part 20

16.5K 1.2K 35
                                    

Sepulang dari restoran itu El tidak pulang ke kostannya, ia lebih memilih untuk langsung ke bengkel ia berencana masuk lebih cepat jadi ia juga bisa pulang lebih awal nantinya.
Rasanya jika ia pulang ke kostan maka yang ada ia tidak akan pergi bekerja nantinya.

Hari ini rasanya biasa saja, pelanggan pun juga tidak banyak hanya ada beberapa mobil serta motor yang datang, jadi ia bisa lebih santai.

Saat tengah asik bermain handphone bang Rio memanggilnya dari luar mengatakan jika ada mobil yang datang.

"El ada pelanggan" teriaknya.

"Bentar bang" balasannya segera keluar.

"Mana bang" tanyanya

"Tuh" tunjuk bang Rio pada mobil hitam.

"Masalahnya?" Tanya El lagi.

"Bocor katanya"

"Oo okey seep" jawab El lalu mulai mengerjakan pekerjaannya.

"Ck mana sih pakunya njir susah amat di cari" decak El karena tidak menemukan sumber kebocorannya.

"El" panggil bg Rio.

"Hmm"

"Kata orangnya bannya ganti aja"

"Lah di ganti? Ngapa ngak dari tadi coa, Nih pakunya dah ketemu" El menunjukkan paku kecil yang ia temukan.

"Udah ganti aja, pada ribet ntar orang holkay beda" ujar bg Rio yang di angguki oleh El.

Selesai mengganti ban mobil itu El pun membersihkan tangannya lalu merapikan peralatan yang dia gunakan tadi.

"Berapa dek" tanya sang pemilik mobil itu.

"Bentar bang, saya rapiin ini dulu" jawab El.

" Totalnya seratus de- "

"El"

"Bang Ravin" lirih El, ya ternyata pemilik dari mobil yang ia perbaiki adalah Ravin, pantas saja ia merasa tidak asing dengan mobil ini.

"El kamu kerja disini, sejak kapan? Gimana bisa?"

"Dari zaman bapak Lo buang gua" jawab el.

"El Abang serius"

"Gua dua rius malahan" sambung El.

"Gimana bisa"

"Ya bisa lah, gua kerja baikin mobil dapet uang buat hidup simple kan" kesal El.

Ntahlah rasanya harinya penuh dengan wajah wajah keluarganya itu.

"Dek kamu tahu kerjanya pasti bahaya, kamu bisa luka, terus kamu juga bisa sakit liat ini banyak debu juga kamu kotor jadinya"

El memutar matanya malas.

"Itu yang namanya kerja, butuh usaha dan resiko ngak kayak Lo yang cuma duduk dan dapat uang" ujar El telak.

Ravin terdiam, memang benar yang di katakan oleh adiknya.

"Udah kan totalnya seratus delapan puluh lima ribu silakan bayar" ujar El menengadahkan tangannya.

Ravin mengeluarkan uang dua ratus serta black card (anjirr black card🤣😭😭), ia memberikannya kepada El.

"Ini bayar bengkelnya, dan kamu simpan ini" ujarnya sembari meletakkan black card itu di tangan El.
Bukannya bahagia wajah El malah mengerut tidak suka.
Ia melempar kartu itu pada Ravin kembali.

"Ngak usah, gua bisa cari uang sendiri sama tenaga gua, gua ngak perlu uang Lo"

Ravin kembali mengambil kartu itu dan kembali ingin memberikannya kepada El, namun sebelum itu El lebih dulu mengelak.

"Gua bilang ngak ya ngak, ngerti bahasa manusia ngak? Heran ya gua, Lo sama bapak Lo sama aja, sama sama mikir kalo gua bisa di beli sama uang gitu kan? Tapi maaf gua bukan orang yang bahagia dikasih gituan, selama gua masih punya anggota tubuh yang sehat, gua masih bisa jalan dan selama itu gua ngak butuh Lo pada, buat apa Lo kasih gua? Kasihan? Iya kan. Tapi gua ngak butuh kasihan Lo gua ngak butuh di kasihan sama orang kayak Lo ngerti" ucap El dengan suara yang sangat berusaha untuk ia stabilkan.

"El bukan itu maksud Abang"

"Terserah Lo dan gua ngak peduli sekarang silahkan pergi karena urusan Lo dah selesai kan" seperti mengusir ya, tapi begitulah El tidak memperdulikan Ravin lagi dan memilih masuk ke dalam moodnya sangat buruk.

Sedangkan Ravin ia merasa bersalah, adiknya salah paham dengan itu, tujuannya hanya ingin adiknya tidak bekerja lagi paling tidak jika tidak bisa membawanya pulang, ia bisa membantu kehidupan adiknya itu.
Tapi adiknya salah paham, dia berpikir karena kasihan padanya itu tidak benar.
Sebagai kakak tentu dirinya merasa gagal, keadaanya berbeda dulu saat ia sekolah ia hanya harus belajar dan belajar tanpa harus memikirkan biaya apapun karena itu akan di urus oleh ayahnya.
Berbeda dengan El yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, dalam hal ini masikah dirinya pantas di sebut Abang?
Dirinya yang baru bergerak sekarang, dirinya baru berani untuk melangkah mendekati adiknya, dirinya yang baru ingin memperbaiki semuanya.
Dulu ia hanya bisa berdiam diri menyaksikan semuanya, ia tak bisa melakukan apa apa atau lebih tepatnya hanya memperhatikan.
Bagaimana dulu adiknya di perlakukan kasar oleh ayahnya, adiknya yang di pukul bahkan sampai masuk rumah sakit, ia tidak melakukan apapun.
Ahh betapa menyedihkannya.

Dan tentu bagaimana egosinya dirinya saat ini saat ia menginginkan adiknya kembali lagi kerumah, bahkan kucing saja jika di pukul akan lari dari rumah, lalu bagaimana dengan adiknya yang mengalami lebih dari itu semuanya?

Ia tahu semuanya tak bisa seperti dulu lagi, ia tahu tak semudah itu untuk menghilangkan sebuah luka, namun nyatanya dirinya tetap egois jika menginginkan adiknya kembali.

Berbeda dengan Ravin Abian kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel, walaupun pikirannya tak kesana namun ia masih menggulir layar hpnya.

"Ya Allah di cariin juga, disini lu ternyata" ucap bang Ateng

"Kenapa bang" tanya El

"Enggak sih, cuma liat wajah lu aje bosen gua liat ban mobil Mulu dari tadi" jawabnya

"Sekarang jam berapa bang"

"20.00"

"Nah gua pulang dulu ya" ucap El berdiri.

"Lah kok pulang"

"Tadi gua cepet masuk bang, Lo sih asik bener di bawah mobil" ujar El meninggalkan Ateng, ia menuju ke belakang untuk mengganti bajunya, ia memakai celana abu abu dengan atasan baju kaos hitam serta jaketnya.

"Bang gua pulang" ujar El pada rio

"Okey ti ati el, jangan ngebut" nasihat Rio.

"Seep bang"

****

Tok tok tok

"Masuk"

"Ayah"

"Oh Ravin, ada apa?"

"Yah Ravin ketemu El" ucap Ravi to the poin pada ayahnya.

"Dimana?"

"Bengkel, tadi ban mobil Ravin bocor jadi Ravin ke bengkel, Ravin ngak tahu ternyata El kerja disana"

"Ayah sudah tahu itu" jawab David.

"Yah? Ayah tahu El kerja disana? Kenapa ayah biarin, Disana kotor adek bisa sakit yah, ayah tahu itu kan"

"Ayah tahu Ravin sangat tahu dengan itu, tapi ayah harus bagaimana ayah juga ingin membawa El kembali, ayah ingin memperbaiki kesalahan yang dulu ayah perbuat, tapi semuanya Ngak  semudah itu kamu tahu butuh waktu untuk El, bahkan dengan melihat wajah ayah saja, dia pasti akan mengingat masa lalunya. Ayah tidak bisa melakukan apa apa, ayah hanya bisa mengawasi dia" ucap David menunduk.

"Kita bakal tunggu yah, sampai adek siap untuk sama kita lagi" ujar Ravin.

Halo guysssss Mimin comback

Semoga suka

Maaf atas keterlambatan up nyayahhh

Pay pay

See you next time

Elgara Bramasta  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang