Entah ini udah kali keberapa Danesa ngeluh soal vertigo nya yang makin sering kambuh, hari ini bahkan dia gak kuat bangun buat kuliah dan milih buat ambil absen pertamanya.
Sialnya, jadwal praktek orang tuanya selalu penuh tiap weekday, kakak-kakaknya juga sibuk sama kerjaan mereka masing-masing, dan gue sendiri masih ada kuliah sampai jam dua siang.
Dari pagi Danesa terus ngechat gue dengan alasan gabut, padahal gue tau dia cuma minta ditemenin karena takut sendirian di rumah.
Jeria dan Harsa juga gak bisa nemenin karena mereka masih maba, takut ketinggalan mata kuliah yang rasanya kaya kejar-kejaran itu saking banyaknya. Apalagi Awan yang sekarang lagi sibuk persiapan ujian karena udah kelas tiga.
Di matkul terakhir gue hari ini, rasanya gue pengen nyuruh dosen buat cepet ngejelasin supaya gue bisa lari ke rumah pacar gue sekarang juga. Danesa itu manja, ditambah dia lagi sakit yang artinya gue yakin seratus persen pacar gue itu lagi nangis sekarang.
Tepat setelah dosen ninggalin ruang kelas, gue langsung lari ke arah parkiran, sama sekali gak dengerin teriakan temen-temen gue yang ajak diskusi soal matkul barusan.
Gue udah masuk mobil dan bersiap buat jalan sampe tiba-tiba ada panggilan masuk dari Danesa.
"Kak Sadam udah selesai?"
"Udah, ini mau jalan ke sana."
"Oke hati-hati ya, sampe sini harus selamat gak boleh kurang apapun."
"Iya, kamu mau titip apa?"
"Apa ya? kitkat boleh?"
"Boleh, itu aja?"
"Iyaa, yaudah hati-hati Kak Dam."
Gue mengangguk sebelum memutus sambungan telepon dan akhirnya bergegas menuju rumahnya.
***
Gue masuk ke dalam rumah Danesa dengan paper bag penuh makanan, gue langsung naik ke lantai dua tepatnya ke kamar pacar gue.
Yang gue kira kalau gue bakal disambut sama tangisan jelek dia, ternyata Danesa lagi duduk di atas kasurnya dan langsung ngasih senyuman cerah tepat setelah gue buka pintu.
"Siang pacarku, aduh hari ini kok kamu makin ganteng aja ya?" Gue cuma nyengir denger kalimat gombal dia yang ya seperti biasa selalu keluar dari bibir kecilnya itu.
Setelah selesai naruh tas dan bawaan gue ke atas meja belajarnya, gue lalu mendekat ke arah Danesa yang masih belum beranjak dari kasurnya.
"Masih pusing?" Tanya gue sambil mengusap rambutnya, pertanyaan gue dijawab dengan gelengan kepala.
"Gak separah tadi pagi, tapi masih lemes." Jawabnya kemudian, gue mengangguk kemudian meletakkan telapak tangan di keningnya, lumayan panas ternyata.
"Demam dikit ya, udah minum obat?"
"Udah, ini udah mendingan juga Kak." Gue akhirnya duduk di sebelah Danesa, membawa tubuh kecilnya masuk ke pelukan lalu mencium atas kepalanya sebentar.
"Cepet sembuh sayang." Pelukan kita gak bertahan lama karena gue tau kalau posisinya rada bikin pegel, sesaat setelah gue lepasin pelukannya, gue berjalan ke arah paper bag berisi makanan tadi dan ngasih itu ke Danesa.
"Gak ada larangan makan sama Mama kan?"
"Gak ada, aku mau kitkat nya ya?" Tanya Danesa sambil menunjukkan cemilan itu di tangan kanannya, gue mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorrow [Damdo]✔
FanfictionSay before it's late, Love before it's gone. at least they had a chance to do whatever they want until the right time to say goodbye. ⚠️ major character death ⚠️