Hyzon tersadar, dia melihat anak-anak tertidur di dekatnya. Saat matahari menyinari tubuhnya dia tersadar hari sudah pagi, anak-anak itu terbangun karena Hyzon bergerak. "Paman sudah bangun?" ucap Utia, sambil mengucek matanya.
"Ya, aku sudah bangun. Terima kasih atas bantuan kalian." Kedua anak lainnya pun terbangun. Mereka berlarian kearah Hyzon yang sudah duduk di atas batang pohon dan membersihkan pedangnya. "Paman! Paman! Kau sudah bangun!" anak-anak itu senang.
"tenang saja, aku masih hidup kok. Terima kasih kepada kalian."
Mereka kembali, kuda Hyzon cukup untuk membawa mereka semua, walaupun sebenarnya kudanya kelelahan. Beberapa jam perjalanan mereka berbincang satu sama lain tentang apa saja yang telah dilakukan para Pemuja Iblis itu dengan mereka.
Ternyata mereka tidak di apa-apakan, mereka dijaga baik-baik walaupun akhirnya dijadikan tumbal. Memang begitu, setiap ritual penumbalan pasti yang jadi tumbal akan diperlakukan dengan sangat baik, karena menurut kepercayaan mereka iblis hanya menerima tumbal yang segar dan sehat.
Meskipun begitu, ritual penumbalan sudah banyak sekali dilakukan di masa lalu terutama pada saat perang besar beberapa puluh tahun silam. Iblis ini bukanlah makhluk khayalan belaka, mereka benar-benar ada.
Dan Hyzon sudah masuk dalam incaran Iblis Hitam Virr. Iblis ini terbagi dalam 15 tingkatan, dimana tingkat paling kecil adalah iblis kelas rendah yang biasa digunakan untuk menjadi tentara garis depan.
Tingkat paling tinggi seakan-akan setara dengan dewa, untung saja semakin tinggi tingkatannya semakin sulit juga mereka untung masuk ke dunia manusia. Sistemnya memang sudah begitu, Virr termasuk dari iblis tingkat 15 yang memiliki ribuan pengikut dan tentara. Dia tidak bisa masuk kedalam dunia manusia kecuali dia meminimalisir kekuatannya ke tingkat 5.
Mereka tiba di Desa Isolt, para warga menyambut mereka dan anak-anak itu telah kembali ke orang tuanya kembali. Semuanya terharu akan kejadian itu, Tygrit datang dan berbincang dengan Hyzon "terima kasih, kamu telah menyelamatkan anak-anak kami. Ambil lah ini, ini adalah artefak desa kami yang sudah turun-temurun dijaga. Sepertinya ini lebih cocok di tanganmu." Tygrit yang memberikan artefak berbentuk kompas emas dengan bodi emas dan tumpuan berwarna hitam serta jarum berwarna merah, tak ada penanda mana yang utara, barat, timur ataupun selatan. "Bukankah ini adalah sesuatu yang penting untuk desa kalian?"
"Tidak, kami tidak pernah menggunakan ini. Sepertinya kamu lebih membutuhkannya." Tygrit tersenyum sambil memberikan kompas itu.
"Terima kasih, jadi bagaimana cara kerja benda ini?" Hyzon memeriksa kompas itu, melihat kompas itu dengan teliti.
"Kompas itu akan menuntunmu kepada apa yang kamu inginkan, cukup tutup matamu dan pegang kompas itu." Jelas Tygrit. "Begitu, akan langsung kucoba." Hyzon menutup matanya, menunggu beberapa saat dan membuka kembali.
"Lihat, jarum kompasnya berubah dari utara berubah ke arah tim- tidak, ini berubah ke arah barat. Kota Hubrin?" Tygrit memegang dagunya, berpikir. "Hahaha, kau benar. Aku ingin kembali, karena pekerjaanku sudah selesai disini."
Hyzon pergi menaiki kudanya. "Kepala Desa! Terima kasih atas pemberian ini, sudah saatnya aku pergi." Hyzon mengucapkan ucapan selamat tinggal terakhirnya "Hati-hati dijalan, pastikan kompas itu selalu bersamamu." Tygrit mengucapkan selamat tinggalnya, warga-warga desa juga berkumpul dibelakangnya melambaikan tangan disaat Hyzon sudah jalan, tidak lupa Crystal, Kara, Ferin dan Utia yang bersorak dan menangis mengucapkan selamat tinggalnya.
Hyzon hanya membalas dengan tersenyum mengacungkan jempolnya dan memacu kudanya. Dia teringat saat-saat meninggalkan desa tempat tinggalnya.
Beberapa jam terlewat setelah Hyzon meninggalkan desa, seperti biasa malam tiba. Dia perlu istirahat dan membuat api unggun lagi, dia sudah berada di daerah dataran yang luas dikelilingi oleh rumput-rumput dan hanya beberapa pohon, tetapi pada saat yang sama Hyzon melihat banyak perampok yang mengitari perkemahan sebuah karavan dagang.
Sepertinya perampok itu akan menyerang pedagang itu, Hyzon berlari ke arah mereka memegang handle pedangnya dan sarungnya, Waktu berhenti. Kecuali untuknya, tanpa pikir Panjang dia menghajar semua perampok itu, ada sekitar 14 orang.
Dia memberi pukulan telak di setiap tubuh mereka, kemudian membenturkan lagi pegangan pedangnya dan sarungnya, membatalkan kemampuannya dan semua perampok terpental jauh. Beberapa anggota karavan pun dilepaskan dari posisi mereka yang terikat, mereka tentunya bingung akan apa yang baru saja terjadi.
"terima kasih, kami tidak tahu kami akan diapakan jika kau tak menyelamatkan kami!" ucap pria berjanggot putih, kelihatannya yang paling tua diantara mereka dan pemimpin karavan itu. "Tentu saja tuan." Ucap Hyzon tersenyum. "kamu ingin kemana nak? Aku melihat kau dalam sebuah perjalanan jauh." Tanya si pria tua. "Oh ya perkenalkan, aku Ferlen, aku seorang pedagang." Lanjutnya, "Aku juga sedang dalam perjalanan menuju Kota Hubrin - tidak, tepatnya di dekatnya."
"Apakah aku boleh bergabung dengan perjalanan kalian?"
"Tentu saja, kami akan sangat tertolong. Apakah kami bisa memberikanmu tumpangan kesana?" tanya Ferlen,
"Tidak, aku juga punya tunggangan, akan aku bawa kemari."
Hyzon langsung pergi ketempat kudanya dan membawanya ke perkemahan karavan itu. "Aku akan melindungi kalian untuk malam ini. Siapa tahu perampok itu kembali lagi."
Hyzon memberikan tawaran kepada mereka. "Tentu saja, sebagai gantinya kami mempunyai beberapa makanan yang bisa kami berikan kepadamu. Kau kelihatan sangat lapar." Hyzon tersenyum, stok makanan yang dia bawa dari Kota Hubrin sudah habis sebelum dia sampai di Desa Isolt. "Terima kasih atas bantuannya." Ucap Hyzon, di malam itu mereka berbincang-bincang dan tertidur.
Esoknya, mereka Bersama-sama melanjutkan perjalanan ke Kota Hubrin. Hyzon dengan kudanya dan Ferlen dengan karavannya.
Mereka mengucapkan selamat tinggal sebelum berpisah di pertigaan Kota Hubrin - Elrentia - Hutan Isolt. Hyzon tiba di Kota Hubrin beberapa jam kemudian dan dia langsung saja menuju Penginapan Gin.
Di tengah perjalanan, dia bertemu Walikota Hubrin. Seorang teman lama, waktu peperangan.
"Hyzon?" dia yang mengenakan kacamata membuka kacamatanya.
"Komandan Cavier?" Hyzon terlihat bingung.
"Ya, ini aku Cavier."
"Bukankah kau sudah pensiun?"
"Aku sekarang yang bertanggung jawab akan kota ini, Gin tidak memberi tahu?" Cavier mengelus kacamatanya dan memakainya lagi.
"Aku tidak tahu, Gin tidak bilang apapun."
"Dia sudah tua, lagipula aku jarang bertamu ke penginapannya. Pasti dia sudah melupakan aku lagi. Apa yang membawamu kesini?" Mereka mulai berjalan, Hyzon menarik kudanya.
"Aku ingin mencari teman-temanku. Aku ingin mengetahui alasan mereka meninggalkan pasukan utama." Hyzon menatap langit, lalu menatap kedepan.
"Pasukan utama, mereka berpencar disaat perang sudah usai bukan? Seperti dirimu, mereka hanya menapak jalan masing-masing." pria berjubah hitam itu mengambil sarung tangan berwarna putih dari salah satu saku bajunya dan mengenakannya.
"Anda benar komandan - tidak - Walikota Cavier. Tapi mereka menghilang begitu saja tanpa memberi kabar, seusai perang divisi kami tak ada yang berpesta di markas utama. Mereka menghilang tanpa kabar bahkan sebelum itu."
"Tak usah kau pikirkan, bila tujuanmu mencari salah satu dari mereka mungkin aku tahu satu dua hal." Cavier memegang pundak Hyzon.
"Benarkah Tuan Cavier? Terima kasih." Hyzon menundukkan kepalanya, sebagai tanda penghormatan.
"Datanglah ke kediamanku. Akan kuberi tahu satu dua hal, lagipula ini sudah dekat dengan penginapan Gin."
"Kau tidak singgah?"
"Aku agak sibuk, sampaikan salamku." mereka berpisah, Walikota Cavier berjalan melanjutkan perjalanannya. Mengucap selamat tinggal kepada Hyzon.
Hyzon memasuki penginapan.
"Gin, Rei aku pulang!" Rei dan Gin pun menyambut Hyzon, "Selamat datang!" Rei datang memeluk Hyzon, gadis itu merindukannya. Hyzon duduk di ruang depan penginapan dan menceritakan aktifitas petualangannya selama berjam-jam.
*EndChapter*
Nothing to see here.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Warrior
AdventureSeorang ahli pedang yang kehilangan teman, jabatan perang, dan harta memulai petualangan baru sebagai pengembara, mencari tahu tentang keberadaan teman perjuangannya yang menghilang bersama dengan perginya hembusan angin. Hyzon, anggota dari divisi...