Prolog

14.7K 1.2K 56
                                    

Hari ini mungkin bisa disebut hari puncak patah hatiku. Sebenarnya aku sudah merasakan itu dari berbulan-bulan lalu dan sekarang adalah puncaknya. Mulai hari ini kesempatanku untuk memilikinya sudah tidak ada lagi karena dia akhirnya sudah dimiliki orang lain, sah secara agama dan negara.

Mulai hari ini aku harus menghilangkan semua perasaan yang masih tersisa di hati. Akan sangat tidak pantas jika aku masih memendam semua itu. Toh salahku juga yang tidak pernah berani untuk mendekatinya lebih dari sekadar rekan kerja.

Rekan-rekan kerjaku bahkan menyarankanku untuk tidak datang ke acara ini. Tapi dia Kepala Departemen tempatku bekerja di kantor jadi aku tidak mungkin tidak datang. Akan terlalu kentara kalau begitu. Jadi dengan hati yang patah aku memberanikan diri untuk datang.

Sebenarnya hatiku sudah patah ketika rumor yang beredar mengenai dia yang sudah memiliki kekasih ternyata benar. Tidak mungkin Mas Adit yang sangat menjaga batas interaksinya dengan wanita menggandeng seorang wanita ke pernikahan rekan kami. Dia juga terlihat protektif terhadapa wanita itu. Puncaknya waktu aku melihatnya dijemput dan dia langsung memeluk wanita itu. Itu sudah cukup jelas menggambarkan hubungan mereka berdua. Buktinya hari ini terjadi. Mas Adit menikah dengan wanita itu.

"Ternyata benar, ya kalau gak semua orang bahagia di sebuah pernikahan?!" ucap seorang lelaki yang tiba-tiba duduk di sampingku. Aku sedang duduk di kursi yang disediakan sambil menunggu rekan-rekan kerjaku yang sedang berkeliling mengambil makanan. Aku sendiri sudah mengambil satu-dua jenis makanan tadi.

Aku menengok ke samping ke arah tempat laki-laki itu duduk untuk melihat sosoknya. Dia memakai pakaian khas minang yang menjadi tema pernikahan ini jadi bisa kusimpulkan kalau dia pasti kerabat dekat pengantin.

Aku hanya menatapnya kesal karena tidak nyaman dia ganggu.

"Galak banget mukanya," ucapnya lagi. Pasti karena melihat ekspresiku. Orang-orang bilang wajahku saat aku diam saja sudah terlihat jutek, pasti dengan rasa kesal yang ditambahkan akan menjadi terlihat  makin jutek.

"Apa sih?!" ucapku sengit.

"Jangan galak-galak, Mbak! Nanti gak ada yang mau dekat lho!" Kata-katanya makin membuatku merasa terganggu. "Mas Adit sama Kak Vini sudah saling suka dari masih piyik. Jadi, jangan pernah berniat jadi pelakor!"

Mendengar perkataannya yang makin melantur aku memutuskan untuk berdiri dan mencari keberadaan rekan kerjaku yang lain. 

Tentu saja aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku menghormati sebuah komitmen yang dibangun dengan nama Tuhan. 

Untung saja dari kejauhan aku melihat Faisal dan Malika sedang mengantri di booth es dawet. Aku pun bergegas menuju ke arah mereka dan meninggalkan laki-laki mengesalkan tukang tuduh tadi.

***

Holla, hallo, hai, saya kembali dengan cerita baru!

Ada yang bisa tebak ini cerita tentang siapa?

Kalau udah baca blurb-nya mah udah bisa tebak ya cerita siapa. Hehehe...

Awalnya bukan cerita ini yang akan saya publish. Tapi ternyata ide cerita ini datang tiba-tiba dan dalam satu hari saya bisa dapat gambaran jalan cerita utuhnya.

Ini akan jadi cerita ringan sama seperti cerita sebelumnya yang memang saya buat untuk dibaca santai. Semoga cerita ini bisa menghibur dan jadi oase untuk real life yang udah berat.

Kalau teman-tema lihat, saya mengaktifkan tanda KONTEN DEWASA. Itu berarti saya berharap hanya yang usia cukup umur atau 18 tahun ke atas yang baca cerita ini. 

Sejauh ini saya memang belum berniat untuk memasukkan adegan 18+ di dalamnya tetapi ada pembahasan yang memang hanya untuk orang dewasa. Sensitif, kayak motif kasus pembunuhan yang akhir-akhir ini ramai.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kebijaksanaan, saling menghormati dan menghargai pendapat akan konten yang akan ada di sini dari para pembaca.

Jadi, Dedek-dedek gemes under 18 plis cari cerita lain yang lebih suitable.

Cerita ini akan saya update dua kali seminggu, Selasa - Jum'at. 

Maaf banget gak bisa lebih sering dari itu karena saya masih pemula. Kecepatan menulis saya masih lambat. 

Dan saya terbuka banget untuk kritik dan saran terkait penulisan cerita ini.

Terima kasih teman-teman. 🥰

Sampai ketemu di hari selasa!

In A Rush (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang