Bayu yang begitu cerewet di hadapan lea dan Angkasa yang sangat tampan.

Angkasa, Bayu dan Lea kini sedang duduk tanpa menggunakan alas apapun, mereka duduk dengan mengelilingi wadah bekal milik Lea, masing masing Lea berikan satu sendok, tak lupa dengan Lea yang juga membawa 3 botol air minum, untuk mereka bertiga juga

Dan yah mereka bertiga pun makan dari satu wadah yang sama, tapa adanya rasa jijik, dengan canda tawa yang mereka keluarkan.

Apalagi Lea yang selalu tertawa terbahak bahak hingga memukul Bayu, bisa di katakan setiap Lea tertawa terbahak bahak maka punggung Bayu yang akan menjadi sasaran Lea.

Apakah ini yang di maksud dengan dari tertawa di atas penderitaan orang lain?














Hay Hay Hay...

Kasalea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang