15. Bertarung dan Lari

146 47 5
                                    

Sang rembulan berada tepat di atas kepala, menandakan waktu sudah tengah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang rembulan berada tepat di atas kepala, menandakan waktu sudah tengah malam. Perjalanan keduabelas pemuda tak kunjung usai. Langkah demi langkah mereka tempuh. Haven memimpin di depan, sedangkan kedua manusia negeri es berada paling belakang.

Suara burung Hantu setia menemani, beradu nada dengan Gagak. Obor yang tercipta dari tangan pemilik kekuatan api menerangi jalan. Tak lupa dengan kekuatan cahaya Marvin.

"Perhatikan langkah kalian, di sini banyak ranting pohon."

Ucapan Haven membuat mereka melangkah sambil sesekali menunduk. Hawa dingin mulai menusuk kulit mereka, membuat bulu kuduk merinding.

"Berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya Aland yang sudah malas berjalan. Sungguh dia lelah.

"Tak jauh, mungkin satu hari lagi."

Mata Aland membulat, apa dia bilang tak jauh? Lantas mengapa sampai satu hari? Oh, rasanya kaki Aland akan putus.

"Tak bisakah kita terbang saja? Badanku sudah seperti dihantam ribuan batu," ujar Aland yang sudah mengeluh sejak tadi.

"Nanti, jika hari sudah terang," jawab Haven santai.

Hendak membuka mulut, namun Theodore lebih dulu menyumpal mulut Aland dengan buah pisang. "Diam dan jalan saja." Aland hanya melirik sinis dan mengunyah buah itu dengan malas.

Srek srek srek

Haven sontak merentangkan tangannya, memberi isyarat untuk berhenti. Sebagai pemilik pendengaran yang tajam, telinga Darren bergerak, menandakan ada sesuatu yang mendekat.

"Cepat matikan pencahayaan," perintah Haven dan langsung mereka patuhi. Dengan cepat berjongkok di dekat semak-semak yang lumayan tinggi.

Mata mereka menajam, mengamati sekitar. Darren terus mengandalkan pendengarannya, telinga pemuda itu masih bergerak. Suara langkah semakin mendekat. Tidak hanya satu, melainkan seperti berkelompok.

"Gawat, cahayaku tak bisa padam," ujar Marvin panik. Mereka semua melihat ke arah Marvin yang masih terang.

Ethan segera menutupi temannya dengan dedaunan besar, tetapi tetap tak bisa menghilangkan cahayanya
"Ini, pakai jubahku saja," ujar Kay.

Ethan terdiam, tangannya ragu untuk mengambil jubah hitam itu. Kay masih setia menyodorkan jubahnya. Ia tahu jika Ethan tak memiliki kepercayaan terhadapnya. "Pakailah, tak butuh banyak waktu untuk berpikir." Merasa lama, Marvin segera mengambil jubah itu dan menutupi tubuhnya.

"Terima kasih," ujar Marvin cepat dan dibalas anggukan oleh Kay.

Srek srek srek

"Tolong jangan ada yang bersuara, mereka semakin dekat," ujar Darren dengan berbisik, jari telunjuknya berada tepat di depan mulut.

Brak

The Guardians  [ENHYPEN & TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang