Alarice adalah seorang perempuan yang selalu dibully oleh teman-temannya, semasa SMA. Disepanjang ia sekolah menengah atas, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari teman-temannya.
Alarice, juga bukan anak yang latar belakang perekonomiannya rendah namun, ia adalah anak angkat dari seorang pengusaha. Sebab itulah Alarice selalu dibully, hanya sebagai seorang anak angkat.
Sampai akhirnya, Alarice memasuki dunia perkuliahan. Ia memutuskan untuk mengubah hidupnya, hingga ia terjerumus masuk kedalam pertemanan yang salah.
Alarice melakukan hal itu, karena ia tidak ingin hal yang pernah menimpanya semasa SMA, terulang kembali di dunia perkuliahan. Baginya sangat sulit melewati masa-masa itu tanpa ada yang bisa mengerti dirinya. Termasuk kedua orang tua angkatnya.
"Ala, bagaimana? Apa lo udah ketemu sama Roommate' lo?" tanya Shania, mendekati Ala yang tengah duduk di meja Bar, sembari menelungkupkan kepalanya.
"Ala, lo kebanyakan minum ya?" Tepuk Shania pada pundak Alarice.
"Iya Shan, aku kebanyakan minum," tuturnya sambil mendongak ke arah Shania. Menyingkap rambutnya yang begitu acak-acakan.
Melihat temannya itu dengan kondisi setengah sadar. Shania menjalankan niatnya untuk mengenalkan Alarice, kepada salah satu cowok kampus yang sering dibicarakan para Mahasiswi.
Kemudian Shania meminta Alarice untuk mengikutinya ke sebuah ruangan, yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Shania perlahan membantu Alarice memasuki ruangan tersebut.
"Kamu bawa aku kemana Shan?" tanya Alarice dengan setengah sadarnya.
"Sudah, lo diem aja. Bentar lagi lo bakal dapet Roommate yang bisa buat lo bahagia," jawab Shania dan menyuruh Alarice untuk duduk di atas sofa.
Alarice hanya mengikuti saja apa yang disuruh oleh Shania, dirinya tidak tahu sekarang berada di ruangan mana. Kepalanya semakin pusing dan terasa sakit. Merasakan empuknya sofa yang ia duduki, membuat Alarice mengujurkan seluruh tubuhnya di sofa tersebut.
Alarice meringis, kepalanya masih terasa sakit, karena terlalu banyak minum malam ini. Ia juga merasa takut dengan sikap cowok yang ada di hadapannya sekarang, yang begitu sadis dipertemuan pertama.
"Apa semua cowok roommate memang begini? Bagaimana bisa cewek-cewek di luar sana bisa bertahan dengan roommate mereka? Jika perlakuan mereka yang begitu sadis," batin Alarice.
"Heh! Nama lo Alarice kan?" tanya Calvin, sedikit menunduk mendekatkan wajahnya pada Alarice.
"I-iya ... a-aku Alarice, p-panggil saja Ala," jawabnya terbata-bata.
"Okey. Gua Calvin! CALVIN THEO MAHENDRA. Ingatin tuh nama gua, kalo lupa gua colok mata lu," ucap Calvin memperkenalkan dirinya, dan sedikit mengancam kepada Alarice.
Alarice bergidik ngeri mendengar kata-kata Calvin, ia langsung mengangguk mengiyakan saja. Kemudian Alarice hendak berdiri dari duduknya. Tetapi Calvin bergegas menghalanginya.
"Ke mana, hah?!" tanya Calvin, lalu mendorong Alarice begitu saja hingga terpental ke punggung sofa.
Alarice tidak berani melihat Calvin yang sekarang duduk di sampingnya. "Lu, nggak bisa seenaknya tanpa seizin gua, karena lu udah milik gua sekarang!" ucap Calvin yang berbisik di telinga Alarice.
Alarice tidak bisa berkata apa-apa lagi, ini semua salahnya. Dan ia tidak bisa membatalkan acara roommate ini, yang membuatnya merasa menyesal sudah mau bekerja sama dengan Shania teman satu kelasnya itu.
"Mulai besok, lu harus tinggal sama gua. Usahakan datang ke Apartemen gua setelah selesai kuliah, alamatnya gua kirim lewat Shania. Kalo telat, gua cabik muka lo, ngerti!" Ancam Calvin Dan kemudian pergi menuju pintu keluar, sambil melemparkan kartu Card miliknya ke arah Alarice.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALVARICE
Teen FictionSelalu dibully semasa SMA, membuat seorang gadis lugu ingin merubah cirlce pertemanan dalam perkuliahan. Namun, permasalahan yang ia hadapi bukan hanya itu. Melainkan, dirinya yang juga selalu di bawah kendali orang tua angkatnya. Sehingga, membuat...