30. Kilas Balik: Melanggar Janji

107 27 0
                                    

Setelah berhasil mencuri ramuan dari ruangan ayahnya, Livingston menghampiri Gracia yang sudah menunggunya di gerbang negeri Eastwer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berhasil mencuri ramuan dari ruangan ayahnya, Livingston menghampiri Gracia yang sudah menunggunya di gerbang negeri Eastwer. Pemuda itu tampak lelah memikul karung besar di pundaknya.

"Ini, cepat berikan pada ayahmu. Aku harus segera kembali ke Demiland."

Livingston menurunkan bebannya dan menarik tangan Gracia, ia menyerahkan ujung karung itu pada genggaman tangan lawan bicaranya.

"Kamu mengambil risiko yang sangat besar. Terima kasih banyak atas semua yang kamu lakukan, maaf karena tidak percaya padamu."

"Tidak masalah, selama yang aku lakukan itu benar, aku tidak pernah takut."

Gracia terdiam, netranya menatap dengan kagum. Ia tahu, pasti sulit mencuri ramuan itu dari ruangan ayahnya. Gracia kagum dengan keberanian Livingston. Pemuda itu berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak memihak yang salah, sekalipun itu keluarganya.

Saat Livingston akan berbalik, Gracia memanggil nama pemuda itu sekali. Membuat sang puan berbalik memandangnya.

"Setelah ini, apapun yang terjadi datanglah ke sini. Aku akan selalu ada untukmu."

Livingston tersenyum, ia mengangguk lantas berbalik dan melenggang pergi. Berhari-hari telah berlalu, aksinya yang dulu tidak pernah diketahui oleh siapapun. Tentunya tindakan Livingston membawa perubahan pada dirinya. Warga negeri Eastwer mengenang jasanya dalam diam dan dalam kediaman itu pula ada hati yang menyimpan rasa melebihi rasa kagum.

Gracia dan Livingston menjadi teman dekat, mereka sering bertemu di hutan perbatasan dengan sembunyi-sembunyi. Tentu saja jika Eros mengetahui hal itu ia akan menghukum Livingston, sebab pria itu telah menandai Eastwer sebagai musuh Demiland.

Di tengah hutan liar yang rindang. Ranting pohon bergesekan, burung-burung bernyanyi dengan melodi yang merdu. Gracia dan Livingston duduk di atas batu besar sambil menatap luasnya hutan itu dari atas tebing. Mereka bersenda gurau, tertawa lepas seperti tidak ada beban. Langit biru dengan awan putih menghiasi dunia yang seakan mereka buat sendiri.

"Dunia seluas ini tidak semuanya aku tahu isinya. Masih ada dua dunia lagi yang belum pernah aku pijaki, yaitu dunia manusia dan immortal."

Gadis itu menyanggah tubuh ke belakang dengan kedua tangannya, kepalanya mendongak menatap langit. "Andaikan diberi kesempatan, kau mau tinggal di dunia mana?"

"Tidak ada, lebih baik aku membuat duniaku sendiri. Dunia yang tidak ada kejahatan, ketamakan dan perselisihan. Bukankah enak hidup damai?"

"Kau benar, tapi jika hidup berjalan mulus terus, kau tidak akan tahu apa itu masalah. Kau tidak akan tahu bagaimana cara menyelesaikannya dengan sikap bijak dan dewasa. Menjadi dewasa tidak diukur dari umur, tapi bagaimana caramu menyelesaikan masalah dan menyikapi orang-orang di sekitarmu."

Gracia menegakkan tubuh dan memandang pemuda di sampingnya.
"Bukan hidup namanya jika tidak ada tantangan. Lihatlah, sekarang kamu bisa menjadi pria tangguh dari semua yang sudah kamu lalui. Kamu memiliki harapan seperti itu karena telah merasakan pahitnya hidup. Maka itu akan terjadi sebaliknya saat orang-orang tidak pernah mencicipi rasa pahit itu, percayalah hidupmu akan bosan tanpa rintangan."

The Guardians  [ENHYPEN & TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang