5

701 77 7
                                    

Sampai di Basecamp Asahi melepaskan paksa cengkraman tangan Haruto di pergelangannya. Mengusap bekas merah, "Lo ga bisa kalo ga narik ya?!" Omel Asahi.

"Harusnya gua yang tanya, apa maksud lo minta apartemen?!" Bentak Haruto.

"Gua ga mau deket sama lo!"

Wajah Haruto memerah, tidak masuk akal bagi Haruto. Selama ini mereka menjalani hidup dengan baik lalu tiba-tiba Asahi meminta sekali lagi untuk jauh darinya. Terlalu menuruti Asahi, sampai membuat sang submissive lupa diri dan semakin berani menentang. Haruto egois, dia hanya mau Asahi. Tidak peduli siapapun yang akan dia hadapi, sekalipun Asahi sendiri.

"Lo udah minta gua buat rahasiain kalo lo itu adek gua di sekolah. Terus lo mau pergi dari rumah juga?"tanya Haruto lagi.

"Otak tuh di pake! Kalo lo pergi dari rumah, apa kata ayah bunda?! Lo ga punya alesan, sa"terang Haruto.

Trik Haruto, menjadikan ayah bundanya sebagai umpan agar Asahi menurut dan tidak mengambil keputusan keluar dari rumah. Tidak terlalu yakin bisa berhasil, tergantung tujuan Asahi. Haruto mengenal baik adiknya yang juga orang yang dia cintai lebih dari kata adik.

"Bunda sama ayah setuju, dan gua minta tolong buang perasaan lo buat gua. Dari awal kita salah. Gua ga keberatan lo sama Doyoung"kata Asahi sedikit out of topic, melenceng ke Doyoung. Tapi dari sini Haruto tau alasan Asahi.

Haruto kehabisan kata mendengar alasan Asahi. Dia berjalan mondar mandir seperti setrika rusak, dengan wajah frustasi dia mengacak rambutnya. Dengan cara apalagi agar Asahi tidak pergi. Jangan sampai setelah ini Asahi juga meminta pindah sekolah. Tidak bisa dibayangkan hidupnya jika Asahi benar benar menghindarinya. Apakah ini yang akan terjadi jika Asahi tau semuanya. Dia menghela nafas, menenangkan pikirannya untuk tidak berfikir terlalu jauh.

"Gua ga setuju,"Haruto bicara.

"Gua ga butuh persetujuan lo, ini mau gua, KAK Haruto." Ucap Asahi menekan saat menyebut pemuda tinggi di depannya.

Mungkin ini cara yang tepat agar hidupnya tidak terusik Wonyoung. Sekaligus hubungan persahabatannya dengan Doyoung tidak rusak. Asahi suka kehidupan damai. Meskipun ini juga keputusan paling berat karena Haruto adalah orang yang dia cintai. Tetapi, mungkin ini sudah waktunya dia mengakhiri hubungan salah ini lalu kembali menjadi kakak adik sewajarnya.

Setelah itu Asahi lantas pergi ke kelasnya. Dia tidak ingin absensinya buruk. Membiarkan Haruto yang masih tidak terima dengan keputusannya. Dia berharap setelah ini kehidupannya berjalan seperti semula, hanya saja tanpa Haruto.

.

Asahi menjadi lebih banyak melamun di tengah jam pelajaran. Dia mengakui dirinya yang munafik. Dia mencintai Haruto dengan sangat, dia bahagia saat bersama Haruto, Haruto selalu ada untuknya, selalu tau apa yang dia mau dan itu kenapa dia mau terjebak di hubungan yang salah bersama pemuda itu.

Memory tentang Haruto berputar di kepalanya. Mulai dari mengajarinya bermain gitar, drum dan piano. Cara Haruto menuangkan kasih sayang padanya. Tutur lembut dan bibir cerewet Haruto yang hanya di perlihatkan ketika bersamanya. Menolongnya dalam situasi sulit. Haruto istimewa baginya, tetapi pemuda tinggi itu adalah sesuatu yang tidak dapat dia miliki.

Bel pulang sekolah berbunyi, Pak DK mengakhiri pembelajaran hari ini. Asahi yang masih melamun belum sadar, bahkan ketika Doyoung dan Mashiho sudah duduk di depan bangkunya. Pemuda manis ini belum sadar. Doyoung dan Mashiho bertukar pandangan, pasalnya dia memanggil Asahi beberapa kali pun masih tidak membuat Asahi bergeming.

"ASAAA!!!"teriak Doyoung dan Mashiho bersamaan.

Asahi berjingkat, "jangan teriak di kuping gua!"omelnya sambil mengusap telinga.

FELICITY| Harusahi (SLOWUPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang