6. Malam Pelarian dan Buku Aslinya

273 52 10
                                    

Malam hari, tepat seperti yang Marvin katakan, ia pergi dari rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam hari, tepat seperti yang Marvin katakan, ia pergi dari rumah. Tak ada lagi yang mengkhawatirkan kepergiannya, kedua orang tuanya telah tiada. Ethan, anak itu tidak dekat dengan kedua orang tuanya, karena ia tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya. Ethan tak pernah tahu di mana orang tua kandungnya berada, meskipun ayah dan ibu tirinya memberitahu jika orang tua kandung Ethan sudah tiada. Tidak ada bukti, hanya ucapan saja.

Ethan berlari kencang menuju hutan perbatasan, di bawah tidak terlalu banyak aktivitas warga. Kebanyakan warga Anemos beraktivitas di udara, negeri ini bagaikan negeri apung. Dengan ransel di punggung yang berisi air minum dan beberapa buah-buahan. Ethan tak membawa banyak senjata, sebilah pedang. Setelah berhasil melewati hutan perbatasan, Ethan dapat melihat Marvin dengan pedangnya di ujung barat pintu gerbang. 

"Marvin, apakah sudah aman?" tanya Ethan yang baru datang. Marvin belum menjawab, pemuda itu memasang indra pendengarannya dengan baik. "Sepi, tak ada suara penjaga di sini. Tapi ini masih belum menjamin aman."

"Apa kita terbang saja yang tinggi, lalu membuat kabut dan pergi," ujar Ethan memberi saran.

Marvin berdecak, ia heran kenapa master mau mengangkat Ethan sebagai pelatih jika pemuda itu tidak memikirkan setiap kemungkinan yang terjadi atas tindakannya? "Di atas juga ada penjaga, jika kita terbang tinggi dengan kabut, akan sangat kentara."

Marvin terdiam sebentar, memikirkan cara agar mereka bisa pergi tanpa tertangkap. "Begini saja, kita terbang setinggi tembok benteng ini."

Ethan mengernyitkan dahi bingung, bukankah itu lebih tidak aman? "Tidak sekalian menyerahkan diri dan membeberkan rencana kita?" Ethan menatap datar Marvin.

"Ikuti saja apa kataku, aku jamin kita aman." Marvin tak memperdulikan Ethan yang terus membicarakan akibat dari saran Marvin. Sedangkan pemuda pemilik ide itu sudah bersiap untuk terbang. "Ayo atau aku akan meninggalkanmu dan membiarkanmu tertangkap," ajak Marvin seperti ancaman.

Mau tidak mau Ethan menurut. Toh, jika memang mereka nanti tertangkap, setidaknya Ethan tidak sendirian. Mereka berdua bisa melihat pemandangan di luar tembok yang sangat tinggi itu, meskipun hanya sebuah hutan. Marvin memegang tangan Ethan dan menarik anak itu untuk segera pergi.

Awalnya Ethan heran, ia sempat berkontak mata dengan beberapa penjaga, dan mereka hanya melirik tanpa memperdulikan dirinya. Seingatnya, tidak ada yang mempunyai kekuatan tak terlihat di antara mereka. Marvin yang melihat wajah bingung Ethan hanya menahan tawa. Andai saja Ethan tahu jika yang para penjaga lihat adalah dua ekor burung gagak, bukan dia ataupun Marvin.

Mereka mendarat di hutan liar dengan selamat. "Bagaimana bisa mereka tidak menangkap kita?" tanya Ethan menatap Marvin yang membenarkan posisi ranselnya.

"Bisa saja," jawab Marvin santai. "Ayo, sekarang kita tentukan untuk pergi ke negeri mana terlebih dahulu." Marvin berjalan dua langkah di depan Ethan.

"Aku tidak bodoh untuk hal tadi," ujar Ethan dan membuat Marvin berhenti, tanpa menoleh ke belakang. Inilah kenapa Ethan tak langsung menyusul Marvin jalan, ia masih memikirkan hal yang sudah pemuda itu lakukan.

The Guardians  [ENHYPEN & TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang