01

46 2 0
                                    


Sepuluh tahun silam setelah kejadian tersebut, selama itu juga dia mencoba untuk mencari tahu tentang temannya namun pencariannya tak membuahkan hasil. Saat ini dia hanya hidup memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan menyimpan pedang yang dia gunakan, parasnya masih seperti pohon dengan kayu yang tebal dan akar yang sangat kuat seakan-akan badai pun tidak akan menggoyahkannya, tubuh yang sangat terlatih itu tidak menampakkan tanda-tanda runtuh, memiliki rambut hitam yang panjang terikat terlihat sangat indah, walaupun mengenakan pakaian yang lusuh dia tampak sangat elegan.

Dia menggunakan pedang peninggalan yang terbuat dari kayu yang sangat kuat dan kokoh, dibuat oleh seorang pengrajin pedang kayu yang terkenal dan merupakan peninggalan dari mendiang gurunya yang ia rawat dan pakai untuk latihan setiap hari, tetap mengasah kemampuannya agar tidak tumpul, Setiap tebasan yang dia lakukan, terdengar angin terpotong dihadapannya.

Saat itu dia diberhentikan ketika peperangan sudah selesai dan perjanjian damai telah menjadi hitam di atas putih. Dia masih muda namun pengalaman bertarungnya melebihi semua orang seumurannya, bahkan dulu dia tercatat salah satu yang paling berbakat diantara yang lain, diberkahi dengan kemampuan yang tidak pernah ada dalam sejarah.

Kepala Desa ingin agar ia tinggal untuk melindungi desa dari serangan binatang buas ataupun para perampok yang berkeliaran. Tetapi pemuda itu yakin bahwa desa akan aman-aman saja karena semua perampok tahu akan keberadaannya.

Dan juga dia melatih seorang murid yang sudah bisa melawan 10 perampok sekaligus, bernama Arin, seorang pemuda yang antusias berlatih pedang, meskipun terlihat kurus dan tak berdaya, Arin mampu mengimbangi pelatihan yang keras sekalipun. Hal itu menjadi motivasi untuk anak-anak yang lain, mereka terinspirasi dari seorang Arin.

Akhirnya dia mendapat izin, karena terbukti bahwa Arin dapat melindungi desa. Dia pun pergi untuk waktu yang lama. "Aku akan kembali, pasti." ucap pemuda tersebut kepada Kepala Desa,

"Baiklah, kami akan menunggu kedatanganmu." Kepala Desa tersenyum, diikuti dengan sorakan warga desa yang berkumpul dibelakangnya "Hati-hati dijalan!"

Pemuda tersebut melambaikan tangannya di atas kuda yang ia kendarai, dengan pedang bersarung warna putih, bercorak emas dan gagang warna putih, menuju arah hutan dan jauh meninggalkan desa tersebut. Di tengah perjalanan, dia melihat seekor burung yang jatuh tergeletak di tanah.

"Untung saja aku menemukanmu."

Dengan cepat ia mengobati sayap burung itu yang terluka, rupanya tertusuk serpihan kayu. Sambil menunggu sampai burung tersebut dapat terbang lagi ia membawanya bersamanya.

Matahari pun terbenam, dia mengumpulkan kayu, membakarnya untuk menghangatkan malam yang dingin. "sepertinya aman-aman saja" ucapnya. Tidak lama dalam keadaan terjaga dia merasakan hawa dingin, rupanya seekor makhluk sihir berbentuk serigala yang menyerang dalam kelompok. Tampak seperti roh, mereka menyerupai bentuk hewan yang sudah disantap jiwanya.

Warna umum makhluk sihir adalah warna biru, karena Mana atau sumber sihir manusia basisnya adalah biru dari dewa sendiri. Adapun orang yang memiliki warna yang lain, adalah karena mereka melatihnya sesuai dengan kehendaknya. Warna Mana sang pemuda ini memiliki warna dari pasir, warna yang sangat langka juga dikaitkan dengan simbol Jam Pasir, Pengatur Waktu.

"Makhluk sihir? Berarti di dekat sini ada seorang penyihir yang mengincarku."

Makhluk sihir dikendalikan oleh penyihir, mereka menerima perintah dan menjalankannya hingga mereka selesai melaksanakannya kemudian binasa, atau binasa karena diserang. Tapi dengan hitungan detik sang pemuda itu mampu mengatasi semuanya dengan hanya beberapa tebasan pedang, Ia bergegas mencari penyihir yang mengendalikan mereka.

Time WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang