BAB 02 MATI LAMPU

19 11 1
                                    

                              (MATI LAMPU)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(MATI LAMPU)

Happy reading


"Jadi yang bikin Alarice begitu bukan gue, tapi keinginannya sendiri. Alarice sendiri yang minta kalo dia mau ikutan Random Roommate' dan gue cuman daftarin dia aja di kontrak itu," jelas Shania.

"Kenapa harus sama Calvin!" Afkar merasa tidak percaya dengan Shania, ia tahu kalau ada sesuatu yang ditutupi Shania.

"Ya mana gue tau! Namanya juga Random Roommate, ya secara acak aja mungkin." Bohongnya.

"Emang kenapa, lo keberatan soal Alarice ikutan roommate itu. Udah jangan ganggu kebahagian Alarice, biarin dia menikmati dunia. Lo tau sendiri kan dia dulu gimana? Nggak usah munafik lo, kita itu sama! Sama-sama pernah ngebully dia. Jadi jangan sok perhatian deh!" ucap Shania, lalu pergi meninggalkan Afkar tanpa permisi.

****
"Ini nih bagus buat lu," ujar Calvin memilihkan pakaian yang begitu sexy.

"Enggak mau, masa aku harus pakai baju yang kekurangan bahan gitu? Aku nggak mau," tolak Alarice.

"Heh susah banget sih lu. Nyari pakaian aja udah kayak nyari gaun PENGANTIN!" Calvin yang berucap nyaring merasa kesal.

Kemudian salah satu pegawai toko menghampiri mereka, karena melihat Calvin dan Alarice begitu kesulitan memilih pakaian.

"Maaf kak, sepertinya kalian kesulitan memilih pakaian. Tampaknya kalian pengantin baru ya?" tanya pegawai itu, sehingga membuat mereka bertatapan bingung. Ingin menyelanya, namun pegawai itu langsung membawa Alarice ke tempat pakaian khusus."Mari kak,"

Alarice membelakkan kedua matanya saat dihadapkan dengan sejumlah pakaian sexy, salah satunya lingerie.

"Ini kak lingerie nya sepertinya sangat cocok untuk tubuh kakak. Bahannya juga sangat bagus, nyaman saat dipakai di malam hari." Tawar pegawai itu yang berusaha agar Alarice tertarik dengan pakaian yang disebutnya kekurangan bahan itu.

Calvin tertawa kecil saat melihat pegawai toko berusaha menawarkan kepada Alarice yang tampak kebingungan itu. "Pengantin baru?" gumamnya.


"Maaf mbak, tapi saya bukan-"

"Mbak, istri saya bisa memilih sendiri kok ya kan sayang, yuk kita cari ke tempat lain aja, permisi Mbak," ucap Calvin pada pegawai toko, dan menggenggam erat tangan Alarice untuk membawanya pergi keluar ke toko lain.

Alarice bingung, mengapa Calvin bicara seperti itu pada pegawai toko. Mereka kan bukan suami istri, jangankan suami istri pacaran saja bukan. Apa Calvin menyukainya? Tidak, tidak mungkin seorang Calvin yang kasar begitu cepat jatuh cinta kepada Alarice yang lugu ini kan? Entahlah, hanya Calvin yang tahu.

Setelah berbelanja sekitar dua jam, akhirnya mereka pun selesai juga. Hari juga sudah sore, mereka pun memutuskan untuk langsung pulang setelah berbelanja.

CALVARICE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang