Bab 26

6.9K 820 89
                                    

Bab terakhir sebelum epilog.

Met baca, Guys!


Rencana pernikahanku dengan Mas Vidi langsung dibicarakan saat acara lamaran kami. Mama dan Papaku ingin aku dan Mas Vidi menikah secepatnya. Dan keluarga Mas Vidi menyetujui apa yang diinginkan keluargaku.

Dan ketika Mama bertanya dengan hati-hati kepada orang tua Mas Vidi, apa mereka berkenan untuk memakai tanggal dan tempat pernikahan yang sebelumnya sudah disiapkan, mereka tidak mempermasalahkannya. Bagi mereka yang penting niat baik kami bisa terselenggara.

Keluarga Mas Vidi cenderung orang yang ramah dan mudah bergaul. Hal itu membuat keluarga kami jadi mudah untuk membaur tanpa canggung.

Aku dan Mas Vidi paling harus memesan lagi baju pengantin untuk pernikahan kami. Dan kami rencananya akan memesan di sekitar Jakarta supaya lebih mudah.

Malam harinya Mama baru bercerita kalau ternyata Mama dan Papaku lah yang membayar semua sewa gedung, katering dan dekorasi untuk pernikahanku. Karena keluarga Mas Raka membiayai acara Ngunduh Mantu yang akan diadakan sebulan setelah resepsi penikahanku di rumah mereka.

"Kemarin, selepas salat jumat, Mas Raka datang ke sini sendiri. Dia bilang kalau dia tidak bisa menikahi kamu. Katanya kalau dia tetap menikahi kamu, kamu hanya akan menderita bersamanya. Dia bilang dia punya alasan kuat meskipun tidak bisa mengatakannya. Orang tuanya tahu alasan itu dan sepakat dengan dia untuk membatalkan semua rencana," cerita Mama saat kami makan malam.

"Mbak Dinda tahu alasan Mas Raka, ya?" tanya Papa yang aku jawab dengan anggukan kepala. "Dan itu yang membuat Mbak terus menelepon Mama meminta rencana pernikahan kalian dibatalkan?"

"Iya, Pa. Maaf, Dinda juga tidak bisa kasih tahu alasannya karena hanya Mas Raka sendiri yang berhak memberitahu."

"Mama awalnya bingung jadi Mama langsung menelepon ibunya saat itu juga. Ibunya hanya menangis dan meminta maaf karena harus membatalkan semuanya. Sorenya Mama dapat kabar kalau bapaknya Mas Raka dirawat di rumah sakit. Katanya kondisinya drop. Cuma tadi dapat kabar lagi katanya sudah ada perbaikan. Pasti ada masalah yang berat terjadi di keluarga mereka. Mama turut sedih untuk Tantri. Tapi ya mau gimana lagi, jalannya ternyata begini."

"Kemarin Mas Raka menjelaskan sama Papa kalau ada laki-laki yang mencintai kamu dan kalau diizinkan dia mau datang melamar kamu. Dia menjelaskan mengenai laki-laki yang katanya rekan kerjanya dan sudah mengenal dekat kamu."

"Mama kalut saat itu jadi Mama sampaikan sama Papa untuk menerima saja kalau dia mau datang. Mama takut kalau kamu nanti dijadikan omongan karena batal menikah." Tiba-tiba Mama menunduk sedih. "Maaf kalau Mama masih berpikir seperti itu. Tapi Mama gak rela anak Mama satu-satunya dipermalukan."

Papa berdiri lalu memeluk Mama. "Maafkan Mama dan Papa, ya, Mbak. Kadang kami lupa kalau Mbak Dinda sudah dewasa dan punya keinginan sendiri. Terkadang itulah kelemahan orang tua, sering merasa paling tahu untuk anaknya. Tapi sesungguhnya Papa dan Mama tidak pernah bermaksud buruk sama kamu"

"Mama baru tersadar setelah Raka pulang. Mama takut kalau Mama salah lagi saat teringat telepon kamu pagi itu. Apalagi laki-laki yang sepertinya dimaksud Raka sudah menelepon Papa kalau akan datang ke rumah. Mama hanya berdoa kalau laki-laki ini sama dengan laki-laki yang kamu maksud."

"Papa kira tidak ada salahnya untuk menerima dia terlebih dahulu. Apalagi menurut Mas Raka dia adalah laki-laki baik."

"Mama sangat bersyukur dan baru bisa tenang ketika mengetahui kalau dia sepertinya orang yang kamu maksud. Mas Vidi bilang kamu sudah tahu kalau dia akan melamar jika kesempatannya sudah datang. Selain karena lupa, Mama pikir kalian sudah saling berhubungan jadinya Mama santai belum memberitahu kamu semalam. Eh, ternyata Mas Vidi juga lupa."

In A Rush (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang