date

423 65 3
                                    

Danesa gak berhenti ngomel di sebelah gue, sedangkan gue malah tertawa pelan sambil sibuk merevisi beberapa tugasnya yang hampir setengahnya salah.

"Kak Sadam! Yang aku maksud ngedate tuh ya pacaran di taman atau pinggir danau, yang romantis gitu, kenapa malah ngajak aku ke perpustakaan? mana sambil ngerjain tugas pula!" Gue nengok sebentar ke arahnya, tangan Danesa gak berhenti mukul paha gue pelan.

"Danes." Panggil gue, memberi kode agar pacar gue nengok ke arah gue.

"Apa?" Danesa akhirnya nengok, sekarang bibirnya maju sekitar dua senti.

cup

Gue mengecup kilat ujung bibir Danesa, dan berhasil, omelannya berhenti seketika.

"Aku kemarin dapet laporan dari Mama, katanya nilai kuis kamu cuma dapet tiga, makanya sebelum kita pacaran, kamu harus belajar dulu." Danesa masih merengut di tempatnya kemudian dia ambil napas berat.

"Ya lagian Bang Fauzi gak mau bantuin, Kak Juna apalagi. Mereka mah enak ya Kak udah pinter, lah aku?" Kalau ditanya apa hal yang gak gue suka dari Danes ya sifat gak percaya dirinya ini, gue tau kemampuan dia pasti lebih dari yang dia tunjukkin sekarang, tapi kadang sikap childish nya susah hilang, gue memaklumi karena dia emang tipikal anak bungsu manja yang butuh banyak perhatian.

"Bayangin aku jadi ambil PGSD Kak Dam, pasti sekarang aku lagi sibuk mikirin cara ngajar yang seru, bukan malah sibuk bikin business plan gini." Danesa kini menyandarkan kepalanya ke atas meja, gue yang gemas sama tingkah dia malah mengulurkan tangan buat mengusap surainya yang merah menyala.

Kemarin dia cerita kalau dia pikir kepalanya bocor karena pas keramas, air yang turun dari kepalanya malah merah karena lunturan cat rambutnya, gue ketawa hampir dua menit saking lucunya dan ngebayangin wajah panik Danesa pas mandi waktu itu.

Netra gue yang daritadi fokus ke lembar tugas Danesa sekarang mulai beralih ke arahnya, mata Danes mulai tertutup dan sesekali terbuka karena kaget sama suara kertas yang gue bolak-balik, dia ngantuk ternyata.

Gue ambil jaket gue yang tersampir di sandaran kursi, melipatnya jadi seukuran bantal dan gue letakkan di bawah kepala Danes, lagi-lagi tangan gue terulur buat usap pelan rambut dia.

Setelah selesai mengoreksi tugas-tugas Danes yang untungnya masih bisa gue pahami karena materinya gak terlalu sulit, sambil menunggu Danesa bangun sekarang tangan kanan gue sibuk dengan handphone sedangkan tangan kiri gue masih betah bertengger di atas kepala Danesa.

Sepuluh menit berlalu, Danesa mulai bergerak dan bangun dari tidur singkatnya.

"Good morning." Ledek gue sambil tersenyum manis ke arah Danes.

Danesa membalas senyuman gue dengan tawanya yang khas, "Udah selesai?" Tanyanya, gue mengangguk mengiyakan.

"Udah boleh ngedate beneran?" Lanjutnya, lagi-lagi gue mengangguk.

Setelah merapikan lembar tugas serta buku yang berserakan di atas meja, gue menarik tangan Danesa untuk bangun dan berjalan ke arah parkiran yang ada di basement, tidak lupa dengan tangan kanannya yang masih ada di genggaman gue.


***


Tepat setelah kami sampe di tempat piknik yang disarankan Danesa, hujan malah turun dengan derasnya. Lagi-lagi bibir Danesa maju dua senti.

"Kak Dam sih!" Untungnya tadi kita sempet mampir ke minimarket, jadi Danesa bisa ngomel sambil makan keripik kentang yang gue beli.

Sorrow [Damdo]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang