13

6 1 0
                                    

Keesokan hari setelah memutuskan untuk berangkat ke Kota Elf sekali lagi. Hyzon, Rei, Ursula dan Fera berangkat menuju Hutan Besar Elf. Pagi yang lembab dan dingin itu mengharuskan mereka mengenakan jubah yang menutupi badan dan kepala mereka.

Keberadaan elf sebenarnya tidak begitu disukai di ibukota, tatapan sinis dari orang-orang membuat Rei tidak nyaman. Itu mungkin menjadi alasan kenapa dia ingin cepat keluar dari kota itu, lagipula tidak ada alasan lain untuk menetap. Semakin lama keadaan akan memburuk jika dia dibiarkan begitu saja, mereka tidak tahu perlakuan apa yang warga akan berikan bila dibiarkan lebih lama.

Untungnya, berangkat di pagi hari menjadi hal yang menyelamatkan mereka dari hal itu. Walaupun banyak yang sudah bangun di pagi hari seperti pedagang tetapi tidak jarang juga ada orang yang berlatih di pagi hari entah itu seorang ksatria ataupun prajurit bayaran. Mereka semua memiliki kesamaan, menganggap ras lain selain manusia sebagai ras rendahan.

Perjalanan mereka melewati banyak pemandangan-pemandangan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

"Melihat kembali masa lalu, kita dulu sering berjalan di tempat ini bukan?" Ucap Ursula.

"...Ugh, jangan mengungkitnya didepan orang asing." balas Fera yang cemberut.

"haha, baiklah."

Setelah melewati hari-hari biasa, mereka akhirnya tiba di pintu masuk hutan elf. Sebelumnya jalan raya ini tidak ada, karena tertutup ilusi. Hanya elf hutan ini yang tahu mantra menetralkan ilusi itu.

Setelah menunggangi kuda yang berjalan selama satu jam, mereka tiba di gerbang utama kota.

"Aku penasaran, apakah mereka akan menyambut kita?" Ucap Rei.

"Hei, kalian di pihak kita. Lagipula healer seperti Ursula dan teman-temannya dianggap terhormat oleh kami." Fera menyakinkan Rei, yang terlihat cemas dengan keadaan manusia-elf yang tidak terlihat harmonis.

"Fera, siapa mereka?" ucap seorang penjaga gerbang.

"Mereka manusia, tapi di pihak kita." Para penjaga menatap satu sama lain, "Hm.. Kami tidak yakin Kapten Fera, tidak ada kabar dari atasan tentang kedatangan manusia-manusia ini."

"Aku yang menjamin, lagipula aku juga atasan kalian."

"Benar juga, kalau begitu kami tidak akan kena hukuman ya kan?"

"Tentu saja. Aku yang bertanggung jawab." Fera meyakinkan mereka dan tampaknya itu berhasil.

Mereka berhasil masuk di Kota Elf. Semuanya terpana dengan keadaan Kota Elf, terlihat semua bangunan terbuat dari kayu tetapi terlihat sangat kokoh. Sungai-sungai mengalir disekitar tempat mereka tinggal. Pohon Kehidupan terlihat tinggi menjulang menutupi sinar matahari langsung, seakan-akan tempat ini adalah surga.

"Kami tidak memperbolehkan kuda masuk lebih dalam lagi, kecuali kalian seorang petugas keamanan kuda tidak diperbolehkan." ucap Fera, dia tetap menunggangi kudanya.

"Hey, kau curang!" sahut Rei. "Oh diamlah. Kalau tiba-tiba ada situasi genting bagaimana mungkin aku bisa cepat datang ke tempat yang mendapati situasi itu?" Fera membenarkan tindakannya dan memang yang dia lakukan adalah hal yang benar.

"Sudahlah Rei, ikuti saja." Hyzon berusaha untuk mendinginkan situasi. Ursula mengangguk dan menyetujui ucapan Hyzon.

Akhirnya mereka berjalan menuju rumah Fera.

Selama perjalanan yang singkat itu, berbagai macam mata menatap dengan sinis keberadaan mereka. Sepertinya mereka tidak disambut dengan ramah, Tetapi setelah mereka mengetahui keberadaan Ursula ada diantara Fera, para elf hanya tersenyum.

Didalam rumah Fera, terlihat neneknya yang sakit. Ursula melihat kondisinya.

"Ini penyakit yang biasa untuk para elf yang berumur 700 tahun, namun terlihat parah pada nenek elf satu ini." Ucap Hyzon yang bersandar di pintu.

"Kau cukup berpengetahuan bagi seorang pengembara." balas fera, "Jadi bagaimana, Ursula? Kau bisa memberikannya obat bukan." Ursula mengangguk.

"Rei, coba gunakan heal." ucap Ursula.

"Bukannya heal biasa tidak bisa mengobati ini?" Fera menyanggah.

"Lihat saja, anak ini berbakat."

Rei mencoba menggunakan kekuatan yang tidak diketahuinya sama sekali, pertama kali mencoba tidak ada hasil, kedua, ketiga, hingga akhirnya dia bisa mengeluarkannya.

"Heal!"

"Ya, seperti itu. Lakukan dengan pelan."

Secara bertahap, mana yang ada didalam tubuh nenek elf itu kembali stabil, bercak yang membuat mana dalam tubuhnya mulai menghilang.

"Ini... Sangat luar biasa. Apakah ini sungguh heal yang bahkan bisa dilakukan oleh penyihir tingkat rendah?" Fera terkesima, dia tak percaya apa yang dilihatnya secara langsung.

Rei berhenti melakukan heal, nenek Fera sudah terlihat baikan. Sekarang dia hanya butuh istirahat hingga siuman, Fera memberikan terima kasihnya dengan hati yang ringan. Hyzon hanya meminta untuk diberikan informasi mengenai rekannya.

"Dimana Tiria? Hanya itu yang ingin aku tahu."

Fera menjelaskan, beberapa tahun lalu ada seorang tawanan yang dibawa dari luar hutan. Dia seorang elf tetapi tidak seperti pada elf hutan pada umumnya yang memiliki rambut hijau, dia memiliki rambut emas yang sangat berkilau ketika disinari matahari.

"Itu dia, itu pasti Tiria si Elf Emas." Hyzon melanjutkan "Dimana dia sekarang?"

"Kau harus menemui Raja kami untuk menemuinya, karena dia ditahan di pohon yang besar itu." Dia menunjuk kearah pohon besar di tengah desa. "Kebetulan Raja Elf Hutan juga tinggal disana."

"Kalau begitu biarkan kami kesana."

"Tidak semudah itu, tapi karena kalian menyelamatkan nenekku, belum lagi ada Ursula disini dia pasti menyambut kalian. Aku akan kesana sekarang, jadi tunggu saja."






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang