Bab 2

7.5K 1K 42
                                    

Selamat membaca!


2 tahun kemudian

Selama tinggal di Jerman aku jadi suka sekali membuat kue. Di sini aku tinggal sendiri sehingga aku memiliki banyak waktu luang di akhir pekan. Seperti yang sedang kukerjakan pagi ini di apartemen. Aku sedang membuat Almond Tuile atau kadang juga disebut Almond Crispy seperti yang menjadi salah satu oleh-oleh khas Surabaya itu.

Di sini juga mudah sekali menemukan bahan-bahan untuk membuat kue. Cukup pergi ke supermarket terdekat dan di sana ada satu lorong yang khusus menjual bahan-bahan pembuat kue. Harganya pun murah. Contohnya almond keping dan bubuk yang kupakai untuk membuat Almond Tuile ini hanya seharga 1,5 Euro untuk 100 gramnya.

Mbak Vini bilang Almond Tuile yang aku buat ini rasanya enak sekali. Oleh karena itu setiap kali aku membuatnya pasti aku membagikannya sedikit untuk Mbak Vini.

Oh iya, aku sekarang sangat akrab dengan Mbak Vini setelah tinggal dua tahun di sini. Istri Mas Adit itu orang yang sangat baik. Dulu waktu aku terkena radang usus buntu, Mbak Vini lah yang menungguiku operasi dan merawatku setelahnya. Bahkan setelah aku pulang ke apartemen. Dia akan datang ke tempatku untuk membawakan makanan. Aku tidak diperbolehkan untuk masak sendiri selama masa pemulihan. Jujur aku takut merepotkannya tapi Mbak Vini bilang dia hanya perlu masak sedikit lebih banyak saja, jadi tidak merepotkan sama sekali.

Aku jadi tahu kenapa Mas Adit segitu jatuh cintanya sama Mbak Vini dan hanya Mbak Vini yang pernah mampir di hatinya. Mbak Vini cantik dan baik. Aku juga sudah tidak pernah lagi merasa cemburu kepadanya setelah kami tinggal di Jerman. Sepertinya aku finally move on dari Mas Adit. Meskpiun aku belum menemukan someone new yang menarik hatiku.

Kalau kamu bertanya bagaimana hubunganku dengan Mas Raka. Jawabannya adalah baik. Hubungan kami baik tanpa ikatan apapun. Kami masih berteman saja. Mas Raka juga sepertinya tidak memiliki pasangan di kurun waktu ini. Karena seperti janjinya, dia akan memberitahuku kalau dia sudah menemukan pasangan.

Aku juga gak tahu apa yang dia bilang kepada orang tua kami sehingga membuat Mama tidak membicarakan masalah pernikahan kami selama aku di Jerman. Biasanya Mama hanya bertanya apakah aku dan Mas Raka terus saling berhubungan atau tidak yang kujawab iya. Sama seperti waktu di Jakarta kami saling menghubungi beberapa kali dalam sebulan. Hanya pembicaraan kasual saja seperti dengan teman atau keluarga.

Setelah membersihkan kembali dapur dan peralatan membuat kue, aku menaruh Almond Tuile yang sudah dingin ke dalam dua buah toples. Yang satu akan kuberikan kepada Mbak Vini. Mbak Vini masih menyusui kedua anak kembarnya meskipun dia juga dibantu dengan susu formula. Dia pasti sangat kerepotan menjaga dua anak sekaligus. Tidak akan ada waktu untuk membuat kue sendiri sepertiku.

Dulu Ibu Mas Adit sempat di sini selama tiga bulan saat Rayhan dan Rayyan, anak kembar mereka, lahir. Setelahnya sampai sekarang Rayhan dan Rayyan berusia lima belas bulan hanya diasuh oleh Mbak Vini dan Mas Adit. Waktu mereka masih berusia dibawah enam bulan aku sering mendapati Mas Adit terkantuk-kantuk di kantor. Pasti dia harus begadang di malam hari.

Oleh karena itu, setiap aku membuat kue aku pasti menyisihkan untuk mereka terutama Mbak Vini.

Setelah mengganti bajuku menjadi lebih pantas aku pun berangkat ke apartemen Mbak Vini yang letaknya masih satu komplek apartemen denganku.

Aku pun memencet bel di pintu bawah gedung apartemen mereka.

"Hallo," ucap seseorang yang suaranya tidak kukenali di ujung sana.

"Ja, hallo. Ist es Herr Ranggasena's Haus, oder?" tanyaku. (Apakah ini rumah Bapak Ranggasena?)

"Ja, genau," jawab pria itu. Aku bisa mendengar ada suara anak kecil menangis. "Was passiert? Ich bin seine Familie" (Iya, benar.)(Ada apa? Saya keluarganya.)

In A Rush (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang