El menceritakan semua kejadian yang menimpanya, tetang mobil yang ingin menabraknya dan Ardy yang menolongnya itu.
Bahkan mungkin karena kesal ia ikut menceritakan tentang Abian yang menuduhnya itu, sebenarnya jika berniat buruk El bisa saja mengarang ngarang cerita namun sayang ia bukan orang busuk seperti Abian."Tapi kamu bener baik baik aja kan?"
"Iya bener, buktinya masih sekolah,masih jalan, masih ngomong juga"
"Hmm yaudah, buat Ardy terimakasih sudah menolong El mungkin jika bukan karena kamu El sudah kritis di rumah sakit sekali lagi terimakasih, semua biaya kamu akan saya tanggung dan saya akan mambantu kamu" ujar Ravin mengucapkan rasa terimakasihnya.
"Eh eh ngak usah bang, gua eh aku eh saya nolong El karena El teman saya kok, jadi sesama temen kita harus saling menolong, lagian saya juga baik baik aja kok juga ngak ada yang serius jadi santai aja bang" jawab Ardy cepat.
"Enggak terima aja ini bentun terimakasih saya karena sudah menyelamatkan adik saya" ujar Ravin.
"Lah emang situ di anggap Abang sama gua? Perasaan gua belum pernah ngomong deh" sahut El.
"El" ucap Ravin.
"Ah iya iya dah, udah selesai kan urusannya sekarang pergi aja yah gua mau tidur lagi, dan jangan ganggu gua awas aja Lo langgu dan dobrak pintu kayak tadi, gua patahin kaki Lo" ancam El.
"Abang pamit, kamu jaga diri baik baik kalo ada apa apa hubungin Abang" pesan Ravin.
"Hmm dah pergi sana" usir El.
Ravin pergi dan menutup kembali pintu ruang rawat ardy, untung saja pintu itu baik baik saja tidak lecet, jika lecet ia akan menyuruh Ravin untuk menggantinya.
"El Lo pikir Abang Lo bakal kemana?" Tanya Ardy.
"Tahu mungkin kantor" jawab El merebahkan tubuhnya kembali sembari memainkan ponselnya.
"Hmm gua pikir dia bakal nyari orang yang mau nyelakain Lo deh el"
"Alahh kagak mungkin, buat apa juga coba mending tu orang pergi kantor ngasilin duit" bantah El.
"Tapi gua yakin sih, Lo ngak liat gimana ekspresi dia pas tahu yang mau orang itu tabrak adalah Lo? Gua aja ngeri liatnya El, udah kayak mau nerkam orang tahu ngak"
El hanya mengangkat bahubya, ia tak memikirkan itu dan ya mungkin akan tidur lagi seperti ucapannya tadi.
Teman temannya yang lain akan datang setengah jam lagi katanya, jadi sebelum perusuh datang lebih baik ia tidur dulu.Berbeda dengan El yang tenang, saat ini Ravin tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tujuannya hanya satu yaitu rumah, ia yakin pelaku itu ada dirumah.Ravin memberhentikan mobilnya di depan rumah tanpa memasukkan ke garasi karena tergesa gesa, ia membuka pintu rumah kasar hingga beberapa pelayan disana ikut kaget.
"Mana Abian?" Tanyanya
"Den Abian ada di dapur ber-"
Ravin langsung berlalu setelah mengetahui Abian ada dimana."Bang Ravin udah pu-"
Bugh
"Ravin"
"Ravin"
Ya Ravin menonjok Abian, ia tidak peduli seberapa keras tinju itu ai layangkan, yang jelas ia dapat melepaskan kekesalannya.
"RAVIN APA YANG KAMU LAKUKAN" bentak Zora membantu Abian berdiri yang memegang wajahnya terasa ngilu karena pukulan Ravin yang keras itu.
"Apa yang aku lakuin? Iya itu aku mukul dia kenapa? Mau marah?" Tantang Ravin.
"Ravin, kenapa kamu memukul abian?" Ucap Revan.
"Kenapa? Itu yang harus di dapet orang kayak dia memang itu" teriak Ravin.
"Ada apa sama kamu Ravin, datang datang kamu langsung mukul adik kamu" ujar zora.
"Adik? Apa aku ngak salah denger? Mohon maaf orang yang bernama Abian itu ngak akan pernah jadi adik aku adik aku cuma satu dan itu Elgara inget Elgara"
"RAVIN" bentak Revan.
"Lo tahu apa yang udah dia lakuin? Enggak kan, dia hampir bunuh El anjing"
"Ravin, dia kakak kamu bagaimana kamu bisa meninggikan suara kamu kepada dia" tegas Zora
"Iya dia memang kakak aku, tapi sayang kakak kayak dia enggak pernah buka mata buat liat kebenaran"
"Kebenaran apa? Kebenaran apa yang harus kakak liat?"
"Kebenaran kalo adik Lo itu El bukan Abian, sadar bego dari dulu Lo selalu bela abian, Abian dan Abian Lo lupain kalo adik Lo itu El bukan dia.
Adik Lo itu nyruh orang buat nyelakain El, jika aja bukan karena temennya El udah koma di rumah sakit""Punya bukti apa kamu nuduh Abian ha?" Ujar Revan yang sama emosinya dengan Ravin.
"Bukti Lo minta, bukti apa? Jelas jelas orang yang satu satunya benci sama El dan mau El itu pergi cuma abian dari dulu, bahkan setelah El pergi dari rumah aja dia masih ganggu el dia itu mau ngerusak hidup El, dia fitnah El disekolah nuduh dia yang enggak enggak bahkan juga ikut nuduh kalo El udah hasut gua dan ayah, asal adek Lo tahu gua selalu perhatiin El karen El adik gua, ayah perhatiin El karena dia tahu dia salah dan pengen baikin hubungan dia sama anaknya, ngak kayak Lo yang ngak pernah sadar diri akan keadaan"
Plakkk
Wajah Ravin tertoleh kesamping, rasa panas menjalar di pipinya, kalian pikir Revan kah yang menampar? Oh bukan dia Zora wanita itu menampar Ravin.
"Jangan pernah kamu nuduh anak bunda ravin"
"Ravin ngak nuduh, emang itu buktinya kan jelas jelas memang dia, siapa lagi kalo bukan dia"
"Dia adik kamu Ravin"
"Enggak, udah Ravin bilang adik Ravin cuma El dan El, bunda kapan sadar juga sih Abian itu cuma anak pungut" tunjuk Ravin pada Abian.
"RAVIN"
"Anak bunda itu El, Elgara Bramasta bukan Abian, bunda yang udah lahirin El, bukan Abian bund" sungguh bagaimana cara menjelaskan ini supaya orang orang ini mengerti.
Ia pikir bundanya akan terenyuh dengan ucapannya barusan, namun salah wanita itu malah semakin marah.
"Satu yang harus kamu tahu Ravin, Abian adalah anak bunda, anak kandung bunda" tekan Zora pada kalimatnya.
Ravin mengeryit.
"Yang kamu pikir El adalah adik kamu itu salah, Abian yang sebenarnya adalah adik kamu bukan Elgara ngerti kamu"
"Ngan usah Ngada Ngada El itu adik Ravin bukan Abian"
"Yang harus sadar itu kamu Ravin, bukan kita buka mata"
"Mulai sekarang jangan pernah kamu temui El lagi, jangan pernah sekalipun" peringat Zora.
"Hahahaha,hahahhahah" Ravin tertawa
"Siapa anda mengatur saya nyonya Zora yang terhormat, sampai kapanpun anda tidak akan pernah dan ingat sampai kapanpun juga El tetap akan jadi adik saya ingat itu dan anda tidak dapat menghalangi saya karena anda juga bukan ibu kandung saya nyonya azora"
"Dan Lo juga kak, inget siapa bunda kita" ujar Ravin sebelum pergi dari sana.
Hay Hay Hay
Mimin up lagi nihh
Kalian mau bilang apa sama
El?
Abian?
Zora?
David?
Ravin?
Revan?
Temen temen El?
Pay pay guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Elgara Bramasta (END)
Teen FictionDia Elgara Bramasta, seseorang yang pergi karena ke egoisan keluarganya. Menyiksa dirinya yang tak tahu apa apa, dan lebih percaya dengan seseorang yang bisa di sebut penghancur.