¡!✯︎¡!
Matahari mulai terbenam, langit akan berubah menjadi hitam berganti waktu dari sore ke malam. Ardan masih belum mau menyudahi permainan basketnya sedari tadi. Salman dan Eshan yang senantiasa menemani Ardan bermain di lapangan Basket komplek rumah Saka.
Saka dan Rafiq pergi ke minimarket membeli makanan ringan yang akan mereka makan nanti malam. Beruntung Ardan masih di kelilingi teman seperti mereka yang selalu ada untuknya.
Eshan dan Salman mengambilkan bola basket yang mental ke sembarang arah karena lemparan keras Ardan.
Eshan mengeluh capek. Dia meminta Ardan untuk berhenti dan menyudahinya. Bukan hanya dia, Salman pun sama merasakan.
"Udah dong...Dan! Pulang yuk...gue gerah pengen mandi!" Rengek Eshan mengeluh.
"Iya Dan! Ketek gue kecut gini!" Ucap Salman menambahi.
Ardan sama sekali tidak memperdulikan keluhan kedua temannya yang ingin segera pulang dan mandi. Ardan justru semakin melempar bola basket itu ke dalam ring sangat brutal, seolah melampiaskan kemarahannya lewat sana. Tapi bukannya mereda, malah semakin menjadi.
"Fuck!!" Umpat Ardan, melempar kembali bola basketnya ke ring. Tapi kali ini bola itu tidak masuk ke dalam ring, malah mental ke tiangnya dan terlempar ke jalanan.
BRUKKK!!!
Eshan dan Salman tersentak, keduanya berdiri dengan wajah kaget dan panik. "Anjir Ardan!" Dumel Eshan panik.
Ardan menoleh ke Eshan, menatapnya bingung. Mata Ardan bertanya pada Eshan, laki-laki itu menunjuk ke jalanan depan.
"Bola lo kena orang Dan!" Pekik Salman, ia berlari menghampiri orang yang terkena bola basket yang di lempar Ardan.
Kedua mata Ardan juga membulat, ia langsung berlari kecil menghampiri Salman dan Eshan seraya menyeka keringat di pelipisnya yang menetes.
"Awh!"
"Eh mbak gapapa?" Tanya Salman berdiri di dekat orang itu. Dia menundukkan kepalanya, membuat Salman dan Eshan tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tertutupi rambut panjang gadis itu.
Gadis itu mendecak keras sambil mengeluh kesakitan. "Bisa main gak sih?!!" Ujarnya marah, dia menoleh menatap Salman dan Eshan.
"Auliya?" Kata Eshan kaget. Kedua laki-laki itu sedikit terkejut karena orang yang terkena lemparan bola dari Ardan adalah adik kelasnya sekaligus gadis yang membuat Ardan selalu marah.
"Iya! Kenapa?!" Ketus Auliya, tangannya merapihkan rambut yang menghalangi wajahnya.
"Lo kenapa ada disini?" Tanya Salman penasaran. Ini bukan kebetulan.
"Dia kan hantu, berarti ada dimana mana!" Sahut Ardan berdiri di belakang Salman dan Eshan.
Auliya menoleh ke belakang laki-laki di hadapannya. Matanya mendelik sinis ke arah laki-laki itu. "Siapa yang lempar nih bola? Kalo gak bisa gak usah main!" Tanyanya dengan nada ketus.
Salman dan Eshan menjauh dari tempatnya, menunjuk ke arah Ardan dan menjawab pertanyaan Auliya. "Dia!" Ucap Salman dan Eshan barengan.
Auliya menatap tajam dan kesal, lalu membungkuk mengambil bola basket yang tak jauh dari pijakan kakinya, kemudian melempar bola itu kepada Ardan.
Ardan sigap menangkap lemparan bola dari Auliya.
"Bencana gue ketemu sama lo disini!" Keluhnya frustasi. Lalu melenggang pergi meninggalkan ketiga laki-laki itu.
Ardan bergeming, sambil memukul pelan bola basket yang berada di genggamannya. Kepala Ardan bergerak, memandang tubuh gadis itu yang pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDANPATI
De Todo⚠ :: di anjurkan sebelum membaca alangkah baiknya kamu mengikuti akun saya terlebih dahulu. Terima kasih yang sudah menekannya, selamat membaca! ~ Saat seseorang yang pernah patah dan kehilangan yang begitu hebat. Apa orang itu akan merasa baik bai...