Sudah melewati satu Minggu setelah kejadian itu, hidup El rasanya kembali tentram karena Abian tidak mengganggunya lagi atau mungkin belum.
Ia bisa fokus kembali dalam pembelajaran tanpa ada masalah masalah lainnya, karena Abian juga sudah pindah kelas.
Ia pun juga tidak tahu bagaimana, yang jelas setelah 2 hari tidak masuk anak itu pindah ke kelas IPS 2, tentu saja El bahagia bukan.
Tak ada wajah wajah menyebalkan yang harus ia lihat setiap hari lagi, dan masalah tentang dirinya itu kini sudah bersih, namanya sudah baik lagi.Dan hari ini El berencana untuk membayar uang SPP nya yang sudah 2 bulan tidak ia bayar, bukannya tidak ada uang hanya saja kemaren itu ia lupa, seharusnya Minggu kemaren ia sudah bayar namun karena permasalahan itu ia lupa.
Memang tak jarang El menunggak satu atau dua bulan guru pun juga tidak mempermasalahkannya lantaran mereka tahu El bekerja untuk itu.
El memasuki ruang BK tempat guru SPP berada.
"Permisi buk" ucap El.
"Iya, oh Elga silahkan masuk" ujar guru itu.
"Ada apa El?" Tanyanya.
"Saya mau bayar uang SPP buk" jawab El.
"Oh SPP kamu sebentar ya ibu ambil bukunya"
"Okeyy ini" Bu Enzi selaku guru yang memegang tanggung jawab SPP itu membuka lembaran buku mencari nama El.
"Ah El ibu lupa kamu tidak perlu membayar SPP lagi karena SPP kamu sudah lunas" ujar Bu enzi, tentu saja El kebingungan bahkan ia masih menunggak lalu bagaimana bisa lunas?
"Emm buk, bukannya saya udah nunggak dua bulan ya? Mungkin ibu salah nama" ujar El dengan sopan.
"Tidak El, beneran nama kamu Elgara Bramasta bukan ini" Bu Enzi menunjukkan buku SPP dapat El lihat tertera namanya disana sudah lunas.
"Buk tapi saya belum bayar loh" ucap El lagi.
"Sudah ada yang membayarnya El"
"Siapa buk?"
"Aduh ibu lupa siapa ya?" Pikir Bu Enzi mengingat ingat kembali.
"Oh iya ibu ingat pak david, iya dia seminggu yang lalu di kesini untuk membayar uang sekolah Abian lalu dia juga menanyakan uang sekolah kamu dan melunasinya hari itu"
Wajah El berubah masam setelah itu, ia masih mampu untuk biaya sekolahnya, dan kenapa David harus ikut campur pikirnya.
"Sebaiknya kamu berterimakasih kepada dia, dia sangat baik El" ujar Bu Enzi.
"Kalau begitu saya permisi buk" pamit El keluar dari ruang BK.
Perasaannya tidak karuan ada rasa kesal disana, bukannya tak tahu terimakasih namun El tidak ingin di kasihani seperti itu.
Benar bukan ia yakin David melihat catatan uang sekolahnya dan berfikir ia tidak bisa membayar karena itu dia membayarnya.
Hoo dia pikir El bakal senang dan bergembira gitu? Oh tidak sama sekali.Ia mengambil hp nya lalu menekan beberapa digit angka.
Halo El
Bilang sama tuan David gua mau ketemu nanti pulang sekolah.
El mematikan panggilan itu, serta menonaktifkan ponselnya karena ia tahu pasti orang itu akan menelponnya kembali.
El memasuki kelas yang sedikit ricuh ini, sekarang jam pertukaran guru dan guru yang mengajar selanjutnya belum masuk pantas saja para siswa ini heboh dengan kegiatan mereka masing masing.
"Dari mana El?" Tanya Ardy.
"BK tadi" jawab El.
"Lah ngapain, lh kena masalah lagi? Si kutu kupret ngapain lagi" ujarnya tak henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elgara Bramasta (END)
Teen FictionDia Elgara Bramasta, seseorang yang pergi karena ke egoisan keluarganya. Menyiksa dirinya yang tak tahu apa apa, dan lebih percaya dengan seseorang yang bisa di sebut penghancur.