part 38

16.9K 1.1K 47
                                    

Lima jam lebih adalah waktu yang di perlukan untuk menunggu El yang sedang melakukan operasi transplantasi jantung, antara sedih juga bahagia.
Bahagia karena El bisa mendapatkan donor jantung dan bisa segera di selamatkan, dan sedih saat seseorang mau mendonorkan jantungnya untuk El.
Walau mereka tidak tahu ini akan berakibat baik atau buruk nantinya.
Namun satu yang harus di ketahui

penyesalan adalah neraka terkenal dalam kehidupan

Harap harap cemas mereka menunggu di depan ruang operasi, tak hanya David dan Revan di sana,
Ada Rio, erlino,Ardy, Ken, dan bintang mereka sama sama cemas akan situasi di dalam.
Beribu doa mereka ucapkan saat ini, meminta pada Tuhan agar di mudahkan semuanya.

"Bagaimana ini bisa terjadi, aku meninggalkan El dengan baik baik saja sore tadi, dan sekarang akhh bagaimana bisa" Rio meremas rambutnya kuat, ia merutuki dirinya, seandainya ia masih di bengkel dan bisa bersama El dan mengantarkan El pulang, pasti El masih baik baik saja sekarang.
Tapi lihat anak baik itu tengah terbaring di dalam dengan kesempatan antara hidup dan mati.
Tentu saja mereka khawatir dalam operasi transplantasi ini banyak yang berhasil namun tak sedikit juga yang gagal.
Dan mereka harap El berada dalam keberhasilan itu.

Lampu mereka yang menyala di atas pintu ruang operasi itu kini telah berubah menjadi hijau, itu artinya operasi sudah selesai.
Mereka berdiri menempatkan diri di depan pintu itu, menunggu dokter di dalam sana keluar.

Pintu terbuka, dan mereka langsung bertanya " dok bagaimana keadaan putra saya, operasinya berjalan dengan lancar bukan, dia baik baik saja kan" pertanyaan pertanyaan itu langsung di lontarkan oleh David.

"Tenang pak, saya akan menjelaskan satu satu, pertama operasi berjalan dengan lancar"

"Alhamdulillah" semuanya mengucap syukur minus Ken dan Rio yang notabenenya nonis, namun mereka tetap bersyukur.

"Kedua kondisi putra bapak juga baik, namun dia tetap akan saya pindahkan ke ruangan ICU untuk sementara, minimal sampai pagi besok, setelah itu kami akan memindahkannya ke kamar rawat biasa." Jelas dokter itu.

"Kapan El sadar dok?" Tanya rio.

"Untuk itu kita akan memantaunya, ini memang memerlukan waktu yang cukup lama, kita berdoa bersama sama untuk itu, saya permisi" dokter itu pun pergi meninggalkan mereka yang masih lega akan operasi ini, namun masih ada kegelisahan disana, karena sekarang mereka harus menunggu El sadar.

Sebuah brangkar keluar dari ruangan itu, tentu saja itu adalah El.
Dapat mereka lihat masih ada alat alat medis yang menempel di tubuhnya.
Teman teman El mengikuti perawat yang membawa El.
Berbeda dengan David dan Revan yang masih berdiri di depan ruangan operasi yang terbuka.
Mereka melangkahkan kaki masuk ke dalam sana.

"Tunggu suster" cegah David saat sebuah kain putih akan menutupi sekujur tubuh orang itu.

Suter itu beranjak untuk memberikan ruang kepada mereka.

David memperhatikan wajah yang pucat Pasih itu, begitu juga dengan Revan.
Ada setetes air mata yang jatuh, namun hanya satu ingat satu, setelah itu David menghapusnya.

"Terimakasih karena sudah menyelamatkan putraku, terimakasih" David mengusap keningnya.

Giliran Revan yang berbicara " Revan juga bilang makasih, Revan juga bukan kakak yang baik buat El, tapi Revan janji setelah ini Revan bakal berubah dan baik sama El, Revan janji makasih udah nyelamatin el, Revan yakin El pasti bakal jaga jantungnya dengan baik, makasih" Revan mengecup keningnya.

Mereka keluar dari ruangan itu,  dan pergi menuju ruangan ICU tempat El akan dirawat.

"Dok apa kami bisa melihatnya kedalam" tanya Ardy.

"Bisa tapi secara bergantian" ucap dokter itu.

"Baik terimakasih dok" ucap erlino.

"Om silahkan masuk duluan" ujar Ardy menyuruh David melihat El, karena mereka tahu yang paling berhak di sini adalah kelurga El, walaupun mereka sangat ingin melihat kondisi El namun tetap saja mereka tidak boleh memaksa.

David mengangguk lalu masuk kedalam, sebelum itu ia harus memakai pakaian khusu dulu serta maker untuk masuk ke dalam.

Ia menghampiri El yang terbaring di ranjang itu, sebuah selang pernafasan masih berada dalam mulutnya.
David tahu akan sakit rasanya saat melepaskan itu nanti, jika boleh meminta ia ingin menukar dirinya saja yang berada di sana, ia tahu ia banyak salah, namun ia mohon jangan menghukumnya dengan seperti ini, ia boleh di sakiti bahkan nyawapun mau ia beri namun satu jangan anaknya.
Ia sudah gagal berkali kali, dan sekarang dua anaknya terbaring tak berdaya.

"El kamu anak kuat ayah tahu itu, kamu pasti bisa ayah yakin, cepet sadar nak" ucap David mengecup dahi anaknya, lalu keluar dari sana.

Setelah melihat di dalam, David berlanjut menuju ruangan ravin yang saat ini kondisinya lebih baik dari El, dokter juga sudah memindahkan ravin ruang rawat biasa, namun masih dalam pengawasan karena putranya yang satu ini juga masih belum membuka matanya.

"Kalian berdua anak ayah yang hebat, ayah tahu ayah bukan orang tua yang patut kalian banggakan karena banyak kekurangan ayah dalam mendidik kalian, karena itu ayah mohon untuk membuka mata kalian"

Sekitar setengah jam David berada dalam ruangan David, ia memutuskan untuk keluar dari sana, karena ia juga harus berurusan dengan kantor polisi saat ini.

Dalam situasi yang berbeda sekarang yang berada dalam ruangan El adalah Revan, ia hanya dia menatap El dalam.

"El Abang tahu Abang ngak pantas buat minta maaf sama kamu, karena kesalahan Abang memang ngak bisa di maafin, makanya kamu harus bangun kamu harus hukum Abang el, Abang ngak bakal ngeluh, ngak bakal marah juga asal kamu bangun El" ia menggenggam tangan El yang lembut dan putih itu, bahkan ia baru sadar jika warna kulit El lebih putih dari dirinya. Ya ia tahu karena ia tidak pernah memperhatikan dengan baik.

Setelah dirinya keluar masuklah teman teman El secara bergiliran, mereka mengatakan kata kata penyemangat, mereka mengucapkan agar El membuka mata lebih cepat.

"El kita selalu berlima, dan itu selalu akan berlima ngak bisa di pisahkan" itu adalah kalimat yang sama mereka ucapkan saat melihat El.

Berbeda dengan situasi di rumah sakit, sekarang David sedang berada di kantor polisi.

"Bagaimana pak?" Tanya David.

" Kami sudah menyelidi penyebab kecelakaan dari kedua anak bapak, dan kasusnya saling berkaitan, di ketahui saudara Reno selaku komplotan dari saudara Abian, kami sudah mendapatkan pengakuan dari saudara Reno yang menyatakan bahwa ia di suruh untuk mengawasi saudara El saat berada di bengkel, dan ternyata saudara Ravin melihat keberadaannya setelah itu terjadilah aksi kejar kejaran antar mereka, karena memakai kecepatan yang tinggi untuk mengejar Reno saudara Ravin tidak memperhatikan bahwa ada mobil berlawanan arah yang ada di depannya, dan untuk saudara El di kira bahwa Abian sudah mengikutinya sejak ia keluar dari bengkel, saudara El mengetahui bahwa ia di ikuti karena itu ia melajukan kendaraannya, dan tanpa di sadari ia tidak mengetahui bahwa lampu lalu lintas berwarna merah namun mereka tetap menjalankan kendaraan, naasnya dari arah berlawan sebuah truk dengan kecepatan yang cukup tinggi menabrak merrka" polisi itu menjelaska detail dari peristiwa itu setelah melihat cctv dan meminta keterangan warga sekitar.

"Lalu bagaimana dengan kondisi saudara Abian pak?" Tanya polisi itu

"Saya juga tidak tahu, anda bisa memeriksanya langsung " jawab David tidak ingin mengetahui nya sama sekali, bahkan dalam hatinya ia berdoa agar Abian tersiksa dalam komanya itu.

Annyeong yeorobun

Mimin combcak


Elgara Bramasta  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang