Haloo,
finally kita sampai di ekstra part terakhir. Enjoy the very last part of this story, guys!
Our Newlywed Days
(Bunyi alarm🎶)
Aku terbangun karena dering alarm ponsel yang kusetel pukul setengah lima pagi. Kulonggarkan belitan tangan yang memeluk tubuhku dari belakang lalu mematikan alarm itu. Setelahnya aku membalikkan badan lalu mengecup bibir laki-laki yang sudah menjadi suamiku dua bulan ini.
"Mas, Cintaku, bangun, yuk! Udah subuh," ucapku sambil mengusap-usap pipinya. Dia bilang dia mau aku membangunkannya seperti itu tiap pagi.
"Eeehhmmm," protesnya sambil kembali memelukku."Masih ngantuk. Bobo lagi sebentar, ya."
Entah jam berapa semalam Mas Vidi pergi tidur. Tapi sepertinya di atas jam satu dini hari. Karena saat aku terbangun untuk minum di jam itu dia masih bekerja di ruang keluarga. Dia harus mengerjakan beberapa pekerjaan yang katanya sedang banyak-banyaknya.
"Subuhan dulu, nanti habis subuh baru tidur lagi, Mas," saranku sambil mengusap-usap alis kanannya. Aku selalu cepat bangun kalau Mama mengusap-usap alisku. Semoga itu bereaksi sama untuk Mas Vidi.
"Heeemm." Dia hanya menjawab dengan gumaman dan sepertinya kembali tidur. Ternyata usapan itu malah membuatnya makin tertidur. Salah strategi.
"Mas, masa gak mau imamin Dinda?!" bujukku lagi. Jujur aku tidak tega membangunkannya yang masih mengantuk tapi kami harus melaksanakan kewajiban kami dulu.
"Okeee," ujarnya pasrah. Dia lalu mengangkat badannya untuk bangun, masih sambil merem. Lalu kami berdua bergantian mengambil wudhu dan salat berjamaah.
Setelahnya Mas Vidi benar-benar kembali tidur. Nanti dia akan kubangunkan pukul setengah tujuh untuk bersiap-siap. Sedangkan aku akan memasak untuk sarapan dan bekal makan siang Mas Vidi. Setelah menikah, Mas Vidi selalu minta dibawakan bekal olehku. Katanya tidak ada makanan yang lebih enak daripada masakanku di kantin kantornya.
Kami membawa bekal juga untuk berhemat. Rencananya kami ingin mencari rumah tinggal untuk kami beli.
Having Mas Vidi as my husband is the best gift ever for my life. He completes me in every way. Mas Vidi tipikal laki-laki yang tidak merepotkan istri sama sekali. Dia mandiri. Karena kami berdua bekerja, kami membagi tugas rumah bersama-sama.
Mas Vidi bisa memasak, dia bisa menyapu dan mengepel, juga mencuci baju. Hanya menggosok baju saja yang tidak aku percayakan padanya. Dia bisa tapi masih kurang rapi untuk standarku.
Dia juga bukan tipe cowok yang menaruh handuk sembarang setelah mandi.
Aku bersyukur, sangat-sangat bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan kepadaku, kepada kami berdua.
Oh, iya, setelah menikah aku dan Mas Vidi menyewa sebuah apartemen dua kamar di daerah Tebet. Lokasi ini kami pilih agar dekat dengan kantor kami berdua. Mas Vidi bilang dia tidak tahan harus berjibaku dengan kemacetan jika harus berangkat dari Bekasi.
Aku masih bekerja di Global Goals tapi mulai bulan depan aku memilih untuk pindah bekerja di sebuah rumah sakit sebagai ahli gizi. Soalnya setelah pembicaraanku panjang lebar dengan Mas Vidi, dia menghendakiku untuk tidak banyak melakukan perjalanan dinas seperti yang harus aku lakukan di Global Goals. Dia bilang kalau mau travelling lebih baik bersama dia saja.
Mas Vidi terlihat seperti suami yang sempurna sekali, ya?! Tapi ya sebagai manusia dia juga pasti memiliki kekurangan. Contohnya dia suka sekali buang angin sembarangan. Pernah aku sampai ngomel ke dia. "Mas, kalau kentut jangan dekat Dinda bisa gak? Kentut Mas Vidi bau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
In A Rush (Selesai)
ChickLitAdinda Kinanthi jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Aditya Ranggasena. Dia menyukainya beberapa tahun tapi tidak pernah melakukan pendekatan lebih dari rekan kerja. Padahal dia satu-satunya harapan Dinda untuk keluar dari perjodohan dengan Rak...