18. Alam Pikiran Jake

142 42 11
                                    

Tubuh tak bernyawa itu terbaring di atas bangsal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh tak bernyawa itu terbaring di atas bangsal. Setelah iblis keluar dari tubuh Jake, raga pemuda itu kosong. Haven membawa temannya itu ke ruang rawat sekolah, sebab hal seperti ini akan diragukan oleh pihak rumah sakit. Jelas mereka akan menyatakan Jake meninggal dan menyuruh keluarga untuk mengebumikan.

Sebelas pemuda dan seorang wanita berdiri melingkari bangsal. Mereka menatap sendu pemuda yang hanya memejamkan mata tanpa napas itu. Yang awalnya memiliki rasa kesal terhadap Jake, perlahan menjadi iba melihat kondisinya.

"Profesor, tidakkah sebaiknya kita beritahu tuan Stewart tentang kondisi putranya?" tanya Haven.

Profesor Laurent tersenyum, lantas berpindah posisi duduk di sebelah Jake. Tangannya perlahan mengusap surai merah itu. "Beliau sedang sibuk di pusat kota. Sebagai pemimpin Negeri tanggung jawabnya besar, posisinya yang menjabat dua jabatan membuat waktunya sedikit untuk bertemu Jake."

"Seorang ayah tak mungkin mengabaikan anaknya, bukan? Apalagi saat anak itu terluka."

"Haven, yang terlihat kuat belum tentu kuat dan yang terlihat lemah belum tentu lemah. Yang mereka tunjukkan bukanlah keadaan sesungguhnya, melainkan hanya tipuan."

Haven menatap tak paham, menurutnya jawaban Profesor Laurent tidak ada sambungannya dengan kalimat yang ia ucapkan.

Profesor Laurent menarik tangan Haven, menepuknya sekali dan mengurung dalam genggamannya. "Jake yang selama ini kau lihat tak seperti yang kau bayangkan. Anak itu begitu rapuh. Kau tahu bukan jika ia memiliki sifat egois?" Haven mengangguk. "Sebab ayahnya tak pernah perhatian dengannya, ibunya pergi jauh, bahkan tak pernah kembali."

Semua terdiam, sedikit kisah kelam itu membuat mereka berpikir. Ternyata cover yang mereka nilai tidak sesuai dengan isinya yang telah usang, mungkin tak bisa dibaca sebab begitu memilukan.

"Kalau begitu biar aku saja yang pergi menemui tuan Stewart." Haven berdiri dengan keputusan bulatnya.

"Kau yakin?"

"Iya Profesor Laurent, bagaimanpun Jake membutuhkan ayahnya."

"Izinkan aku untuk menemanimu, mungkin saja kau kesulitan aku bisa membantu." Profesor Laurent menghadap Haven, meminta persetujuan pemuda itu.

"Baiklah, untuk saat ini aku mau mengurus Kay dan Aland yang akan menolong Jake. Semoga ini berhasil."

Profesor Laurent mengangguk, ia menepuk pundak Haven. Berlalu menghadap Kay dan Aland yang tersenyum padanya. Hati mereka terenyuh, tatapan itu memberikan harapan besar pada mereka, kepercayaan yang mulai terbangun dari manik hijaunya.

"Tolong lakukan yang terbaik, saat ini kalian harapan kami. Profesor lain tak bisa membantu, sebab ini adalah hal rahasia. Kalian tahu bukan? Bahwa pikiran seseorang adalah privasi mereka, maka dari itu aku percaya penuh pada kalian."

"Terima kasih Profesor, aku akan mengusahakannya," ujar Kay diikuti anggukan kepala oleh Aland.

"Aku pergi dulu. Setelah siap kau bisa memanggilku, Haven."

The Guardians  [ENHYPEN & TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang