7

649 75 17
                                    

"Asahi dan aku tidak punya hubungan darah. Aku mencintai Asahi bukan kesalahan"

Ucapan Haruto terdengar sampai telinga Asahi, membuat jantung Asahi sesaat berhenti berdetak. Tidak ada hubungan darah? Siapa dirinya atau siapa Haruto? Kenapa selama ini dia tidak tahu fakta ini.

"Anak bodoh! Ayah menikah dengan bundanya itu artinya kalian kakak adik!"Hanbin menggeram semakin murka, dia tidak tau apa yang ada di pikiran Haruto.

"Ya, ayah benar. Meskipun begitu aku dan Asahi tetap bisa bersama" ucap Haruto masih keras kepala.

Disisi lain Asahi menoleh ke bundanya meminta penjelasan. Dia kecewa dengan semua orang yang menyembunyikan hal ini darinya. Apa salahnya jika dia tau?.

"Bundaa..."lirih Asahi.

Bughhh...

Haruto terhuyung menerima pukulan bertubi-tubi dari Hanbin yang sedang kalap. Haruto meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah.

"Ayah sudah!"teriak Jisoo menghampiri keduanya untuk melerai.

"Berhenti memukulnya! Kau bisa membunuh anakmu sendiri!"pekik Jisoo yang kesulitan menahan suaminya.

Haruto sudah setengah berbaring di tanah. Namun Hanbin tetap memukulnya tanpa ampun. Tidak ada perlawanan dari Haruto meskipun emosinya juga memuncak. Hanbin membiarkan Jisoo memeluknya, nafasnya naik turun menatap nyalang sang anak.

"Oh astaga, jantungku sudah tua"gumam Hanbin sambil mengatur nafas.

"Sudah yaa sayang"ujar Jisoo mengusap bahu Hanbin.

Setelah di rasa Hanbin tidak akan memukul anak sulungnya lagi. Jisoo bergantian, memapah putranya. Dia menatap sekelilingnya, memanggil dokter yang dimana sangat jarang dokter melewati koridor taman. Hanbin sendiri tidak peduli dengan putranya. Hanbin meminta Jisoo untuk tidak membantu Haruto.

Brukk...

"Ah!"

Asahi memekik saat seorang anak kecil tidak sengaja menabraknya dari belakang. Tubuh lemah Asahi tersungkur di lantai. Hanbin melihat ke suara tersebut, setengah berlari membantu Asahi berdiri.

"Maaf kak" ujar anak yang menabraknya.

"Lain kali jangan berlarian di rumah sakit apalagi sudah malam seperti ini, pergilah ke orang tua kalian" Hanbin memarahi kedua anak yang bermain kejar-kejaran. Setelah kedua anak itu pergi, dia kembali melihat Asahi. Berjongkok di depan Asahi untuk membantunya berdiri.

"Saya bisa sendiri"ucapnya dingin menolak uluran tangan Hanbin.

"Asahi?"

"Maafkan saya," Hanbin mengernyit ketika Asahi berbicara terlalu formal dan menganggapnya seperti orang asing.

Hanbin sadar saat melihat wajah putra tirinya. Terdapat lelehan air mata yang sudah hampir mengering. Dia tau alasan Asahi bersikap seperti ini padanya. Haruto dan Jisoo menghampiri mereka.

"Asa kamu baik baik aja?"tanya Haruto.

Tidak ada jawaban dari Asahi. Asahi mencoba berdiri dengan bantuan tembok. Namun tubuh Asahi merasa lemas, pandangannya juga kabur. Mereka sangat ceroboh tidak ada yang menyadari tiang infus Asahi ikut jatuh. Dan sekarang cairan merah mengalir ke atas. Asahi yang melihatnya tau cairan merah tersebut adalah darahnya yang naik begitu cepat.

Haruto yang menyadari hal itu terlebih dahulu membopong tubuh lemas Asahi. Hanbin dan Jisoo sama terkejutnya setelah Haruto memberi instruksi, memegang tiang infus mengikuti langkah cepat Haruto untuk kembali ke ruang rawat Asahi. Jisoo memanggil dokter.

FELICITY| Harusahi (SLOWUPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang